Bab 19

7K 834 47
                                    

Flavie melangkah gamang, memasuki apartemennya. Apa yang dia lihat dan apa yang dia lakukan membuatnya sulit untuk mempercayai.

Laki-laki yang menjadi objek fantasi liarnya ternyata ada di dekatnya. Bahkan, bagian dari laki-laki itu membantu penulisan novelnya. Apa yang dia lakukan? Kenapa kekasihnya mau membantunya kalau karakter tokoh yang dia buat seperti kakaknya sendiri. Kakak? TIDAK. Dia sudah memastikan dan merekam jelas bagaimana rupa laki-laki di taman saat siang itu. Dia tidak mungkin salah lihat lagi.

Dia memejamkan matanya, menghela napas lelahnya. Tubuhnya dia hempaskan di sofa sudut kamarnya. Wajah laki-laki itu terus membayangi dirinya. Bagaimana kesakitan itu? Bagaimana wajah itu yang mendorongnya untuk menulis sebuah cerita dengan karakter tokoh yang tidak biasa. Bagaimana dia harus riset untuk mendalami karakter itu. Dia hanya tidak pernah menyangka mengenai siapa orang itu sesungguhnya. Dan... Ia tidak mengerti kenapa Tuhan menciptakan mereka begitu dekat, satu darah. Dan dia baru menyadari, pantas saja pria itu sangat tahu bagaimana karakter yang dia inginkan.

Flavie menggigit bibirnya. Tangannya mengambil ponselnya. Dia merasa dia perlu membicarakan novelnya yang dijadwalkan akan terbit pada awal pekan bulan depan, yang artinya dua minggu lagi.

"Ya, Fla? Aku lembur malam ini, mengedit naskah orang lain. Ada apa?"

"Sheva, aku... Hm, aku berpikir untuk membatalkan penerbitan novelku." Flavie berkata dengan sedikit ragu.

"Hey? Ada masalah? Novelmu sudah okay. Ini bagus, sweetheart. Kau mengangkat karakter yang jarang sekali orang pakai. Aku bahkan mengangkat empat jempol untuk karyamu satu ini. Aku memprediksi novelmu akan laku keras di pasaran. Jadi, apa yang membuatmu menjadi ragu, gadis keras kepala?"

"Terima kasih. Tapi, sungguh, aku menyayangkan ini terjadi. Tapi, tidak ada pilihan lain, Sheva. Ada sesuatu hal yang membuatku harus membatalkan penerbitan novelku sendiri."

Flavie mengusap pelan wajahnya, berusaha menghalau kegelisahan di wajahnya. Dia hanya tidak terima kenapa ada orang yang dengan sukarela membagikan hal buruk itu kepada orang lain secara umum. Yang dia tahu, mereka yang memiliki hal buruk itu pasti akan menutupinya secara mati-matian. Dia merasa berdosa untuk hal itu. Menurutnya ini adalah sebuah aib.

"Flavie, dengar. Tidak semudah itu kau membatalkannya, sayang. Ada ketetapan yang sudah kau setujui. Dan jika kau melanggar itu, apa kau siap dengan denda yang harus kau bayarkan? Ayolah, aku tidak mau kehilangan salah satu penulis favoritku. Kau sudah berjuang mati-matian untuk itu. Jadi, tolong kau pikirkan lagi. Setidaknya untuk perjuanganmu. Kau begadang hampir setiap malam untuk mengeksekusi tantangan dariku. Aku tidak rela kau menyerah untuk alasan yang tidak mau kau sebutkan."

"Tapi, Sheva,"

"Tidak. Kau hanya sedang kalut sekarang. Sebaiknya kau selesaikan masalahmu atau mungkin kau perlu berlibur untuk merileks-kan dirimu. I beg you, sweetheart."

Bagaimanapun dia tidak bisa membatalkan begitu saja proses penerbitan novelnya. Apalagi novelnya sudah siap terbit. Akan ada banyak kerugian yang harus dia bayarkan. Tapi dia sendiri merasa ini tidak benar.

"Okay. Aku akan memikirkannya kembali. Dan, selamat bekerja, Sheva."

"Begitu lebih baik. Kau penulis berbakat. Dan kau tahu, ada banyak pesan di sini. Kau harus bangga untuk itu."

Tapi apa kau akan membiarkan novelku terbit dan tidak akan membenciku ketika kau tahu dari mana karakter itu bisa kuciptakan? Dari seorang pria yang kau kagumi dan kau cintai diam-diam, Sheva. Dan itu kakak dari kekasihku, orang yang begitu banyak membantuku menciptakan karakter itu. Aku hanya menyayangkan kenapa dunia begitu sempit?

"Aku hanya merasa tidak yakin. Oya, kau, bagaimana kau dengan pria itu?" Dia mencoba mengalihkan pembicaraan, berharap dia bisa melupakan kegelisahannya untuk saat ini.

"Kupikir dia sedang sibuk. Aku tidak bertemu dengannya lagi sejak seminggu yang lalu. Tapi kemarin dia mengirimiku email bertanya tentang kabarku. Itu, cukup membuatku senang. Dia berkata sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kuharap nanti kita bisa bertemu secepatnya."

Flavie terdiam. Dia mengepalkan tangannya, meredam kesesakan di dalam dadanya. Sungguh, entah ini sebuah kebetulan atau bagaimana. Dia menempatkan situasi itu di tengah ceritanya. Saat pria itu mengatakan bahwa dia sedang sibuk, tetapi sesungguhnya dia sedang kehilangan jiwanya. Sedang sepupunya yang mengabari kekasih pria itu bahwa pria itu sedang sibuk. Seolah sepupunya adalah pria itu sendiri.

Aku tidak berharap pelakunya adalah kau, Levine. Aku tidak tahu perasaan apa yang sedang kurasakan saat ini. Yang pasti aku merasa, aku sudah melakukan kesalahan. Aku yang membuat kakakmu dan sahabatku terlibat kisah yang tanpa kusadari begitu sejalan dengan novel yang kubuat bersamamu. Dan Tuhan, bisakah Kau mengampuniku untuk kesalahanku ini? Ah, aku tidak tahu reaksi apa yang akan kudapatkan dari keluargamu, Vine. Yang kuprediksi, mereka akan menyudutkanku dan membawaku ke meja sidang atas nama pencemaran nama baik.

"Hey, kau masih di sana?"

Flavie tergagap dari lamunannya. Dia meringis tipis kemudian menarik napasnya dalam-dalam, berusaha mengendalikan dirinya.

"Ya, aku masih. Syukurlah kalau kau dan dia baik-baik saja. Dan, selamat malam, Sheva. Kupikir aku butuh istirahat sekarang. Seharian tadi aku cukup lelah mencari beberapa buku. Sampai jumpa besok."

"Okay, baiklah. Selamat istirahat, Meyrness."

"Itu nama penaku!" dengus Flavie, disambut tawa meledek dari sahabatnya itu.

Tapi sedetik kemudian dia tertawa sendiri seraya meletakkan ponselnya. Dia membiarkan mulutnya menguap lebar kemudian bergerak mengkerut di dalam sofa sudut miliknya. Tangannya menarik selimut rajut yang tersampir di tangan sofa itu.

Tapi tidak lama kemudian dia mengerjabkan matanya. Pikirannya masih tidak rela meninggalkan kecemasannya mengenai reaksi keluarga Levine saat tahu salah satu anggota keluarganya dijadikan sebagai objek ceritanya.

Tuhan, ini jauh lebih menakutkan dari pada saat menonton film horor sendirian tanpa penerangan! Keluhnya dalam hati.

***

Tbc

Lama banget nggak update. Jujur aku kehilangan cara untuk mengeksekusi cerita ini padahal ide mah numpuk.

Ini pendek banget. Tapi kuharap masih bisa mengena lah biar kata sedikit.

28 Januari 2017
S andi

Kamu dan NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang