Bab 23

5.5K 764 34
                                    

"Dia masih salah paham." Levine berujar lirih begitu memasuki dapur, mendapati ibunya sedang menyiapkan makan malam.

Dia mengembuskan napasnya lalu duduk menunggu reaksi ibunya. Cukup lama. Bahkan dia sendiri mulai berpikir ibunya tidak mengharapkan gadis itu menjadi bagian hidupnya.

"Mom sudah pernah bilang kan? Ayahmu juga. Kau tidak melupakan itu kan? Kau tidak bisa mengharapkan semua orang mau menerimamu apa adanya. Kau tidak bisa memaksa mereka untuk menerima apa yang kau inginkan. Semua memiliki sudut pandang sendiri.

Kalau pada akhirnya mereka memilih meninggalkanmu karena keadaanmu, kau harus paham. Menerima. Tapi di sini Ibumu akan selalu bersamamu, meyakinkanmu. Kau akan mendapatkan hal yang tepat untukmu. Sekeras apapun kau berusaha, kalau memang itu bukan untukmu, kau tidak akan mendapatkan apa-apa. Selain rasa kecewa."

Levine terdiam. Jika memang Flavie bukan untuknya, kenapa waktu menyeretnya begitu cepat? Perasaan itu juga sesak saat gadis itu memilih melangkah pergi darinya.

"Dia hanya tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Aku sudah menjelaskan bahwa ibuku tidak akan mencakarnya karena mengangkat karakter Kak Esen untuk novelnya. Bukan benar begitu?"

Levine menatap ibunya, berharap ibunya sepakat dengan apa yang ada dipikirannya mengenai novel itu. Dia bukan pecinta novel apalagi cerita roman picisan. Tapi kali ini dia menginginkan seseorang untuk menulis kisah berharga. Betapa dia ingin mengubah cara pikir masyarakat mengenai orang dengan depresinya.

"Ya. Kau benar, son. Tapi kita juga harus paham. Bukan hal mudah untuk membuka pikiran mereka. Apa yang menurut kita seharusnya sederhana, belum tentu sederhana juga bagi mereka. Terutama wanita yang kau cintai itu."

"Tapi,"

"Hey, dengarkan, Mom. Apa yang dia takutkan bukanlah sebuah kesalahan. Ini tentang beban moril yang harus dia tanggung sebagai penulis. Satu sisi mungkin dia akan senang, puas, saat melihat orang-orang terpuaskan setelah menikmati karyanya. Tapi,

Dia juga berpikir, tema yang dia angkat cukup sensitif. Bagi keluarga dari karakter yang dia angkat. Apalagi, sebagian ceritanya berdasarkan dari kisah nyata. Kau harus memahami itu."

Levine menarik napasnya dalam-dalam. Dulu dia tidak pernah berpikir akan menjadi seperti ini. Yang ada dipikirannya dia hanya ingin orang-orang lebih peduli dan mulai merangkul orang-orang yang lebih membutuhkan perhatian. Tapi nyatanya masih banyak orang yang belum bisa untuk memahami. Bahkan kekasihnya sendiri. Tidak, dia hanya tidak mau karyanya menimbulkan banyak kontroversi.

"Apa kau bersedia membantuku?" tanya Levine mengangkat wajahnya, menatap ibunya penuh harap.

"Apa yang bisa kubantu?"

"Ikut denganku besok pagi. Sheva memberinya challenge. Fla tetap bersikeras ingin menarik novelnya yang akan terbit besok. Dia akan tetap bisa menarik novelnya jika dia bisa membayar denda paling lambat jam sepuluh pagi."

"Hey, itu tidak bagus. Itu hanya akan membuat orang stres."

"Tapi itu baik, Mom. Agar dia bisa mengatasi rasa takut yang belum tentu akan menjadi nyata."

"Kalau dia akan berbalik marah membencimu?"

"Nah ini kenapa Mom harus ada di sana. Untuk meyakinkan dia. Mom, please."

"Sure. Lihat saja apa yang akan mom lakukan terhadap gadismu itu. Juga kepadamu. Kau telah menyeret ibumu dalam masalahmu," ucap wanita itu dengan sedikit tatapan tajamnya pada Levine, membuat pria itu melirik ibunya waspada.

Dia mulai berpikir ibunya memang tidak menyukai Flavie. Tapi atas dasar apa? Sedang yang dia tahu, ibunya tidak mungkin berpikir picik terhadap orang lain. Ibunya sangat sempurna di matanya. Tapi kali ini dia mulai meragukan pendapatnya yang dia yakini sejak dia mulai bisa mengingat.

"Mom?"

"Kau akan melihatnya nanti. Dan... Tidak akan ada yang bisa menganggap rendah kakakmu itu. Kau pegang ucapan ibumu. Okay? Mom perlu menemani kakakmu sebelum makan malam di mulai. Sebaiknya kau perlu memastikan kalau gadis itu akan datang tanpa segepok uang di tangannya."

Entah apa yang akan dilakukan ibunya. Apa ibunya akan memarahi gadis itu? Mendadak dia merasakan apa yang dinamakan gelisah. Dia mencoba menghubungi Sheva. Tapi gadis itu hanya menyuruhnya untuk tidak memikirkan hal lain. Gadisnya tidak mungkin mendapatkan uang sebanyak itu untuk membayar denda hanya dalam semalam. Tapi bagaimana kalau pada akhirnya Flavie mendapatkan? Entah Levine merasa dia bukan lagi Levine yang percaya diri seperti biasanya. Dia tidak secerdas biasanya ketika gadis itu memilih untuk berhenti darinya.

***

Apa yang dia lakukan sepagi ini di sebuah gedung dengan wajah lelah kurang tidur? Seharusnya akhir pekan ini dia masih meringkuk di ranjang hingga siang nanti. Tapi kali ini dia sudah di sebuah gedung. Sedang mendengarkan Sheva yang berbicara memberikan pembukaan pada acara launcing buku yang dia edit naskahnya. Milik Flavie. Dia mencoba menjabarkan apa isi dari novel itu.

Pukul 10.15. Acara itu pada akhirnya di mulai tanpa Flavie. Gadis itu tidak datang. Dan artinya Flavie tidak mendapatkan uang itu sehingga launcing buku tetap berlangsung. Entah kemana gadis itu. Apa dia melarikan diri?

Beberapa kali Levine menarik napasnya dalam-dalam. Beberapa kali pula matanya melirik ke arah pintu. Berhadap Flavie akan datang.

Katakan padaku kau akan datang. Aku hanya ingin meyakinkanmu bahwa kekuargaku tidak akan mempermasalahkan ini. Terutama kakakku. Saat nanti dia benar-benar pulih, akan kubuat dia mengerti. Kumohon, datanglah.

Levine memejamkan matanya. Hatinya terus bergumam, berharap dengan penuh gadis itu akan datang. Hingga kemudian dadanya bergemuruh ketika mendengar suara pintu terbuka.

***

Tbc

13 juni 2017
S Andi

Kamu dan NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang