3. Strawberry Milk

1.6K 196 7
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi. Banyak yang bersemangat segera menuju kantin untuk makan siang. Sedang aku masih duduk di bangkuku, menatap enggan gadis di sampingku yang masih terduduk dengan kepala terkulai di atas meja.

"Ya! Bangun Shan! Ayo makan! Aku lapar!"

Aku mencoba membangunkan teman sebangkuku yang sudah tidur sejak jam ke 5 tadi.

"Hmmm.." gadis itu hanya bergumam tidak jelas.

Akhirnya aku menyerah dan memilih pergi sendiri, perutku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.

Langkahku yang lebar dan cepat jelas sama sekali tidak terlihat anggun, tidak terlihat seperti diriku yang biasanya berjalan di catwalk untuk fashion show.

Ya, aku model, cukup terkenal akhir-akhir ini karena berhasil menjadi cover majalah Vogue Korea bersama Ji Chang Wook minggu lalu. Oh ayolah, aku kadang merasa iri juga pada diriku sendiri.

Kenapa rasanya letak kantin semakin jauh?
Setelah melewati belokan di ujung koridor itu aku akan segera melihat kantin dan-

BRUKK...

Okay, mungkin Tuhan menunda sebentar acara makan siangku karena berat badanku naik cukup banyak terakhir kali aku menimbang dan aku berhasil menabrak seseorang dengan setumpuk buku yang sudah berserakan di lantai dan oh!

"Kyungsoo sunbaenim?"

"Tidak berniat membantuku?"

Aku segera berjongkok dan ikut memunguti buku yang berserakan di lantai. Aku tak sengaja menyentuh tangan itu, kami bertatapan, lalu kami akan saling jatuh cinta, dan berakhir bahagia.

Oh ayolah Choi Hera, berpikirlah yang logis, bahkan sekarang dia terlihat enggan sama sekali untuk sekedar memandangmu.

"Maaf sudah menabrakmu, aku tidak melihat jalan dengan benar."
Karena lapar. Lanjutku dalam hati.

Aku berdiri, dia hendak mengambil buku-buku di tanganku, tapi aku segera menghindar.

"Sebagai permintaan maaf, aku akan bantu membawa bukunya."

"Ruang guru." Ujarnya pelan sebelum melenggang mendahuluiku.

Ahh.. pasti Tuhan memang sudah merencanakan hal yang terbaik untukku! Dia tidak menolakku untuk membantunya! Ah aku ingin menjerit kegirangan sekarang.

Coba lihat punggung lebar itu, dia bahkan berjalan jauh lebih baik dari model-model pria yang pernah kulihat.

Aku melihat sekitar dan mendapati beberapa orang yang menyapaku hangat, aku balas tersenyum, tapi malah seperti mendadak gila karena tak berhenti tersenyum, tentu saja karena menatap punggungnya.

Dia memang kutu buku, culun, tidak pandai bergaul, tidak punya teman, misterius, dan semakin lama aku semakin menyukainya. Tidak tahu kenapa, yang jelas, aku menyukai Do Kyungsoo-ku sayang.

"Terimakasih." Ujarnya setelah kami keluar dari ruang guru.

"Sama-sama,"

Canggung, aku juga tidak berani memandangnya, tapi saat dia memanggilku, aku terpaksa harus mendongak dan melihatnya.

"Hera~ya." Sial suaranya seksi sekali.

Dia menatapku, seperti menimbang-nimbang sesuatu.

"Apa kau mau sandwich?"

Sekarang aku duduk di kursi di pinggir lapangan olahraga, seperti orang bodoh yang tersenyum-senyum sendiri.

"Ini,"

Tangannya terulur tepat di depan wajahku, memberikan sebungkus sandwich dan susu strawberry kesukaanku. Aku tersenyum dan menerimanya. Tahu darimana dia aku sering makan sandwich dan susu strawberry saat makan siang?

Rasanya tubuhku sudah meletup-letup saat dia duduk di sampingku, aku tidak bisa makan dengan hati yang tenang.

"Sudah berapa lama?"

"Ye?" Aku menatapnya bingung, tidak mengerti maksud pertanyaannya barusan.

"Sudah berapa lama kita tidak makan siang bersama?"

Sial, sial, kenapa menatapku seperti itu? Jantungku, jangan berniat meloncat keluar sekarang dan membuatnya ketakutan.

"Ahh.. itu." Aku menarik nafas berat.

"Aku ingat, saat di sekolah dasar dulu kau selalu menghampiriku saat jam makan siang."

"Di kursi taman samping itu? Hahah.. aku selalu membawa bekal lebih dan memaksamu memakannya kan, sunbaenim."

"Dan tidak tahu aku alergi kepiting. Aku harus absen seminggu penuh karenanya."

"Ahh.. maaf, astaga, aku sudah berusaha melupakan hal itu seumur hidupku!"

"Hahh.." dia mendesah pelan. Melempar kaleng minumannya yang sudah kosong ke arah tong sampah yang jaraknya kurang lebih sejauh 5 meter, dan tentunya tepat sasaran. Oke, aku cukup takjub.

Aku mengunyah sandwichku perlahan, menahan senyumku saat kita malah seperti bernostalgia, hanya menatap lurus ke arah lapangan yang kosong mlompong.

"Bagaimana karirmu, bagus?" Tanyanya tiba-tiba.

Aku mengangguk, "Ya,"

"Yah aku tidak terkejut juga."

Aku memandangnya,
"Kau tahu?"

"Tahu apa?"

"Ah tidak,"

"Jangan tanya tentang majalah minggu lalu itu. Ibuku berkoar-koar saat melihatmu jadi sampulnya, bersama orang itu."

Aku meneguk susu strawberryku saat merasa tenggorokkanku tersangkut.

"Tidak terlalu bagus kan? Aku merasa ekspresiku masih terlihat kaku dan aku memang nyaris tidak bisa mengontrol ekspresiku saat itu."

"Tidak buruk juga."

"Eh?"

"Bekerja di depan kamera memang tidak semudah itu kan? Kadang kau harus menyemangati dirimu sendiri."

Aku tersenyum, kali ini kuyakin lebih lebar dari sebelumnya. Aku memandangnya yang masih diam, memandang lurus ke depan, kedua tangannya menyangga di belakang tubuh.

Lihat, dia tampan sekali, dia punya proporsi badan yang cukup bagus, tidak terlihat seperti juara umum sekolah atau kutu buku akut, meski dengan kacamata minus tebal yang bertengger manis di hidung bangirnya itu, bagiku sekarang dia terlihat seperti model pria majalah playboy. Oh Choi Hera, kau sudah benar-benar tidak waras.

"Sunbaenim?"

"Hm?" Dia hanya bergumam tanpa melihatku.

Aku tersenyum,
"Besok mau makan siang bersama lagi?"

Kyungsoo-ku SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang