Think Again

24.6K 2K 60
                                    

"Namanya Lisa." suara serak Naruto mengudara di sela-sela acaranya mengecup tulang selangka Hinata, memberi beberapa tanda kepemilikannya di sana. "Dia meninggal setelah melahirkan Rei."

Ada guratan penyesalan yang tersirat di wajah Naruto, tangan Hinata terulur untuk menangkup wajah Naruto menilik ke dalam safir yang sayu. Beberapa hari lalu Naruto harus pergi ke Osaka karena ada masalah dengan perusahaan cabang di sana, pasti prianya ini tidak tidur nyenyak beberapa hari ini.

Jemari Hinata mengusap lingkaran hitam di bawah kelopak mata Naruto, "Dia yang pertama," helaan napas Hangat Naruto menerpa wajah Hinata. "Sampai beberapa tahun setelah ia meninggal, aku belum bisa melupakannya."

Naruto masih berbaring nyaman di atas sofa, Hinata duduk di pangkuannya. Dengan rakus Naruto membaui aroma lavender Hinata, ia begitu merindukan Hinata.

"Butuh banyak waktu untuk kembali menata hidupku."

Hinata mendengarkan kata demi kata yang mengudara dari mulut Naruto, ia sama sekali tak mau menyela ucapannya.

"Lisa adalah perempuan pertama yang mengenalkanku pada cinta."

Ada sedikit rasa sesak menyapa hatinya, jika Hinata yang pertama kali bertemu dengan Naruto apakah ia akan menjadi yang pertama.

"Tapi itu ku simpan sebagai kenangan." Lagi-lagi Naruto memberi kecupan-kecupan kecil di wajah Hinata.

"Bagaimana tentangmu?"

"Kau sudah mengetahui semua tentangku." Hinata ingat saat Naruto mengucapkan semuanya, dia menyuruh seseorang untuk menyelidiki tentang Hinata.

"Aku ingin tahu dari mulutmu."

"Tidak ada yang spesial." sergah Hinata, entah kenapa tiba-tiba ia kesal mendengar penjelasan Naruto. Harusnya ia sadar jika Naruto memang begitu mencintai Lisa, kenapa sekarang ia malah tak suka.

Ponsel Naruto berdering, nama Shion tertera di sana. Naruto masih bergeming tak melepaskan tatapannya dari Hinata.

"Angkat telponnya." ucap Hinata dengan nada suara rendahnya, perasaan tak nyaman mulai merayap mengisi kekosongan hati Hinata, sementara Naruto menjawab Telpon Hinata lebih memilih mengambil minum. Tenggorokannya tiba-tiba saja terasa begitu kering.

Naruto begitu sangat amat mencintai Lisa, Hinata jadi tak begitu yakin jika Naruto benar-benar mencintainya setelah melihat tatapan penuh duka Naruto yang menceritakan tentang Lisa.

.
.
.
.
.

"Strawberry atau Mangga?" tanya Hinata saat menimang-nimang puding yang akan ia beli.

"Rei suka Strawberry." seru Rei dengab mata berbinar, bocah itu nyaris menempelkan wajahnya di etalase yang memajang berbagai jenis cake dan puding.

"Kita Makan di sini, Mommy?" tanya Rei tak yakin, karena biasanya setelah menjemput Rei sekolah Hinata akan kembali ke kantor.

Hinata menunjuk beberapa puding, lalu membawanya ke meja kosong diikuti Rei yang mengekor di belakangnya. "Iya, Mommy tidak ada kerjaan lagi. Jadi kita bisa menghabiskan waktu bersama."

Rei tersenyum memamerkan sederet gigi kecilnya, "Horee!"

Hinata tertawa ringan melihat Rei yang begitu menggemaskan, tangannya terulur untuk membersihkan mulut pipi Rei. "Setelah ini sebaiknya kita kemana?"

Dahi Rei mengerut tampak berpikir, "Bagaimana jika kebun binatang?"

Hinata melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukan pukul satu. "Baiklah, kita bisa pergi ke Kebun Binatang Ueno. Kita pergi naik Kereta, okay."

Missing You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang