Part 7 - Agastopia

95 12 5
                                        


agastopia

(n.) an admiration of a particular part of someone's body

Kepalanya ia sandarkan pada dinding putih di balik punggungnya. Kepalanya terasa pening dan jangankan mual, isi perutnya terasa seperti habis diacak-acak sekarang. Dari semua rangkaian uji, mungkin uji ketahanan terhadap racunlah yang paling ia benci. Mereka membuatnya menegak itu semua semata-mata hanya untuk melihat bagaimana substansi itu bereaksi pada tubuhnya? Blaire sempat berpikir untuk membuat mereka menegak sianida itu- merasakan bagaimana rasanya terbakar dari dalam; walaupun sejujurnya, ini tidak ada apa-apanya.

Ia pernah merangkak melalui neraka sekali. Apa lagi yang perlu ia takutkan?

Kehitaman yang menyelimuti manik sayu itu perlahan memudar, memamerkan kembali sepasang iris tak selaras yang seharusnya nampak di sana. Satu-satunya kemajuan yang mereka berikan hanyalah kini kedua tangannya bisa bergerak bebas, walaupun pintu dari kamar barunya ini masih terkunci rapat dari luar. Mereka tidak mempersilahkannya pulang ke rumahnya; entah apa yang sudah mereka lakukan pada apartemen yang dulu ia tinggali berdua dengan Noir itu.

Leonel juga mengunjunginya beberapa hari yang lalu walupun tidak lebih dari satu jam. Ia menceritakan tentang apa yang terjadi di akademi selama masa absen keduanya ini –sejujurnya, ia mulai merindukan akademi- dan ujian negara akan dimulai bulan depan. Teman-teman seangkatannya pasti sedang panik sekarang. Pemuda itu juga membahas sedikit tentang perkembangan keadaan Noir; beberapa ilmuwan ditempatkan di sana untuk melanjutkan penelitian Blaire tentang selnya. Jelas, mereka pasti tertarik dengan penelitian itu.

Persetan jika mereka memanfaatkannya sekarang. Blaire hanya ingin Noir hidup.

Setelah Leonel pulang, Blaire kembali pada kesehariannya yang baru. Setiap harinya ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam laboratorium sebagai seorang subjek tanpa ada bayangan kapan atau dalam keadaan apa ia akan keluar dari tempat itu nantinya. Yang tersisa kemudian adalah waktu-waktu penuh penantian dalam kesendiriannya ini.

Ia merasa sangat lelah, baik jasmani maupun batinnya. Kerongkongannya seolah menjerit menginginkan kafein dingin mengalirinya. Kepalanya terlalu sakit untuk ia bisa tertidur, jadi setidaknya ia ingin jantungnya berpacu lebih cepat dan membuatnya terjaga. Ia pasti tampak seperti mayat hidup sekarang.

Sayup-sayup Blaire bisa mendengar dengungan alarm yang menggema di luar sana. Ruangan di mana wanita itu berada sekarang cukup rapat bahkan untuk suara dapat menembusnya. Blaire sejujurnya masih menimbang-nimbang apa suara itu memang benar nyata atau sekedar delusi di dalam pikirannya yang sepertinya mulai kacau. Asumsi mereka sedang melakukan simulasi kebakaran, mereka tidak akan mengeluarkannya dari tempat ini karena terlalu bahaya melepaskan bintang buas dari kandangnya hanya untuk sebuah simulasi. Mengingat betapa waswasnya mereka terhadapnya membuat mood Blaire sedikit membaik; sebuah seringai tipis tersungging di bibirnya.

Blaire berdiri dan berjalan ke arah pintu besi itu. Ia pun mendekatkan telinganya agar bisa mendengar lebih jelas apa yang terjadi di luar sana. Untuk sepersekian detik ia memproses apa yang ia sebenarnya tengah dengarkan; seharusnya tidak ada suara tembakan dalam sebuah simulasi kebakaran kan? Kalau memang ini keadaan darurat yang sungguhan, mereka seharusnya mengeluarkannya dari sini! Atau-

"Jangan sampai ia mendekati 'Chiquita'!"

Blaire refleks melangkah mundur setelah mendengar teriakan yang ia peracaya merupakan salah satu guardian yang berjaga di luar sana. Apa maksudnya? Kalau memang keributan ini akibat dari ulah seseorang yang ingin menemui 'Chiquita'; berarti ia ingin menemuinya? Siapa? Ia yakin teman-teman di akademinya tidak akan bertindak senekat itu dan lagi jumlah mereka tidak akan membuat para guardian harus melepaskan tembakkan sebanyak ini.

AmaranthineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang