Camellia melompat mundur; kalau saja instingnya tidak menajam akibat mutasi itu, ia tidak yakin ia masih bernapas sekarang. Ia terengah, namun jantungnya dengan cepat beradaptasi dan memperlambat ritmenya. Ia sudah mulai terbiasa dengan tubuh baru yang ia dapatkan enam bulan yang lalu ini; rehabilitasnya tidak terlalu buruk. Kini, ia sudah ditempatkan sebagai guardian tetap, tentunya dengan posisi yang istimewa ketimbang anggota lainnya. Dalam kurun waktu ini, Alpha telah berhasil menciptaakan dua lagi mutan wanita. Mereka cukup produktif, rupanya. Tentang siapa dua orang itu, ia tahu pasti; yang jelas, mereka semua bisa hidup karena penelitiaan lanjutan dari 'Chiquita'. Mereka bahkan membutuhkan dua tahun sebelum akhirnya kembali melakukan percobaan.
Kembali pada keadaan sekarang. Ia mengatur ulang napaanya, sementara ia berusaha untuk memahami keadaaan. Tugasnya hari ini adalah berjaga di benteng, dan sialnya, mengapa harus ada penyerangan pada gilirannya berjaga!?
Gadis itu mengerang. Ia perlu beberapa menit untuk menyadari bahwa penyerangan itu hanya dilakukan oleh satu orang. Ya, hanya satu orang dan sosok itu berhasil melumpuhkan dua orang rekannya. Kalau memang sosok itu berniat menerobos masuk, seharusnya ia tinggal melewatinya.
Seharusnya.
Nyatanya sosok itu kini berdiri tegap di hadapannya, menatapnya dingin dengan manik kuning mikiknya.
Lia mengenali sosok itu. Ia pernah bertemu pemuda bersurai perak ini, dan kalau tidak salah, rambutnya tidak sepanjang ini dulu. Ya, kepasa sosok inilah ia berhutang nyawa.
"Kau..."
Ravi mendengus pelan. Jadi, gadis ini sosok 'Camellia' yang mereka bicarakan, yang katanya keberadaan yang lebih sempurna ketimbang 'Chiquita'. Ya, wajah gadis itu tampak tidak asing walaupun sejujurnya ia tidak mengingat namanya.
Tidak penting.
Pemuda itu segera mencengkram lengan sang gadis. "Kau harus ikut denganku sekarang," pintanya.
Sudah terlalu lama ia menunggu, dan ia tidak mau menunggu lebih lama lagi.
Jangan harap. Tangannya yang masih terbebas segera mengambil senjata berupa pisau yang ia bawa pada saku belakangnya. Dengan sigap ia menyayat tangan sang pemuda, dan reaksi pemuda itu membuatnya meregangkan cengkaramannya, memberi kesempatan untuk Lia melepaskan diri.
Ia berlari, membuat jarak sejauh mungkin dengan sang pemuda. Sayangnya, tebing setinggi lima puluh meter ini membatasi ruang geraknya. Leo pernah bercerita tengang Blaire yang bisa melompat ke bawah sana; tidak langsung ke bawah sana, ia yakin; melewati dinding-dinding timbul dan dahan-dahan pohon yang menyentuh benteng ini. Secara teori, hal itu bisa dilakukan, walapun pada prakteknya, Lia tidak berani untuk melakukannya meskipun tubuhnya mempunyai kemampuan regenerasi sebaik ini.
Mata Lia terbelalak kaget, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Luka yang ia buat tadi cukup dalam, namun mutan pria yang menjadi lawannya ini mampu menyembuhkannya dalam hitungan detik.
Ia tidak pernah melihat yang lebih cepat dari ini sebelumnya.
Ravi kembali menyerang, namun Lia sempat untuk menangkis tangannya. Kedua kakinya sempat terdorong akibat serangan pemuda itu. Kekuatan yang ia tempatkan pada kedua kakinya itu ia pindahkan pada lengan-lengannya, sehingga ia bisa membanting tubuh sang pemuda ke arah lain.
Kesempatan ini tidak akan datang dua kali.
Dengan terengah-engah dan peluh yang membasahi tubuhnya, sang 'Camellia' berlari dari tempat itu. Meskipun sama-sama seorang mutan, ada sesuatu dari Ravi yang membuatnya tahu kondisi fisiknya tidak ada apa-apanya ketimbang pemuda itu.
Ravi berhasil memulihkan posisinya. Ia yang kini bertumpu pada salah satu lututnya di tanah. Tidak sulit baginya untuk meraih pergelangan kaki sang gadis dan menariknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranthine
Science FictionDi masa depan, percobaan pada manusia terus dilakukan demi menciptakan ras manusia yang lebih baik dari sebelumnya; lebih cerdas, lebih kuat, tahan terhadap berbagai penyakit, atau bahkan hidup abadi. Sebagai seorang Alpha, Blaire hanya menginginkan...