"Kemana?" tanya Kiba saat keduanya sudah berada di dalam mobil.
Kening Hinata mengerut sebelum akhirnya sadar maksud dari pertanyaan Kiba, karena Hinata tak lagi tinggal di satu tempat.
Seharusnya Hinata pulang ke appartementnya, tapi entah kenapa ada sebersit perasaan yang menutunnya untuk pulang ke rumah Naruto.
"Kau yakin?" tanya Kiba untuk kedua kalinya, ia sedikit khawatir melihat Hinata yang sejak tadi termenung. Mungkin pulang ke Appartment miliknya lalu mengistirahatkan tubuhnya itu pilihan terbaik, tapi gadis itu bersikeras ingin pulang ke rumah Naruto.
"Iya." ucap Hinata.
....
Hembusan napas yang panjang keluar dari mulut Hinata, bahu Hinata yang terbuka kini tertutupi jas yang Kiba pinjamkan.
Tangannya mulai menekan angka kombinasi sandi untuk membuka pintu rumah, dengan gerak pelan ia membuka heels yang ia kenakan lalu meletakannya di pojok biasa ia menyimpan sepatu miliknya lalu.
Gadis bersurai indigo itu bahkan lupa menggantinya dengan sandal rumah yang biasa ia kenakan.
Naruto pernah beberapa kali memarahinya karena masalah alas kaki, bukan marah yang penuh emosi. Mungkin sedikit geram dengan kebiasaan Hinata.
Entah sudah berapa kali Naruto mengingatkan Hinata untuk mengenakan sandal rumah, bahkan jika Hinata mau ia bisa mengenakan sepatunya di dalam rumah. Seperti yang biasa Naruto lakukan.
Tapi ini Hinata, gadis yang dididik hidup penuh kesederhanaan sejak kecil oleh ayahnya.
Apa Naruto sudah pulang?
Dengan kaki telanjang tanpa alas Hinata melangkahkan kakinya, melewati ruang tamu dengan pencahayaan yang temaram.
Sepertinya para pelayan sudah tertidur mengingat ini sudah lewat tengah malam.
Hinata tersentak saat sebuah lengan besar menariknya, tubuhnya terhempas tepat di atas sofa berwarna coklat pastel.
"Kenapa?" suara serak itu melantun, deru napasnya terdengar sedikit menggebu.
Hinata masih berusaha meremas erat-erat kelopak matanya, Hinata tahu konsekuensinya jika ia membuka matanya saat ini iris safir itu sedang menatapnya lekat seolah sedang menguliti.
"Aku tidak tahu...," Naruto, ya pria yang sekarang tengah menindihnya adalah Uzumaki Naruto. Dahinya menempel erat dengan Dahi Hinata, menopang tubuhnya dengan tangan kirinya agar berat tubuhnya tak menekan Hinata. "Tidak tahu jika kau begitu dekat dengan Toneri."
Kelopak mata Hinata seketika terbuka begitu mendengar nama Toneri keluar dari mulut Naruto.
Sejak awal Naruto mengetahui segalanya, tanpa harus ia yang menceritakan.
Hinata sangat yakin jika Naruto mengetahui semua tentangnya, mengingat bagaimana saat itu Naruto sangat-sangat tahu soal Hinata. Jadi bukan hal mustahil jika Naruto mengetahui apapun tentangnya tanpa ia ucapkan.
"Do you love me?"
Shit. Perut Hinata tiba-tiba saja menegang? Tadi siapa yang berkata seperti itu? Dirinya atau Naruto?
Apa Hinata sudah dengan tidak sadarnya menanyakan hal seperti itu dengan tidak tahu dirinya.
Hinata meraba bibirnya, ia ingat betul jika ia masih mengatupkan mulutnya sejak tadi.
"Be Mine!"
Kali ini Hinata yakin itu bukan suaranya, iris biru itu menatapnya lekat memancarkan keseriusan yang begitu mendalam.
Sekarang bukan hanya perutnya yang tegang, seluruh tubuhnya menegang. Aliran darah sepertinya berhenti, membekukan setiap sarafnya.
"Hinata." Naruto menunduk berbisik tepat di atas telinganya, suaranya terdengar berat.
"Ya." hanya dua huruf itu yang mampu keluar dari mulut Hinata sementara amethystnya kini terpaku pada bibir Kissable milik Naruto.
"Aku tidak ingin mengulangi ucapanku." Kali ini Naruto mengecup wajah Hinata, setiap senti tak ada yang terlewatkan. Ia mengecup Hinata penuh kasih seolah sebagai bentuk pernyataan ucapan yang tak ingin ia ulangi.
Be Mine?
Mine
Mine
Mine
Eh....,
Hinata tersentak dari lamunan panjangnya saat lengan Naruto menyisir rambutnya.
"Pergilah." bisik Hinata, ia tak yakin bisa menekan perasaannya jika Naruto terus bersikap lembut seperti ini.
Bodoh memang ketika Hinata berpikir Naruto akan menuruti ucapannya, padahal ia tahu dengan jelas jika Naruto adalah pemuda otoriter yang tak suka diperintah, pria itu akan bertindak sesuai instingnya.
"Dan membiarkan diriku tersiksa?" Naruto berguling dari atas tubuh Hinata, sebagai gantinya pria itu berbaring di sampingnya.
Ternyata sofa ini cukup lebar untuk dijadikan tempat berbaring dua orang, Hinata melirik cemas takut-takut ada pelayan bangun dan memergokinya dengan Naruto.
Jangan lupakan posisi mereka yang saling menempel erat ketika kaki panjang Naruto melilit kaki Hinata untuk menahan pergerakan kakinya.
"Karena apa?" tanya Hinata, Dan mengundang dengusan kesal dari Naruto.
"Kelinci bodoh."
"Jangan katakan itu." bibir Hinata merenggut kesal.
Naruto tertawa ringan, ia kadang tak mengerti dengan jalan pikiran Hinata. Padahal Naruto sudah dengan begitu jelas berkata, tapi gadis bodoh di depannya masih saja tak mengerti.
"Jauhi dia."
"Siapa?"
"Toneri, dan pria lainnya."
Setelah itu tak ada lagi kata yang terucap dari mulut Naruto, kini bibirnya tengah menggulum lembut bibir Hinata. Mengecap pelan setiap rasa yang di suguhkan dari bibir manis Hinata.
Tangannya mulai meremas erat bokong sintal Hinata, yang demi apapun hampir membuat Hinata melengguh panjang.
Ini bukan ciuman pertamanya dengan Hinata, Naruto sudah beberapa kali mengecap bibir Hinata dan selalu saja bisa membuat Naruto penasaran dengan bibirnya.
"Nar... ru...," Tubuh Hinata menggelinjang, Jas Kiba sudah jatuh tergeletak tak lagi menutupi bahunya.
"Hm."
Naruto sendiri tidak begitu mempedulikan mulut Hinata yang meracau, dengan sangat lembut ia mengecup bahu Hinata yang terekspose membiarkan gairahnya yang sejak tadi ia tahan.
"Lainkali jangan kenakan gaun seperti ini lagi." suara Naruto terdengar lebih serak kali ini, "Aku tak suka."
Jelas saja tak suka, Naruto takkan pernah sudi membiarkan keindahan tubuh Hinata dinikmati pria lain.
TBC
A/N : Gak adegan ehem-ehem part ini. Soalnya tiba-tiba gue ngerasa sedikit rush kalo langsung ada adegan ehm. Akhirnya setelah berpikir cukup panjang gue delete aja adegan ehemnya, biar ngalir dulu aja deh. Kan agak aneh kalo Naruto langsung sosor XD.
Ohh iya soal private, gue gak bakal private semua story gue. Toh gue udah ngasih warning di awal tentang story yg gue buat.
Gue tau kalian semua bisa jadi pembaca yang bijak.Satu lagi, minggu ini kayaknya gak bisa apdet. Soalnya author ketjeh ini lagi sakit, jadi males mikir dehhh XD XD
Salam Hangat
Selingkuhannya Seunghoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You (Completed)
Fanfiction[A NaruHina Fanfiction ] [Naruto (c) Masashi Kishimoto ] "Mom." Hinata tersentak kaget saat anak lelaki kecil memeluknya, "Maaf membuatmu lama menunggu." Apa telinganya sedang bermasalah? Mom? ia bahkan belum menikah. "Daddy bilang ia tak bisa menje...