Sekilas butiran putih yang jatuh dari langit tampak seperti salju yang turun jauh sebelum musimnya. Angin yang berhembus cukup kencang seharusnya masih menjadi penanda bahwa musim kemaraulah yang berlaku. Bukan hanya butiran putih itu yang tampak amat kontras dengan pekatnya langit malam, namun juga pemandangan yang terbatasi benteng setebal dua ratus meter itu. Ibukota, The Alpha, dipenuhi oleh gendung-gedung pencakar langit yang juga dilengkapi dengan gemerlapnya lampu. Tidak peduli siang atau malam, The Alpha selalu tampak hidup pada setiap bagian kecil yang terdapat di dalamnya; mobil-mobil yang berlarian di jembatan layang, musik yang berkumandang hampir di setiap sudut jalan, dan juga para guardian yang berpatroli. Apa yang berada di luar benteng yang megah ini pun jauh berbeda dengan apa yang terlindungi di dalamnya; tidak ada cahaya yang kentara. Entah di mana The Beta, The Omega, atau kota-kota yang lain. Semuanya tampak gelap-kecuali satu titik di seberang sana; bisa dipastikan tempat itu adalah laboratorium percobaan manusia ilegal milik para Beta dan Omega, yang selama ini selalu ingin pemerintah –Alpha- hancurkan namun tak pernah berhasil diraih.
Di atas benteng itulah kini sang wanita berdiri tegap. Tubuhnya yang ramping terbalut sebuah kemeja denim dengan potongan yang agak pendek sehingga ikat pinggang kulit yang terlingkar di pinggangnya terpampang sempurna. Celana yang juga berbahan denim agak ketat memperlihatkan jenjangnya kaki sang wanita layaknya seorang model; ia bukan, tentu saja. Walaupun ia terlihat modis, tetap saja caranya berpakaian agak terlalu jantan untuk seorang wanita, mereka bilang.
Blaire menyelipkan helaian surai ash brown –nya di belakang telinganya, kini memamerkan daun telinganya yang dihiasi berbagai macam tindik. Hanya sebelah memang, karena ia memutuskan untuk memakai tindik yang berpasangan dengan milik sang pemuda bersurai perak yang berada di sampingnya.
Ravi menghadiahkan tindik itu untuk Blaire sebagai hadiah natal tahun lalu, sekaligus pengingat hari di mana mereka pertama kali bertemu. Persahabatan mungkin adalah salah satu dari sekian hal yang paling tidak terduga di dunia ini, seperti ia yang seorang Beta bertemu dengan Blaire yang merupakan seorang Alpha di benteng itu ketika ia mencoba menyusup ke dalam The Alpha dan wanita itu berusaha keluar untuk melihat dunia. Semenjak pertemuan itu, sudah beberapa kali mereka menyelundupkan satu sama lain ke dalam kota masing-masing.
"Kudengar kalian membohongi para Omega dengan mengatakan kalau tempat itu digunakan sebagai tempat riset pemulihan untuk para produk gagal," ucap wanita itu datar.
Ravi terkekeh pelan, "tidak sepenuhnya. Kami memang menempatkan segelintir Omega di tempat itu untuk melakukan riset pemulihan tapi untuk riset yang 'lainnya', itu di luar kewenangan mereka."
"Dan kalian menyalahkan kami atas monster-monster yang sekarang berkeliaran bebas di luar sana walaupun kenyataannya sebagian juga merupakan sampah kalian."
"Kau tidak salah untuk yang itu."
Blaire menghela napas pelan sementara ia menaikkan maskernya yang berwarna hitam menutupi bagian bawah wajahnya agar debu-debu yang beterbangan tidak terhirup masuk ke dalam paru-parunya. Terdengar lebih kedap namun pemuda itu masih bisa mendengar dengan jelas kata-kata yang terdengar dari mulutnya. "Ravi, aku tidak bisa memberitahumu apa-apa kalau kau tidak bisa memberikan informasi yang berguna untukku."
"Maaf saja, aku bukan tipe saintis ataupun peneliti sepertimu. Menurut hasil belajarku, aku seorang petarung- tugas mengais informasi ke The Alpha hanyalah tugas tambahan. Mereka tidak membekaliku dengan banyak informasi, Blaire. Dan lagi, kau ini sebenarnya apa?"
Blaire menaikkan sebelah alisnya, "maksudmu?"
"Seorang tipe saintis tidak mungkin bisa memanjat diding benteng setinggi lima puluh meter dan turun dengan cara melompat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranthine
Science FictionDi masa depan, percobaan pada manusia terus dilakukan demi menciptakan ras manusia yang lebih baik dari sebelumnya; lebih cerdas, lebih kuat, tahan terhadap berbagai penyakit, atau bahkan hidup abadi. Sebagai seorang Alpha, Blaire hanya menginginkan...