.
.
.
Hujan dilangit Seoul mengguyur sore harinya, tak tampak tanda-tanda akan adanya hujan akan mereda. Dua insane tengah tengah terdiam didalam mobil, tak ada pergerakan dari keduanya. Mereka adalah Park Jiyeon dan Lee Taemin, semenjak satu jam yang lalu mereka terdiam dibawah guyuran hujan dengan perlindungan kendaraan bajanya.
Jiyeon menyandarkan kepalanya pada kaca mobil disampingnya, sedari tadi ia tak henti-hentinya selalu menarik nafasnya panjang. Sesekali memejamkan matanya, menyembunyikan rasa yang tengah ia rasakan. Ketika mulut tak bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya, hanya akan ada tangisan yang datang, namun ketika tangisan itu tak seharusnya menjadi ungkapan ketika mulut tak bisa berbicara, apa yang bisa dilakukan?? Hanya terdiam yang dating.
"kau yakin?" Taemin membuka mulutnya, tatapannya lurus kedapan tanpa melihat Jiyeon. "jika tidak, kita bisa membatalkan rencananya"
Jiyeon membuka matanya, membenarkan posisinya. Ia kembali menarik nafasnya dan menghembuskannya pelan sebelum ahirnya membuka mulutnya "apa alasanku untuk tidak yakin?" jiyeon menatap Taemin serius. "untuk kali ini biarkan aku memutuskan semuanya, kalian sudah terlalu jauh menentukan jalan hidupku. Yang bahkan akupun tak tahu sama sekali, aku bukan Park jiyeon yang dulu, dan aku bukan lagi Rian. Tapi aku Park Jiyeon yang baru. Arra!"
Taemin beberapa kali menganggukan kepalanya, ia mengerti maksud semua perkataan jiyeon. Bahkan lebih dari mengerti, bahkan ia mengerti gejolak hati yang dirasakan Jiyeon. Ia mengenalnya bukan dalam hitungan jam, hari, ataupun bulan. Hey, ayolah Taemin mengenal Jiyeon sedari kecil, apalagi yang membuatnya harus tak bisa mengerti keadaan Jiyeon.
"arrso, tapi –"
"apa cincin ini tak menunjukan jika aku yakin!" ungkap jiyeon sarkatis, ia menunjukan cincin dijari manisnya.
Taemin kemudian meraih tangan Jiyeon yang berada dihadapan wajahnya, ia menggenggamnya.
"aku percaya padamu."
"jika kau percaya, berhentilah meragukanku sekarang" rengek jiyeon. Taemin kembali mengangguk dan tersenyum, merengkuh jiyeon kedalam dekapannya. Menghirup aroma tubuh jiyen dari sela-sela tengkuknya.
.
.
.
Jiyeon berjalan berdampingan memasuki rumahnya, dengan genggaman tangan yang tak mereka lepaskan. Mereka mendapati Yoona juga Donghae tengah berada diruang makan, karena waktu tepat menunjukan untuk waktunya makan malam. Taemin juga JIyeon berhenti, memandang kaka mereka berdua.
"selamat malam" taemin lebih dulu menyapa Yoona juga Donghae.
Membuat keduanya menoleh kearah sumber suara, Donghae tersenyum memandang kedua adiknya yang ia sayangi datang bersama ditambah kedua tangannya yang saling bergenggaman. Berbanding terbalik, Yoona ia memasang wajah nyaris tanpa ekpresinya,namun tersirat kekagetan melihat kedatangan mereka berdua. Baiklah, kekagetan Yoona itu tidaklah berlebihan, nyatanya hal ini telah ia prediksikan sebelumnya.
"eoh, kalian sudah datang? Kemarilah. Kita makan bersama" ajak Donghae. JIyeon dan Taemin menurut, mereka duduk berhadapan dengan sepasang suami istri itu. Taemin tersenyum menyapa kaka iparnya, Yoona tersenyum membalas sapaan taemin. Namun, ia menghiraukan keadaan untuk selanjutnya, ia lebih memilih untuk cepat menghabiskan makannya.
"eonni" panggil JIyeon, ia menatap kakannya itu yang kini menghentikan aktifitasnya, yang juga menatapnya. Jiyeon tersenyum pada kakanya, meski terasa kaku. "aku a..aku" ragu jiyeon, membuat Yoona menatapnya penasaran. Jiyeon mengepalkan tanganya, dibawah meja, Taemin segera menggenggamnya, membuat JIyeon mendelik padanya. "eonni. Aku akan menikah!" ucap Jiyeon cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason 🔚
FanfictionSebuah mimpi buruk yang selalu hadir dalam tidur, tiba-tiba menjadi kenyataan. Sebuah kenangan buruk kembali lagi, terulang lagi. Kebencian dan rasa cinta menjadi satu, ketika harus memilih antara bahagia dan menderita, melepas dan menggenggam. Masa...