12. 경

1.1K 169 5
                                    

Seperti kata ibu kemarin, hari ini aku tidak ke sekolah dan istirahat di rumah. Kedua orangtuaku harus ke luar negeri lagi untuk mengurusi bisnis mereka. Sedangkan Jang ahjumma meminta izin pulang kampung selama seminggu sejak kemarin sore. Jadi di sinilah aku sendiri.

Setelah berganti pakaian, aku bergegas menuju taman samping rumah, sepertinya masih cukup pagi untuk berenang.

Baru sekali putaran aku berhenti untuk mengambil nafas.

"Hei."

"Oh Astaga!"

Tubuhku sampai terhuyung ke belakang.

"Izin sakit tapi malah berenang."

"Shan! Kenapa kau suka sekali mengagetkanku!?"

Shan hanya mengedikkan bahunya tidak peduli, duduk di kursi santai pinggiran kolam, lalu menyeruput teh hangatku tanpa izin.

"Ya! Cornelya~ssi, aku tidak dapat menemukan Hera, apa dia ada-"

Oke, belum selesai terkejut akan kehadiran Shan, kini keterkejutanku bertambah puluhan kali. Do Kyungsoo berdiri di ambang pintu kaca yang membatasi rumah dengan taman samping.

"Jangan salahkan aku. Kyungsoo sunbae yang memaksaku menemaninya kesini karena dia tidak tahu password rumahmu. Kau tahu, dia langsung heboh saat kuberitahu kau sakit, seperti cacing kepanasan. Dia menyetir seperti orang gila, bahkan kurasa jiwaku masih tertinggal di dalam mobil." Shan mengoceh panjang lebar.

"Corn."

"Sial, berhenti memanggilku seperti itu."

"Kau sudah janji tidak akan cerita semuanya."

"Apa? Sunbae pikir aku akan..."

Aku sudah mulai lelah mendengarkan mereka, jadi aku kembali melakukan gaya dada untuk putaran selanjutnya.


"Dimana Shan?" Tanyaku saat melihat hanya Kyungsoo yang sekarang duduk di kursi sendirian.

"Pulang."

"Jangan membuatnya marah lagi." Aku terkekeh.

Aku berniat untuk naik ke atas, tapi langsung ingat bahwa aku masih memakai pakaian renangku, tidak mungkin aku secara terang-terangan naik dan menunjukkan semua padanya.

"Kenapa kau tidak pakai seragam? Apa kau tidak ke sekolah hari ini?"

"Ke sekolah, menjemput Shan."

"Ha?"

Dia mendesah berat.
"Hari ini aku izin sehari. Tadi pagi aku kemari tapi tak ada yang membukakan pintu."

"Oh ya? Aku baru bangun jam 9."

"Dasar babi."

"Tidak ada babi seseksi aku tahu!"

"Ya ya, terserah."

Dia melenggang masuk ke dalam rumah. Aku buru-buru naik dan memakai handuk kimonoku.

"Kau kan bisa meneleponku dulu kalau mau datang." Ujarku setelah menemukannya berkutat di meja dapur, sepertinya dia datang membawa banyak belanjaan. Sebenarnya agak heran, apa dia berniat memasak?

"Coba lihat ponselmu."

"Di atas, malas sekali mengambilnya. Oh? Kau bisa masak?"

"Kimbap? Bulgogi? Kimchi jigae? Kau mau makan apa?"

"Jjajangmyeon!!!"

"Itu kan makanan instan, jangan terlalu sering makan!" omelnya sembari mencuci sayuran di wastafel.

"Ahh.. aku mau jjajangmyeon! Jjajangmyeon!!"

"Hm."

Dia hanya bergumam. Aku harus membuatnya mengabulkan permintaanku.

"Tadi kau bertanya aku mau makan apa kan? Aku sudah lama sekali tidak makan itu. Ya ya?"

"Aku tidak beli makanan instan."

Aku menggeram keras, memandangnya yang masih sibuk mengiris-ngiris sayuran. Dia terlihat sudah biasa melakukannya, sial, aku kalah dalam hal ini dengannya.

"Oppa.."

Dia berbalik cepat dengan kedua mata yang kurasa bisa lepas sekarang juga. Ya ampun, imutnya. Cium tidak ya?

"Arghh! Telingaku sakit!" Dia berteriak-teriak seakan kesakitan sambil memegangi kedua telinganya.

"Oppa aku mau makan jjajangmyeon."

Dia berkacak pinggang,
"Aku tidak akan terpengaruh sedikit pun dengan rayuan busukmu itu."

Aku mencibir, akhirnya mengalah dan beranjak menuju kamar mandi di samping dapur.

Wangi masakan memenuhi rongga hidungku setelah keluar dari kamar mandi. Kuikat tali handuk kimonoku erat-erat, lalu berjalan mendekati meja makan.

"Ganti baju dulu sana!"

Aku tak menggubrisnya, duduk di kursi meja makan dengan beberapa piring makanan di atasnya.

"Woahh.." aku mendecak kagum.

"Tutup mulutmu, air liurmu bisa menetes di atasnya."

"Miyeok guk!" Seruku semangat saat dia meletakkan sepanci sup rumput laut yang masih mengepul panas.

Kami mulai makan, aku tak mau berteriak keras merasakan masakan yang nyatanya lebih enak dari masakan Jang ahjumma. Kemungkinan besar dia akan mengolokku karena kelebihannya itu.

"Bilang saja ini enak."

Aku meliriknya, kemudian kembali makan dalam diam.

"Pelan-pelan, kau bisa tersedak, sayang."

Aku menghentikan aktifitas menelanku seketika, takut akan benar-benar tersedak karena ucapannya barusan. Aku berdehem pelan sembari menelan makananku pelan-pelan, mengambil segelas air dan meneguknya sampai habis.

***

11.46

Aku duduk di sofa depan televisi dengan hati yang dongkol. Mataku sesekali melirik ke arah Do Kyungsoo yang sudah berkutat dengan laptopnya sejak sejam lalu dengan alasan mengerjakan laporan observasinya.

Aku mengganti-ganti channel dan berhenti pada tayangan musik yang menunjukkan boygrup Super Junior yang sedang terkenal di kalangan gadis remaja.

"Ahhh tampannya!" Aku mulai histeris juga saat melihat mereka menyanyi dan menari sebagus itu.

"Aku lebih tampan."

"Kau kan hanya nerd juara umum sekolah yang berkacamata minus lima, mana boleh berkata seperti itu?"

Dia berbalik, memandangku dengan tajam.
"Jadi maksudmu aku ini tidak tampan, begitu?"

"Exactly!"

Dia malah tersenyum samar, kemudian kembali pada laptopnya.

"Kyung?"

"Siapa yang membolehkanmu memanggilku seperti itu?"

Aku turun dari sofa dan duduk di sampingnya, melipat kedua tangan di atas meja.

"Kemarin kau ke sini kan?"

"Hmm.."

"Apa yang kau lakukan?"

"Tidak ada."

"Kyuuung~" kusenggol lengannya, dia tak berkutik sedikitpun, masih fokus pada layar laptopnya.

"Apa yang kau bicarakan dengan appa kemarin?"

Dia menoleh ke arahku, aku mulai semangat ingin segera mendengar jawabannya.

"Melamarmu."





Bersambung...
(Biar kayak sineteronn 😂)

Okay jadi intinya saya gak tahan gak updet. Meskipun lagi sibuk UAS, tapi gak tega juga ninggalin reader selama 2 minggu.
Miss you guys huhu *bohong, gue kangennya sama bekyun😆

Jadi jangan lupa vote and comment ya kawan-kawan!

Kyungsoo-ku SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang