Arya
Dingin menyilet tanpa ampun meski aku sudah mentriple pakaian. Dua blouse dan coat. Seharusnya Brisbane tidak sedingin ini meski di puncak musim dingin. Kopi panas yang beberapa menit lalu kuseduh berubah dingin bak pertunjukan sulap. Pukul tiga dini hari dengan suhu tiga derajat dan angin yang mengembus tajam, menjadikan kota ini seperti mati. Semua memilih di dalam rumah atau apartemen, berselimut tebal, memaksimalkan penghangat ruangan, dan berpikir malas untuk keluar rumah.
Sementara aku, Wiliiam, dan Zack, tidak punya pilihan selain memunguti sampah organik dan non organik sepanjang bibir pantai menggunakan sekop mobil patrol. Angin dingin mengembus bak menyilet kulit dan menembus hingga tulang.Tanganku mulai kebas dan sulit digerakkan. Aku bersyukur Zack mengizinkanku ke arena, ruang kecil berisi penghangat untuk kami istirahat. Setelah telapak tanganku kembali merasa, kuambil ponsel yang sejak tadi menggeletar di saku jaket.
Surel dari Alexa. Jantungku berdegub kencang.Dear, Mas Arya.
Ini bukan kabar baik. Ibu Rena menderita kanker paru stadium lanjut. Aku perlu nomor kontak Rena.
Adikmu, Alexa.Surel ini singkat namun bisa mengubah hidup seseorang. Tak dapat kubayangkan reaksi Rena saat mengetahui. Tetapi aku juga tidak boleh meyembunyikan. Rena berhak tahu. Rena berhak merawat ibunya. Kubalas surel Alexa.
Adikku, Alexa.
Terima kasih informasinya. Biar aku yang memberitahu Rena.
Kakakmu, Arya.Aku jadi ingat saat Alexa divonis kista ovarium atau ketika Papa divonis stroke. Dunia terasa buram namun aku tidak berhenti mencari jalan.
Rena. Meski belum lama mengenalnya, aku merasa dekat. Aku bisa membayangkan kesakitannya saat tahu kebenaran. Aku menimbang jalan keluar yang bisa kuanjurkan padanya. Bukan hanya memberitahu lalu... blast! Membiarkan Rena berpikir sendiri.
Ponselku kembali bergetar. Dari Alexa. Dia memintaku mengaktifkan yahoo messenger. Kuturuti. Masalah Rena tidak sepele.Loveofmylife: Lexa tidak mengganggu waktu tidur?
Aku: Tidak. Menurut dokter, terapi apa yang harus dilakukan.Saat mengetik, kutahan mati-matian denyut ekstrem yang menampar hati. Betapa aku rindu Alexa setengah mati
Loveofmylife: Sementara kemoterapi dan radiasi. Operasi tidak membantu. Lexa rasa sebaiknya Bu Sari dibawa ke Brisbane. Masalah biaya, Lexa dan Juna tidak keberatan membantu.
Alexa tahu aku di Brisbane. Ibu Rena pasti cerita. Tetapi aku tidak boleh memikirkan diri sendiri. Masalah Rena lebih penting. Aku dan Alexa tahu sakitnya ditinggal orang tua. Mungkin itu sebabnya Alexa tidak banyak bertanya. Mudah berempati meski tidak kenal Rena, bahkan rela menyumbang. Aku bangga padanya. Ah, rinduku makin memarut.
Aku: Mas setuju. Setelah memberitahu Rena, Mas akan pastikan detilnya. Sementara ini, Mas titip ibu Rena.
*
Alexa
Air mataku berlinang. Arya bahkan tidak menanyakan kabarku. Hanya Rena dan Rena. Aku makin penasaran hubungan Arya dan Rena. Bukan untukku, melainkan untuk Winona dan calon bayinya. Ah, betapa munafiknya aku!
"Sebentar lagi boarding. Hapus air matamu." Juna yang duduk di sebelahku menyodorkan sapu tangan.
Juna menyelamatkan situasiku. Kenyataan bahwa aku berada di ruang tunggu keberangkatan luar negeri bersama kru dan pemain Film Sunshine yang bisa mencurigai tangisku.
Aku juga harus menyelamatkan situasi Juna. Tangisku merebakkan tanya. Juna bisa jadi tersangka utama.
Ponselku bergetar. Pesan dari Winona. Dia batal ikut ke Sydney sebab sedang mengalami morning sickness. Dokter kandungan juga melarang pergi hingga kandungannya kuat.Safe flight, Lex. Kasih kabar begitu bertemu Arya.
Panggilan memasuki Qantas Airlines menggema. Kumatikan ponsel dan masukkan ke tas cangklong tanpa sempat membalas pesan Winona. Juna berdiri dan memakai jaketnya. Aku mencangklong tas tangan lalu berjalan mendahului. Ratih menyusul sambil menyeret koper kecil berisi peralatan makeup serta baju hangatku dan dia. Kali ini aku tidak membawa snack yang biasanya selalu hadir di koper kecil. Vera bilang, Australia sangat ketat untuk jenis makanan apapun.

YOU ARE READING
No One, But You
Roman d'amourSeharusnya Alexa bahagia. Impian menjadi rising star terwujud. Ditambah limpahan cinta Juna yang menjadikannya istimewa. Namun, hati Alexa tetap gersang, tanpa Arya di sisinya. Juna tahu dirinya menyedihkan. Mencintai wanita yang mencintai pria la...