Gerimis.
Ketika alkohol tidak lagi berpengaruh pada tubuhnya, aroma hujan yang begitu khas menjadi satu-satunya hal kepada itu ia bisa berpegang teguh. Berpegang pada kenangan hanya akan membawa kehampaan padanya.
Sepasang manik tak selaras itu menatap lurus dengan sorot yang hampir kosong, seolah ia sudah begitu lama menahan lelah. Aneh. Tiga tahun bisa membawanya melihat dunia dari kaca mata yang berbeda; dulu, ialah yang berdiri dari benteng raksasa nan jauh di sana itu. Apa yang bisa ia lihat dari sana hanyalah kegelapann, dan kini ia merupakan bagian dari wilayah yang gelap itu. Benteng itu tampak begitu jauh.
Alpha bukan lagi tempatnya untuk pulang.
Keberadaan Noir bukan lagi terasa jauh, namun tak lagi dapat ia raih. Sudah tiga tahun berlalu, bagaimana keadaannya sekarang? Apakah penelitian itu masih dilanjutkan? Tidak pernah sekalipun ia mendengar kabar tentang itu. Tanpa sadar, tangannya telah terulur menggapai udara.
Dinginnya lantai itu seolah tak terasa. Tubuhnya yang kini terduduk di atas lantai itu hanya terbalut kaos tanpa lengan berwarna putih- milik Ravi. Ia tidak punya banyak pakaian di tempat ini dan Ravi sendiri tampaknya tak keberatan ia mengenakan bajunya.
Frustasi. Kesal.
Mengapa keadaan bahkan tak mengizinkannya untuk mengenang Noir? Ia sengaja pergi membuat tato di tubuhnya untuk mengingatkan dirinya sendiri akan keberadaannya, namun tubuh itu menolak. Tato yang seharusnya permanen itu menghilang dalam hitungan menit dari tubuhnya.
Blaire mengacak-acak rambutnya yang panjang, tidak tahu lagi bagaimana ia harus menuangkan kekesalannya. Erangan pelan meluncur dari mulutnya. Matanya pun terasa panas dan sembab, namun air matanya seolah telah kering. Puas mengacak dirinnya sendiri, ia kini terdiam layaknya patung. Ironis. Ia bahkan sudah hampir melupakan bagaimana wajah Noir. Semakin ia berusaha mengingat, semakin ingatan itu tampak kabur.
"Aku pulang."
Blaire segera merapikan rambutnya dan berdiri. Ia tidak bisa membiarkan Ravi melihatnya dalam keadaan itu. Wanita itu lantas segera berjalan dan menyambut pemuda itu dengan senyuman lembut di wajahnya. "Selamat datang."
Dan inilah yang selama ini selalu Ravi mimpikan; ketika ia membuka pintu apartemennya dan seseorang yang ia cintai dengan segenap hatinya menyambutnya. Sudah setengah tahun berlalu sejak Blaire terbebas dari belenggu Kenneth –meskipun tidak dengannya- dan semenjak itu juga mereka tinggal bersama. Sejujurnya Ravi tahu Blaire masih tidak mau membuka diri untuknya. Ia bertingkah seolah-olah semua yang terjadi pada mereka adalah hal yang normal dan tak sekalipun ia mengangkat topik itu; semua yang terjadi dalam kurun tiga tahun ini. Sama sekali tidak ada perubahan sikap dari wanita itu terhadapnya, dan itulah yang membuat pemuda itu semakin menyadarinya.
Jika ia berada di posisi Blaire, mungkin ia sudah gila.
Blaire adalah tujuan hidupnya dan wanita itu sendiri telah kehilangan tujuannya. Ketimbang terombang-ambing tanpa arah, hidup bersama seperti ini terasa jauh lebih baik. Ravi tidak menuntut Blaire untuk menaruh perasaan padanya, apalagi untuk mencintainya. Ia hanya ingin wanita itu berada di sisinya.
Blaire menyambut pemuda itu dengan sebuah pelukan. Kedua tangannya terlingkar di leher sang pemuda, sementara tangan pemuda itu sendiri membalas dengan merengkuh pinggangnya.Meskipun tanpa didasari perasaan yang kuat, ciuman itu nyatanya terasa begitu dalam; emosional. Lidah mereka saling bertaut, berusaha untuk mendominasi yang lainnya; seolah, ada keinginan terpendam yang hanya bisa diutarakan melalui ciuman, bukan kata-kata.
Ciuman itu semakin dalam, dan tak sadar sang pemuda telah memojokkan wanita itu ke dinding. Tangannya perlahan terselip kebalik kaosnya yang dikenakan oleh Blaire, menyentuh setiap incinya. Kalau saja keterbatasan akan oksigen tidak menyadarkan mereka, keduanya tahu ke mana ini akan berakhir.
![](https://img.wattpad.com/cover/90039916-288-k216966.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranthine
Science FictionDi masa depan, percobaan pada manusia terus dilakukan demi menciptakan ras manusia yang lebih baik dari sebelumnya; lebih cerdas, lebih kuat, tahan terhadap berbagai penyakit, atau bahkan hidup abadi. Sebagai seorang Alpha, Blaire hanya menginginkan...