16. Should We?

1K 143 10
                                    

     Choi Hera mengaduk-aduk teh lemonnya yang mendingin, menatap salju yang turun di luar jendela kafe. Telunjuk kanannya menyentuh cincin di jari manis kirinya, senyumnya terus mengembang, mengingat bagaimana Do Kyungsoo 'memakaikan' padanya malam itu.

     "Unnie, sendirian lagi kesini? Jangan terlihat menyedihkan begitu dong."

Hera tersenyum hambar pada gadis 17 tahun yang duduk tanpa permisi di depannya.

"Kafe sedang ramai, cepat bantu ibumu sana."

"Tidak, dia malah mengomel kalau kubantu. Mengganggu saja katanya."

Hera mendecak, "Lalu kenapa malah menghampiriku? Mau menggangguku juga?"

Gadis itu melipat kedua tangannya di atas meja.
"Karena kau terlihat sedang bertengkar dengan tunanganmu? Yah, karena kau pelanggan setia, aku khusus membuka sesi curhat untukmu, gratis!"

Hera menyesap tehnya, kembali membuang pandangan ke luar jendela.

"Hana~ya," panggilnya pada gadis muda itu.

"Ya?"

"Sepertinya aku akan putus."

***

     "Sayangnya aku suka macam-macam."

Hera merasakan nafas hangat Kyungsoo menyentuh wajahnya dengan lembut, membuat darahnya berdesir cepat, mendidih singkat menuju ubun-ubun.

Kyungsoo memasang senyum sempurna, menggenggam tangan kiri Hera.

"Aku punya cincin untukmu," katanya sembari merogoh saku celana.

Hera harusnya terlihat senang mendengarnya, tapi dia justru sebal setengah mati.

"Kenapa kau bilang di awal? Harusnya buat aku terkejut dong!"

"Ah, aku tidak bisa jadi romantis begitu." Kyungsoo mengeluarkan kotak hitam dari saku celana, membukanya, menampakkan sebuah cincin emas putih dengan berlian kecil di atasnya, manis.

Kyungsoo memasangnya pada jari manis tangan kiri Hera, tersenyum puas mendapati ukuran cincin yang pas pada gadis itu, padahal hanya mengira-ngira dan mengukur dengan jari kelingkingnya.

"Kenapa harus sekarang?" Sungut Hera, masih tak terlihat senang.

"Kenapa?"

"Ini kan di depan kamar mandi!"

Kyungsoo tersadar, tersenyum tanpa dosa, menggagalkan Hera yang sudah nyaris marah.

"Apa ini memalukan?"

"Sama sekali tidak, aku malah makin menyukaimu."

Hera mengalungkan lengannya pada leher Kyungsoo, mengecup pipi pria itu sekilas. Kyungsoo menahan tengkuk Hera, mencium bibir gadis itu terang-terangan tanpa peduli.

     "Ok, harusnya kalian mengunci pintu dulu."

Mata Hera melebar, melirik ke ambang pintu di mana Luhan berkacak pinggang di sana. Tangannya mendorong dada Kyungsoo, memaksanya untuk menjauh dan melepas pagutannya, tapi pria itu terlalu keras kepala dan makin gila.

"Ok! Ok! Aku tidak akan ganggu! Serius! Aku akan pulang ke asrama! Ya, Sungguh! Aku pergi dulu! Jangan lupa pakai pengaman!"

     Brakkk...

Luhan menutup pintu lumayan keras, bergegas pergi dari rumah Hera dengan wajah yang nyaris terbakar habis. Sekedar info saja, pria Cina itu sama sekali belum pernah pacaran, apalagi berciuman.

     Nafas Hera hampir terhenti setelah Kyungsoo menjauhkan diri, membiarkan gadis itu memasok oksigen dalam paru-parunya. Tangannya merapikan anak rambut Hera yang berantakan, sedang gadis itu tidak bisa berkutik mendapat tatapan intens dari Do -sexy- Kyungsoo.

"Apa kita perlu pengaman?"

***

     Hanya wajahnya saja yang manis, imut, polos, dengan mata bulat yang menggemaskan, membuat siapa saja ingin mencubit pipinya. Hera makin sebal melihat pemandangan itu, menusuk daging dengan sumpit hingga beradu keras dengan nampan makannya.

"Kenapa?" Tanya Kyungsoo menghentikan acara makannya.

"Kenapa?! Besok hari kelulusanmu dan kau bilang kenapa?"

Kyungsoo mendesah, melihat sekeliling kantin yang memandang ke arah meja mereka.

"Harusnya kau bangga kekasihmu ini mendapat nilai ujian terbaik, kenapa marah-marah? Lihat, kau bertambah jelek." Acuh Kyungsoo kembali mengunyah isi dalam mulutnya.

Hera memutar matanya jengah, "Setelah kau lulus, kita akan jarang bertemu, kau juga pasti akan sangat sibuk dengan pekerjaanmu itu kan? Coba katakan, kapan kau akan debut?"

"Bulan depan," Jawab Kyungsoo enteng.

Hera terlihat bisa mematahkan leher pria penguin itu jika dia tak ingat itu kekasihnya.

"Apa aku perlu beli apartemen untuk kita tinggali bersama?"

Mata Hera nyaris melompat keluar.

"Kenapa kau terlihat tidak suka? Aku punya tabungan yang cukup kok kalau hanya sekedar beli satu unit di daerah Gangnam."

Ok, Hera tidak akan mendebat Do Kyungsoo lagi, dia lupa kalau pasti akan kalah telak dengan jawara lomba debat nasional tahun lalu.

"Makan saja, habiskan nasimu." Kalah Hera.

"Atau aku bisa meminta izin agensi untuk menikahimu, katakan saja, aku akan melakukannya."

"Mati saja sana!"

Kyungsoo berdiri dari tempatnya, "Ok, cara apa yang harus aku-"

"Tidak, jangan! Aku bercanda hehehhehh..."

Kyungsoo menang dengan wajah datar, kembali duduk setelah Hera menarik lengannya. Lihat bagaimana cara pria itu mempermainkan perasaan seorang Choi Hera dengan mudah.

"Sepulang sekolah, ayo kita kencan."

***


     "Kau tahu ini akan berdampak buruk bagi kita kalau perusahaan sampai mendengar kabarnya, kan?"

Kyungsoo menatap Kim Joon Myeon, lalu Xi Luhan yang hanya diam tertunduk di kursi paling ujung. Sudah terlihat jelas siapa yang mengadukan semuanya pada ketua grup?

"Bagi gadis itu juga." Lanjut pria yang baru saja mendapat nama panggungnya, Suho.

"Jaga hubungan kalian baik-baik, setelah kita debut semuanya akan bertambah sulit."

Semua yang duduk di kursi meja makan mengangkat wajah dengan pandangan tidak percaya.

Suho berdiri dari tempatnya,
"Jangan sampai berakhir menyedihkan karena perusahaan. Aku tidur dulu."

Satu-persatu dari mereka mulai beranjak, tentunya setelah melempar pandangan kekesalan mereka pada Do Kyungsoo yang ketahuan menjalin hubungan di luar agensi.

     "Xi Luhan, bisa kita bicara sebentar?"






Bersambung...

     Part ini bonus karena harusnya up habis puasa. Tapi gue terlalu seneng sampai akhirnya gak sadar tekan tombol publis HAHHAHAHHHHH 😋😋😋😋😋

Semua readers dapet salam kecup basah dari Kyungsoo tercintah 😚😚😚

Kyungsoo-ku SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang