My Husband

27.2K 1.8K 87
                                    

Setelah melewati serangkaian acara resepsi sederhana, akhirnya Hinata bisa membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi, Naruto sudah lebih dulu membersihkan diri. Sejak tadi ia terus memgeluh soal tubuhnya yang lengket karena keringat.

Hinata menarik napas dalam-dalam, jantungnya mulai berdetak kencang saat pintu kamar mandi berderit. Awalnya mereka akan langsung pulang ke Tokyo, tapi Naruto melarangnya.

Jika dipikir-pikir, Hinata memang terlihat kekanakan. Mencari cara agar ia tak berakhir satu kamar dengan Naruto di suasana yang canggung ini, Hanabi sengaja mengajak Rei bersamanya.

Dua orang yang awalnya seperti magnet yang saling bertolak, akhirnya bisa sedikit akur. Hinata jadi tak perlu cemas saat ia akan pergi bulan madu bersama Naruto tak mengajak Rei.

"Cepat pergi mandi." Naruto keluar dari kamar mandi, ia hanya mengenakan celana pendek berwarna coklat. Tetesan air dari rambutnya mengalir di dada bidangnya, dengan gerak teratur tangannya masih mencoba mengeringkan surai pirangnya.

Bel di pintu menyadarkan lamunan Hinata, ia hampir saja meneteskan air liurnya jika kesadarannya masih melalang buana pada otot-otot tubuh Naruto yang tercetak jelas.

Kenapa sekarang sepertinya Hinata tak sabar untuk merasakan kerasanya otot Naruto dengan tangannya, Ishh. Pikirannya mulai berkelana jauh.

"Mungkin itu layanan kamar." Naruto meunjuk pintu dengan dagunya, melemparkan handuknya sembarangan lalu bergegas ke arah pintu.

"Naruto-kun...." dalam sisa-sisa keterpanaannya, Hinata mencoba menyadarkan Naruto. "Kau mau membuka pintu dengan penampilan seperti itu?"

"Memangnya kenapa? Aku memakai celana, hanya tak memakai baju saja. Itu cukup wajar untuk seorang pria."

Naruto melanjutkan langkahnya dengan santai, sebelum akhirnya Hinata mencekal tangannya. "Tidak boleh, biar aku saja."

Sebelah alis Naruto terangkat, "Kenapa, sayang?"

Ya Tuhan, Hinata bisa cepat hilang kesadaran jika seperti ini. Niat awalnya hanya ingin mencegah Naruto membukakan pintu kamar hotelnya, mana sudi Hinata membiarkan tubuh Naruto dilihat perempuan lain.

Walau kemungkinannya kecil jika pelayan itu seorang perempuan, sepertinya Hinata mulai tertular sifat posesif milik Naruto.

"Hm?" Naruto kembali membuka mulutnya, dan sialnya napas hangat beraroma mint itu menerpa wajah Hinata, membuat sesuatu dalam perutnya tergelitik dan menegang bersamaan.

"A-aku ssaja y-yang membukanya."

Hinata bergegas meninggalkan Naruto yang masih memasang wajah tak mengerti.

Dan benar saja, layanan kamar yang menyediakan malam. Beberapa pelayan membawa sebuah trolly yang berisikam makan malamnya, "Jika ada yang kurang, anda bisa menelpon kami."

Pelayan itu tersenyum sebelum akhirnya pamit undur diri. "Ya, terimakasih."

Hinata dengan cekatan menutup pintu, lalu memandang trolly yang berisikan beberapa makanan.

Memangnya siapa yang mau makan malam di malam pertamanya? Hinata pikir Naruto akan lebih suka memakan dirinya, dibanding hidangan yang disajikan di depannya ini.

Hinata tersenyum penuh arti, belum genap satu hari statusnya menjadi seorang istri. Tapi pikirannya sudah mulai berangan-angan jauh, padahal beberapa jam lalu ia ketakutan setengah mati harus menghabiskan malamnya berdua bersama Naruto.

Mungkin ini efek melihat otot-otot milik suaminya, iya suaminya.
Lagi-lagi bibir Hinata mengurva mengingat satu fakta, jika Naruto sekarang sudah menjadi suaminya.

"Sampai kapan kau akan memandang makanan itu?" Naruto berdiri di sana dengan tatapan bingungnya.

"Em, aku rasa aku harus mandi." Hinata berlari kecil ke arah kamar mandinya, tapi baru saja ia menutup kamar mandinya ia lupa.

Jika gaun pengantinya tidak bisa ia lepaskan sendiri. "Naruto-kun."

"Tolong aku sebentar." Hinata mengintip dari balik pintu kamar mandinya.

"Pasti tidak bisa membuka gaunmu 'kan?" pertanyaan Naruto langsung membuat wajah Hinata merenggut.

Sudah jelas susah, tapi suaminya satu ini malah menggodanya.

"Aku mau membantumu, tapi...."

"Tapi apa?" tanya Hinata cemas, amethystnya menatap penuh selidik pada seringai nakal yang terpasang jelas di wajah Naruto.

"Hei. Kenapa kau jadi ketakutan seperti ini, sayang?" Naruto membuka pintu kamar mandi lalu masuk bergabung dengan Hinata.

"Aku.... Aku...." dan belum sempat Hinata melanjutkan perkataannya, bibir sensual Naruto sudah menjelajah di atas bibirnya.

Tangan Naruto mulai mengusap punggung belakang Hinata yang masih terbalut kain, mencari ret seleting yang menjadi permasalahan Hinata sejak tadi.

"Engh..."

Hinata melengguh pelan saat Naruto menyapukan lidahnya di langit-langit mulutnya, membuat Hinata mau tak mau turut memainkan lidahnya.

Tanpa sadar gaun Hinata sudah terbuka, Naruto menarik pelan gaun Hinata hingga gaun itu terbuka sebatas pinggang Hinata.

Safirnya cukup terkejut melihat tubuh depan Hinata saat gaun itu jatuh sepenuhnya di atas lantai, jadi gaun ini digunakan tanpa bra?

Oh Tuhan, sepertinya ia harus mengingatkan Hinata agar tak membeli gaun semacam ini. Tak memakai bra sejak tadi pagi? Naruto bisa gila jika Hinata melakukan itu lagi, ia takkan pernah mau jika tubuh Hinata menjadi objek fantasi liar lelaki di luar sana. Meski tertutup gaun pun, pokoknya Hinata tidak boleh.

Tanpa sadar Naruto menggit bahu Hinata cukup keras hingga Hinata menjerit kesakitan.

"Maaf." Naruto terlihat salah tingkah, ia melangkah mundur dan yang terjadi malah ia tak sengaja menekan tombol turn on di showernya.

Tubuh keduanya kini malah basah kuyup, Hinata mengigit bibir bawahnya pelan. "Em... Ini bagaimana?"

"Apa yang bagaimana?"

"Bagaimana caranya melakukan malam pertama?"

Mulut Naruto terbuka sepenuhnya, ia bahkan tak peduli jika air shower masuk ke dalam mulutnya.

Wajah Hinata kini merona total, ia tak sadar jika pertanyaan yang ia lontarkan sangat konyol.

Tanpa aba-aba Naruto malah mendekap tubuh Hinata, membiarkan kulit polos mereka bergesekaan memberi sensasi menggetarkan untuk pertama kalinya bagi Hinata.

Hinata sempat meratapi nasib gaun yang teronggok dibawahnya, gaun itu kini terinjak kaki jenjang Naruto.

"Lets make a baby."

TBC

A/N :

Hahaahahahahaha

Ini pendek yah jangan minta yang aneh-aneh yehh 😂
Masih berguru buat adegan ehm-ehm, nyatanya memang selalu gak bisa 😂

Yang nunggu Honey Moon, tunggu hari rabu yaaah.

Lagi persiapan 😂😂

Anggap aja ini cemilan malam 😊😊

Oh Iya, ini besok mau ku private. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan XD
Lagian ini FF udah gak ada yg dibuat penasaran lagi 😂

Jadi yang merasa belum follow dan belum baca FF ini full, silahkan saya kasih kesempatan sampai besok.
Soalnya saya mah gak mau paksa-paksa biar follow, takutnya kalian rugi follow saya. hueheheheh

Salam Hangat

Selingkuhannya Seunghoon XD XD

Missing You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang