Family

22.8K 1.9K 41
                                    

Jika perempuan lain akan membayangkan pernikahan megah ala disney yang kini tengah menjadi trendsetter di kalangan elite Jepang, Hinata justru tak pernah mengharapkan pernikahan seperti itu.

Meski Naruto menyerahkan pada Hinata mengenai tempat resepsi, Hinata tidak mau menikah ala disney meski ia penggemar berat Beauty and The Beast.

"Mommy." ucapan Rei mengambil alih kesadaran Hinata yang sejak tadi memandang ke depan, menyusuri setiap jalan menuju Kyoto.

"Kita akan kemana?"

Rei duduk tenang dikursi belakang dengan seatbelt yang melingkar sepanjang bahu dan pinggannya.

"Kita akan bertemu Kakek." Jelas Hinata, ia tahu Rei tak pernah mengenal jelas Kakek dan Neneknya.

Ayah Naruto meninggal ketika Naruto duduk di bangku SMA, sementara Kushina meninggal ketika Usia Rei menginjak dua tahun.

Hinata sudah tahu jelas tentang masa lalu Naruto, karena itu ia tidak mau terlalu mengungkap lebih jauh masa lalu yang mungkin bisa melukai hati Naruto kapan saja.

"Kita juga akan bertemu Paman Neji dan Bibi Hanabi." Hinata tertawa ringan membayangkan Hanabi yang pastinya akan merenggut ketika dipanggil bibi oleh Rei.

Naruto sengaja mengajak Hinata pulang ke Kyoto, memaksa Hinata mengambil cuty di Kantornya.

"Kau senang?" Naruto melirik sekilas pada Hinata, lalu membenarkan posisi Spion depan untuk melihat Rei yang mulai mengantuk.

"Tentu saja." Hinata mengangguk, hatinya menghangat ketika sebelah tangan Naruto menyusup menggengam erat jemarinya. "Fokus dengan jalanmu, Naruto-kun."

Naruto hanya menanggapinya dengan senyuman, tapi pada akhirnya ia menuruti perintah Hinata sebelum membawa jemari Hinata menyapa bibirnya. Naruto mengecup pelan tangan Hinata penuh kasih.

"Tidurlah, aku akan membangunkanmu jika sudah sampai."

Tatapan sejuk Naruto sungguh membuat jutaan kupu-kupu di perut Hinata semakin beterbangan tak menentu arah. Memporak-porandakan setiap sel yang membuat tubuh Hinata melemas.

"Tapi aku tidak mengantuk." Gumam Hinata pelan.

Alis Naruto bertaut, sebelum sebuah ide melintas di kepalanya. Ia membawa mobilnya ke kiri hanya untuk menepi sebentar.

Raut kebingungan terlihat jelas di wajah lelah Hinata, ketika Naruto berhenti. Lalu menatapnya lekat.

"Calon istriku yang cantik." Naruto menangkup wajah Hinata dengan kedua tangannya, jemarinya dengan nakal mengusap pipi lembut Hinata. "Kau harus tidur agar tidak kelelahan, Aku tidak mau Calon Ibu dari anak-anakku sakit saat menjelang resepsi pernikahan."

Bibir Hinata merenggut mendengar ucapan Naruto yang terdengar berlebihan, Hinata beberapa Hari ini memang sibuk mengurusi beberapa hal menjelang hari pernikahannya. Bahkan tekanan darahnya sempat turun karena terlalu kelelahan, dan berakhir dengan Naruto yang mengurungnya di rumah agar beristirahat total.

"Aku tidak mengantuk."

"Pejamkan matamu." suara Naruto seperti lulaby, menghipnotis Hinata dalam satu nada.

Ketika Naruto mengecup pelan kelopak matanya yang tertutup, Hinata bisa merasakan kakinya yang mulai melemas. Pria di depannya tengah mengecup kelopak mata Hinata secara bergantian.

"Mulai hari ini, meski belum terikrarkan di depan Tuhan. Tapi kita telah saling memiliki satu sama lain." Kali ini Naruto mengusap pelan kelopak mata Hinata, membiarkan rasa kantuk menyerang Hinata perlahan. Berharap ucapannya kali ini bisa menjadi pengantar tidur yang indah.

"Hingga cinta itu terikrarkan, kita akan sama-sama ketakutan jika salah satu dari kita pergi lebih dulu saat menjadi tua. Tapi kali ini aku tidak khawatir, karena aku sudah memilikimu menjadi pendamping hidupku, selamanya."

Hinata hanya bergumam, sebelum ia mengecup pelan ujung Hidung Naruto. "Anggap saja itu hadiah karena sudah membacakanku dongeng sebelum tidur."

Naruto hanya terkekeh, membiarkan Hinata membenarakan posisi duduknya. Dengan telaten Naruto menurunkan kursi Hinata sedikit, agar Hinata bisa tidur lelap menyebrangi alam mimpi seperti Rei.

.
.
.
.

"Neechan....." Seruan Hanabi dari dapur mau tak mau membuat Hinata bangun dari duduknya, mereka sudah sampai dua jam yang lalu tepat pukul 4 sore. Setelah mengistirahatkan tubuhnya beberapa Jam, Hinata memilih menonton TV di ruang tamu.

Naruto sendiri masih beristirahat di kamar Hinata. Dan Rei? sepertinya anak itu sekarang tengah menjadi penyebab Hanabi berteriak.

"Rei hanya membantu." Gumam Rei dengan tangan yang terbalut tepung, rencannya Hanabi ingin membuat Ddukboki, wajar saja Hanabi itu seperti remaja kebanyakan penggemar drama dari negeri ginseng.

"Ia membuat adonannya encer." Gerutu Hanabi sambil menunjukan adonan Ddukboki nya yang memang terlalu banyak mengandung air.

"Aku hanya menambahkan sedikir air, Bachan." Rei menampilkan deretan gigi putihnya, wajahnya terkena tepung terlihat menggemaskan.

"Neechan." Rengek Hanabi mencoba membujuk Hinata agar menjauhkan Rei dari tempat eksekusi miliknya.

"Mommy." kali ini Rei tak mau kalah, ia memanggil Hinata dengan nada merajuk. Ditambah tatapan nakalnya. "Rei hanya ingin membantu, Ibu Guru selalu mengajarkan untuk saling membantu. Dan Rei hanya ingin membantu Hanabi-Bachan."

"Rei boleh membantu, Bibi Hanabi. Tapi Rei harus mendengarkan apa yang diucapkan Bibi Hanabi, Deal?" tanya Hinata. Ia hanya mencoba jalan damainya saja.

Sementara itu Naruto yang sudah bangun karena teriakan Hanabi, tengah menikmati pemandangan yang tersuguh di dapur kediaman Hyuuga.

Mungkin, ini adalah anugerah tuhan, hingga Naruto berkesempatan dipertemukan dengan Hinata, mengenalnya. Sejak saat itu, hati Naruto selalu dipenuhi harapan bahwa hidupnya akan dipenuhi kebahagiaan.

TBC

A/N :

Mi aaaappa ciyuus ini FF roman abal ala emak-emak penggemar korea
#29 in Fanfiction lohhhh.

Wahh makasih deh buat readers muach-muach nya Akoeee 😘😘

Anggap aja ini dongeng pengantar tidur yeh.

Buat readers yang gak follow diriku ini, masih bisa baca kok. Soalnya semua FF gue gak diprivate, jadi jangan tanya gue kenapa gak bisa dibaca. Soalnya gue sendiri gak tahu kenapa kalo ada yg gak bisa baca, mungkin wattpadmu error, atau mungkin wattpadku yg error 😂😂

Ahh pokoknya tunggu dua atau tiga part lagi end lohh 😁😁

Salam Hangat

Selingkuhannya Seunghoon XD

Missing You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang