The Reason (turn the heart)

569 86 13
                                    

.

.

.Hari masih pagi ketika Myungsoo melangkahkan kakinya menuju perbukitan, bahkan masih teramat pagi. Matanya menatap kedepan, ia dapat melihat gundukan tanah yang dilapisi rerumputan hijau yang asri. Sesekali tangannya ia layangkan bebas, menggapai rumput liar, wajahnya terkesan lelah dengan senyuman yang ia sembunyikan, kantung matanya terlihat jelas.


Langkah kakinya ia hentikan tepat ketika ia mendapati sebuah gundukan tanah yang dibaluti rumput hijau terawatnya. Ia melihat setangkai bunga lili putih segar, tatapannya datar namun sarat akan kesedihan, tatapannya beralih pada gundukan tanah lainnya, ia mendapati sosok yeoja paruh baya dengan gaya elegantnya. Ia berpakaian serba hitam, rambut hitam legam pendeknya. Perlahan Myungsoo berbungkuk menaruh bunga lili putih yang ia bawa sedari tadi disamping bunga lili itu. Kemudian terdiam kembali, tak ada pergerakan pasti dari Myungsoo, ia hanya berdiri dengan tatapan kosongnya.

"ini tak adil, sungguh tidak adil" gumam myungsoo

Perlahan Myungsoo menggeser kakinya, membuatnya menghadap pada yeoja paruh baya itu. Ia kembali terdiam menatap punggung yeoja paruh baya yang terlihat memiliki umur 40 tahunan itu, ia meremas bunga krisan putih ditangannya, ia sangat hafal dengan sosok itu, sosok yang selama bertahun-tahun menyuntikan semangat untuk Myungsoo, sosok yang menjadi pegangan ketika ia mulai buta dan kehilangan arahnya. Sosok itu mulai membalikan tubuhnya perlahan, setelah beberapa saat memandang gundukan dihadapannya.

"eoh, Kim Myungsoo!" kagetnya ketika mendapati myungsoo dihadapannya.

Dengan sedikit terpaksa Myungsoo menarik kedua sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman.

"annyeong, eommonim." Sapanya dengan sedikit membungkuk.

"wae? Kenapa kau hanya berdiri saja. Kemarilah" myungsoo masih terdiam ditempatnya, tangannya semakin mengepal meremass bunga krisan putihnya. Yeoja paruh baya itu menatap myungsoo lembut, kemudian tersenyum. "kau datang kesini, bukan hanya untuk mengunjungi makam ayah jiyeon saja bukan?, kau datang kemari untuk ayahmu juga"

"aku tidak tahu, apakah masih pantas aku mengunjunginya"

"myungsoo-ya. Berulang kali telah kukatakan padamu, ini bukan kesalahan kedua orangtuamu. "

"mereka tetap salah, mereka telah merenggut kebahagiaan jiyeon, mereka telah merenggut suamimu, eommonim" suara myungsoo melemah, kini air matanya jatuh. "maafkan aku" myungsoo menjatuhkan dirinya berlutut dihadapan yeoja itu, yang ternyata ibu jiyeon Kim Tae Hee "maafkan aku yang tidak bisa menjaga putrimu, mianhae...hukum saja aku"

Kim Tae hee menatap sendu myungsoo dihadapannya, tubuhnya bergetar karena menanangis. Ia ikut berlutut dihadapan myungsoo, meraih kepala myungsoo. Ia memeluk myungsoo penuh kasih sayang menepuk-nepuk punggungnya. Perlahan namun pasti naluri seorang wanita keluar, Kim Tae Hee ikut menangis menghadapi sosok lemah seorang Kim Myungsoo.

"annio, kau telah menjaganya dengan baik. Apa yang sebenarnya terjadi denganmu, eoh? Kenapa kau seperti ini lagi?" tanyanya, Ny.Park ingat jelas saat Myungsoo lemah seperti ini ketika ia menerima kenyataan Jiyeon kecelakaan dihari pernikahannya, tepat setelah pernikahan nya, yang lebih menyedihkan Jiyeon membuka matanya tanpa mengingat Myungsoo. Dulu ia sangat lemah, bahkan terkesan frustasi.

"mianhe, aku harus meninggalkannya"

Kim Tae hee sontak menutup kedua matanya, bagaikan petir di siang hari. Ia paham sangtlah paham dengan maksud perkataan myungsoo. Bibirnya bergetar, namun tetap berusaha untuk tegar. Pikirannnya berkelana,

"seandainya itu semua tak terjadi, mungkin anak-anak ku akan hidup bahagia" hatinya berbicara

Flashback

The Reason 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang