18. Debut

943 101 41
                                    

"Menurutmu bagaimana?"

"Hera?"

"Honey.. kau dengarkan ibu tidak?"

"Ya?"

Hera tersadar dari lamunan sejak ibunya mulai menjelaskan tentang usul agar dia melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi di beberapa universitas yang dipilih oleh ayah dan ibunya.

"Ya, kurasa bagus."

Ibunya menutup buku catatan bersampul cokelat itu.

"Katakan kalau kau tidak suka."

"Tidak, aku menyukainya."

Kentara sekali kalau gadis 17 tahun itu memaksakan senyumnya.

"Kami tidak memaksa, ini hanya usul saja. Kau bisa memilih jalanmu sendiri."

"Itu benar-benar bagus, maksudku, mana ada universitas yang jelek di Amerika, Inggris, atau Australia? Semuanya bagus, iya kan?"

Ibu Hera tersenyum, menampakkan lesung pipi yang sudah berbaur dengan kerut wajahnya.

"Kau serius akan berhenti dari karirmu?"

"Bu, aku sudah memutuskannya baik-baik, Kyungsoo juga sudah menyetujuinya."

"Baiklah kalau keputusanmu sudah bulat. Tapi, kalau ibu boleh tahu, kenapa kau memutuskan untuk berhenti?"

Hera menatap manik mata ibunya dalam diam, mengubek-ubek otaknya mencari kata-kata yang tepat.

"Ayah pernah berkata padaku. Terkadang kita punya alasan untuk membantu orang lain, tapi ketika seseorang itu adalah bagian berharga dalam dirimu, kau selalu tak punya alasan untuk menolongnya."

Ibunya tersenyum bangga, tapi air di sudut matanya tak bisa menyembunyikan kesedihannya juga.

"Niatmu memang baik, sayang. Tapi ini mimpimu sejak kecil, bagaimana kau bisa dengan mudah, tidak, pasti sangat sulit memutuskannya kan?"

"Ini bukan mimpiku kalau bukan dia yang membuatnya, dia membuatku memiliki mimpi ini, bu. Aku harus berterimakasih juga kan?"

Ibunya mengangguk dalam isakan. Hera memeluk ibunya erat, mengusap punggungnya seolah semua akan baik-baik saja.

"Aku tahu apa yang kulakukan, aku akan menerima semua konsekuensinya. Ibu tidak perlu khawatir."

"Bagaimana ibu tidak khawatir..."

Suara bergetar ibunya menggagalkan Hera menahan air pada pelupuk matanya.

"Kalau begitu aku akan memilih salah satu universitas pilihan Ibu."

Ibunya melepaskan pelukan, "Dimana?"

Hera memamerkan senyum terbaiknya sebisa mungkin,

"Amerika."

***


Bulan ini menjadi bulan dimana dia akan mengepakkan sayapnya dan menunjukkan kepiawaiannya pada seluruh dunia.

Kedua belas pemuda itu sudah bersiap dengan sesempurna mungkin, berdo'a bersama dan saling menyemangati satu sama lain.

"We Are One!"

Begitu slogan itu diteriakkan dengan semangat, mereka satu-persatu naik ke atas panggung dimana akan menjadi penampilan perdana yang mendebarkan.

Teriakan para gadis mulai terdengar, meski tak seberapa kencang dari penampilan sebelumnya.

Dan dimulailah penampilan perdana dari grup EXO.

Choi Hera duduk di tempatnya dengan harap-harap cemas, mengatupkan kedua tangan di depan dada tanpa berhenti berdo'a, berharap penampilan kekasihnya berjalan lancar tanpa ada kesalahan sedikitpun.

Kyungsoo-ku SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang