Sepasang manik cokelat keemasan itu melebar kaget, untung saja ia tidak menjatuhkan ponselnya. Ia baru saja mendapat telpon dari salah seorang seniornya, Eldrick Hale, yang dua tahun lalu direkrut menjadi ilmuwan tetap oleh pemerintah. "Kendaraan mereka di serang oleh sekelompok mutan dalam perjalanan mereka kembali ke Alpha."
Blaire tidak akan peduli kalau Noir, kakak angkat sekaligus tunangannya itu, tidak berada di dalam kendaraan itu. Pemuda itu memang pamit untuk pergi bersama beberapa orang dalam kelompoknya untu melakukan riset lapangan, tepatnya, di luar tembok pembatas Alpha. Hanya ada dua hal yang perlu kau takuti ketika kau berada di luar tembok; kemungkinannya kau akan ditangkap dan dijadikan sandera oleh pemberontak Beta, atau diserang oleh mutan.
Mutan adalah sebutan untuk mereka; produk gagal dari pekerjaan mutasi manusia yang dilakukan oleh pemerintah- walaupun dalam istilah biologi, mutan mengarah pada hasil mutasi itu sendiri tidak peduli gagal atau tidaknya. Dalam kasus ini, mutasi sendiri hanya menghasilkan tiga kemungkinan: kemungkinan pertama subjek akan berhasil, hidup, suskses menjadi manusia dengan tubuh yang sempurna. Kemungkinan kedua, yakni mereka terlalu lemah untuk bertahan hidup setelah sel-sel mereka tidak mampu bermutasi, sehingga mereka mati. Kemungkinan ketiga, sel-sel mereka bermutasi, namun terdapat beberapa bagian yang tidak bermutasi sempurna- sel tubuh mereka akan saling menggerogoti dan terjadi peningkatan hormon ghrelin yang ekstrim, mengakibatkan mereka akan memakan apapun yang berada di hadapan mereka, termasuk manusia.
Para mutan kemudian dilepaskan begitu saja ke luar tembok, dengan harapan mereka akan mati sendirinya atau yang lebih baik akan menyerang para pemberontak Beta yang lewat. Tidak, mereka tidak seperti zombie dalam film-film fiksi yang menularkan virus- mutasi sel tidak akan menular begitu saja. Perawakan para mutan mirip denganmanusia, hanya saja lebih lusuh karena mereka tidak akan lagi peduli dengan penampilan, dan mereka mempunya mata dengan sklera hitam dan manik berwarna kuning.
"Kapan mereka menghubungimu, Kak Hale?" tanya gadis itu pelan dan melihat ke arah jam digital di dinding kelasnya. Dalam hitungan menit kelas berikutnya akan dimulai- ya, ia masih punya jatah untuk membolos tiga jam pelajaran penuh.
"Salah satu dari mereka menelpon ke fasilitas pusat beberapa menit yang lalu..."
"...apa ada kabar tentang Noir?"
"Sampai saat ini, belum."
"Di mana mereka?"
"Reruntuhan pusat kota Beta sebelumnya." Kalau tidak salah.
"Bagaimana dengan guardian yang mengawal mereka?"
"Awalnya ada tiga mereka bilang, yang satu gugur, dan entah apa nasib yang dua itu."
Blaire segera berdiri dan memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sisa bukunya ia tinggalkan begitu saja di kolong mejanya; ia tidak ada waktu untuk membawa mereka kembali masuk ke dalam lokernya. Mari kita ambil sisi positifnya; mungkin Noir tidak bisa menghubungi mereka karena ia sedang berlindung di luar sana. Yang tertinggal di dalam otaknya sekarang adalah bagaimana cara yang paling cepat untuk menerobos keluar dari tembok dan menemukan Noir.
Ia pernah sekali memanjat tembok setinggi seratus meter itu bersama dengan beberapa orang temannya –salah satunya sang calon saintis Leo- untuk merayakan malam tahun baru bersama. Mereka bilang, seluruh kembang api yang akan dinyalakan di dalam Alpha akan terlihat dari tembok- memang, pernyataan itu tidak salah, walaupun pada akhirnya hanya Blaire dan beberapa orang siswa bertipe petarung yang berkesempatan menikmati kembang api itu, sementara Leo bahkan tidak bisa memanjat lebih dari tiga meter.
"...Blaire?"
Dan Blaire baru tersadar bahwa telponnya masih tersambung dengan seniornya tersebut. "Ya, Kak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/90039916-288-k216966.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranthine
Science FictionDi masa depan, percobaan pada manusia terus dilakukan demi menciptakan ras manusia yang lebih baik dari sebelumnya; lebih cerdas, lebih kuat, tahan terhadap berbagai penyakit, atau bahkan hidup abadi. Sebagai seorang Alpha, Blaire hanya menginginkan...