mungkin FF ini sudah hampir terlupakan, berharap masih ada yang menunggu FF ini.
..
..
...
......
..........
Sinar matahari yang menyelinap dari balik celah tirai, berhasil mengusik tidur nyenyak insan manusia, Jiyeon mengerjapkan matanya untuk beberapa kali. Ia merasakan tubuhnya sakit pada tubuhnya, kepalanya ia tolehkan pada seseorang yang berada disampingnya, yang dengan posesifnya melingkarkan tangan kekarnya pada tubuhnya di balik selimut putih tebalnya.
Jiyeon tersenyum seketika, saat ia mengingat kejadian semalam yang ia lewati bersama Myungsoo, ia masih bisa merasakan ketika betapa lembutnya setiap sentuhan Myungsoo pada tubuhnya, sensasi yang Myungsoo berika begitu membuai dirinya, hingga ia begitu kehilangan akal sehatnya.
Jiyeon melihat jam yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, saat ini sudah pukul 7 pagi, matahari sudah mulai menampakan cahayanya tampak terang diluar sana Jiyeon bisa melihatnya dari balik tirai yang tertutup cukup rapat. Jiyeon mengambil segelas air, meminumnya dengan cepat ketika kerongkongannya terasa begitu kering. Myungsoo sedikit melengguh, membuat Jiyeon tersenyum puas. Ia mendaratkan ciumannya di bibir Myungsoo sekilas, membuat Myungsoo semakin menggeliat. Dan, Jiyeon semakin terkekeh .
"oppa, jangan dulu bangun" Jiyeon membisikan kata di dekat telingan Myungsoo begitu intens, bahkan membuat siempunya telinga tersenyum geli. Lagi Jiyeon mengecupnya lembut.
Jiyeon beringsut turun, mengambil pakaiannya yang berserakan dimana-mana dan mengenakannya. Menggulung rambutnya, sesaat ia menatap cermin dihadapannya melihat leher jenjangnya yang penuh dengan tanda kemerahan, ia sedikit berdecak kesal.
"aish..bagaimana aku keluar dengan keadaan seperti ini" desisnya.
Namun, Jiyeon tidak ambil pusing dengan itu. ia segera melesat kearah dapur berniat membuatkan sarapan untuk Myungsoo.
Lima belas menit sudah Jiyeon bergelut dengan dapur, menyiapkan sarapan untuk Myungsoo. Sepertinya Jiyeon sudah mulai terbiasa dengan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, bahkan ia tampak lebih lugas melakukan setiap tugasnya, tanganya begitu cekatan melakukan pekerjaan rumah.
Ya. Sudah satu bulan semenjak Jiyeon kembali ke Tokyo, dan selama itu jugalah hubungannya dengan Myungsoo membaik, bahkan lebih baik mungkin dari sebelumnya. Tidak pernah ada pertengkaran lagi diantara keduanya, ya..meski tak bisa dipungkiri jika perdebatan kecil selalu terjadi dalam hubungan mereka. Bukankah itu sesuatu yang wajar, perdebatan adalah bumbu penyedap dalam setiap hubungan.
GRABBB..
Tangan kekar, kini melingkar indah di perut Jiyeon. ia sempat tersentak kaget untuk beberapa saat, namun kemudian tersenyum. Ia membiarkan Myungsoo memeluknya beberapa detik, sampai akhirnya ia mencoba melepaskannya.
"oppa, lepaskan" Jiyeon memprotes ketika Myungsoo semakin mengeratkan pelukannya, "ishh, oppa. Hentikan!" Jiyeon kembali protes, dengan tubuhnya yang sedikit menggeliat ketika dengan bebas Myungsoo mencium tengkuk lehernya, dengan sesekali menyesapnya. "Kim Myungsoo, aku sedang memasak"
"matikan saja kompornya" Myungsoo tidak memperdulikan.
Jiyeon memutar bola matanya, segera mematikan kompornya. Melepaskan tangan Myungsoo dari perutnya, dan berbalik melihat suaminya yang tengah tersenyum puas.
"tsk, lagi pula sejak kapan kau disini? kenapa aku tidak mendengar langkah kakimu" tanya Jiyeon penasaran. Tentu saja, ini bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh seseorang yang kehilangan penglihatannya, berjalan dengan lancarnya, bahkan tanpa tersandung sama sekali. Tidak! Jiyeon tidka mengharapkan Myungsoo terjatuh akibat tersandung, hanya saja ini adalah sesuatu yang luar biasa bagi Jiyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason 🔚
FanfictionSebuah mimpi buruk yang selalu hadir dalam tidur, tiba-tiba menjadi kenyataan. Sebuah kenangan buruk kembali lagi, terulang lagi. Kebencian dan rasa cinta menjadi satu, ketika harus memilih antara bahagia dan menderita, melepas dan menggenggam. Masa...