Seratus tiga puluh hari
Jiyeon meletakan kembali kalender mini di atas nakas di samping tempat tidurnya, ia kemudian bangkit dari tidurnya, duduk di samping ranjangnya, mengusap wajahnya sesaat dan mneyembunyikan helaan nafasnya. Matanya beralih pada seseorang yang masih betah terlelap di dekatnya, kemudian ia beralih ke sampingnya dengan sedikit mengitari Rajang miliknya.
"Taemin-ah, bangun! " jiyeon mencoba membangunkan Taemin.
Jiyeon hanya mendapati geliatan kecil dari tubuh Taemin, dan kemudian terlelap kembali.
"ayo bangunlah, hari sudah siang"
"euhhmm, 5 menit" Taemin mengangkat kelima jarinya diudara "beri aku lima menit lagi, aku baru tidur chagiya"
"tsk..kau ini" jiyeon berdecak kesal, dan meninggalkan Taemin. Yang kembali bergelung dengan selimutnya, yang bahkan kini hampir seluruh tubuhnya ditutupi oleh selimut.
.
.
.
Jiyeon tengah duduk di sebuah kursi panjang di tengah sebuah taman yang tidak terlalu luas namun, terlihat cukup asri dengan pepohonan yang terlihat terawatt, rumput hijaunya yang menjadi alas kaki pijakan jiyeon. Ia beberapa kali sempat mengamati pergerakan dari orang-orang yang berlalu lalang didekatnya.
Jiyeon melirik kearah satu cup kopi panas yang tersodor kearahnya, ia mengambilnya dengan sedikit tersenyum.
"selamat pagi" Taemin bersuara ketika ia telah duduk nyaman disamping JIyeon.
Taemin yang kini mengenakan kaoss polos putih dipadukan dengan kemaja hitam, dengan rambut yang sedikit panjangnya sehingga menatupi sebagian dari keningnya terlihat tersenyum menatap kedepan, kendati ia baru saja menyapa jiyeon.
"pagi" balas jiyeon singkat, kedua tanganya menggenggam cup kopi yang terasa masih panas, menyalurkan kehangatan untuk dirinya, karena cuaca Kota Seoul yang cukup dingin.
Hening
Cukup lama Jiyeon ataupun Taemin tidak bersuara, sehingga suasana terasa canggung diantara mereka. Hingga, Taemin berusaha mencairkan suasana.
"udara disini lebih segar" Taemin menghirup udara dalam kemudian menghembuskannya " dibandingkan didalam, aroma obat-obatan sangat kuat. Aku tidak suka itu"
"nde kau benar" jiyeon membenarkan.
Memang benar, didalam bau obat-obatan terkesan kuat.
Suasana kembali hening lagi utuk sesaat. Hingga tTaemin membuka mulutnya kembali.
"kehidupan Donghae Hyung telah lengkap sekarang" jiyeon mengangguk. "seorang bayi tampan telah lahir" lanjutnya
"nde, kau benar. Bayi yang tampan dan sangat tampan" jiyeon membenarkan
"tapi- " Taemin menghentikan ucapannya "hyung tak dapat bertemu dengan nya, begitupun aku"
Jiyeon memandang Taemin, ia terkekeh mendengar ungkapan Taemin. Detik kemudian jiyeon menundukan kepalanya.
"begitupun aku" lirihnya
"mianhe"
Jiyeon mengangguk
"kita sama-sama melakukan kesalahan yang sama?, kita terlalu cepat dalam melangkah, hingga ahirnya kita salah langkah. Meskipun berulang kali eonni memeperingatkanku, memperingatkan kita." Terang jiyeon "kita mengabaikannya. Tidak ada yang perlu ku maafkan, Karen akupun salah" lirih jiyeon, pandangannya lurus kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason 🔚
FanfictionSebuah mimpi buruk yang selalu hadir dalam tidur, tiba-tiba menjadi kenyataan. Sebuah kenangan buruk kembali lagi, terulang lagi. Kebencian dan rasa cinta menjadi satu, ketika harus memilih antara bahagia dan menderita, melepas dan menggenggam. Masa...