Hinata tak menjawab ucapan Naruto, ia membiarkan tubuhnya dituntun oleh Naruto.
Langkah Naruto terhenti saat di depan meja Receptionist di ruangannya, safirnya menatap tepat pada perempuan yang tengah tersenyum menundukan kepalanya. "Lain kali jika Kau melihat mereka berdua, jangan pernah melarang apapun yang ingin mereka lakukan. Ikuti saja mereka, meski aku sedang ada rapat mendesak sekalipun kau wajib memberitahuku."
Naruto menarik Hinata mendekat hingga menubruk lengannya. Lalu mengecup pelan pelipis Hinata.
Perempuan itu membatu, menatap Hinata yang tersenyum penuh kemenangan.
Rasakan, tawa Hinata menggema dalam hatinya.
"Tunggu di sini, aku akan menyelesaikan pekerjaanku."
......
Hinata menunduk memikirkan banyak hal, dari sudut-sudut matanya Hinata melihat Naruto yang sedang fokus dengan layar komputernya. Safir itu terbingkai kaca mata berframe tipis, Naruto terlihat lebih dewasa dari biasanya.
Wajahnya begitu serius, dahinya sedikit mengerut saat tangannya berhenti menekan keyboard. Hinata begitu penasaran kenapa pria limited edition seperti masih single sampai saat ini?
Bukankah ada banyak perempuan yang rela menjadi pendamping Naruto, sebut saja salah satunya adalah Shion.
Jika dibandingkan dengan Shion dan sederet nama perempuan yang pernah dekat dengan Naruto, Hinata jelas tak pernah mengenal sosok Naruto sebelum dipertemukan denan Rei.
"Kenapa?" Naruto melonggarkan dasinya, kaca matanya sudah tak lagi membingkai safirnya.
Hinata menggeleng lemah, Amethystnya melirik Rei yang masih tidur lelap.
"Kemarilah!" Naruto duduk di sofa yang bersebarangan dengan sofa tempat Rei tidur.
Hinata baru saja akan mendaratkan bokongnya di samping Naruto, tapi tangan Naruto menarik Hinata membuat tubuhnya terduduk di atas pangkuan Naruto.
"Bagaimana?"
Alis Hinata bertaut, apanya yang bagaimana? Naruto menyusupkan kepalanya di antara persimpangan leher Hinata, membaui aroma tubuh Hinata dalam-dalam.
"Lisa." Hinata meneguk ludahnya saat Naruto menurunkan sedikit kausnya, memperlihatkan bahu putihnya lalu mengigitnya pelan. "Apa dia sangat mirip denganku?"
"Ya, dia sangat mirip denganmu secara fisik." Naruto mengusap punggung Hinata mengantarkan getar-getar Statis ke setiap sel tubuhnya. "Tapi secara sifat dia sangat berbeda 180 derajat denganmu, dia terlalu pendiam sangat pendiam. Dia tidak pernah mengeluh terhadap apapun, dia tidak pernah mengumpat sepertimu."
Bibir Hinata mengerucut tidak suka, tangannya menahan tangan Naruto yang nyaris melepas pengait bra nya.
"Lalu kenapa kau menyukaiku?"
"Aku bukan menyukaimu, aku hanya ingin hidup bersamamu, mungkin ini yang dinamakan insting. Cinta saja tidak bisa menuntun kita pada satu ikatan yang dinamakan pernikahan, harus ada keyakinan dan kepercayaan yang menjadi pondasi kuat. Aku sangat yakin dan percaya padamu, karena dari itu aku ingin menikahimu."
Naruto menyatukan dahinya dengan dahi Hinata, menggesekan pelan hingga mereka saling bertukar oksigen.
"Aku tidak cukup sabar hanya untuk membuang-buang waktu untuk sekedar menjalin kasih dalam ikatan pacaran. Mungkin bagi perempuan seusiamu masih ingin bermain-main dengan berpacaran, tapi aku sudah pernah melewati masa itu. Maka dari itu aku ingin menjalin hubungan lebih serius dibanding menjalin hubungan tiada arti yang kau sebut pacaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You (Completed)
Fanfiction[A NaruHina Fanfiction ] [Naruto (c) Masashi Kishimoto ] "Mom." Hinata tersentak kaget saat anak lelaki kecil memeluknya, "Maaf membuatmu lama menunggu." Apa telinganya sedang bermasalah? Mom? ia bahkan belum menikah. "Daddy bilang ia tak bisa menje...