17. Red

943 124 28
                                    

10 menit berlalu. Kyungsoo masih diam memandang keluar balkon, pemandangan kota Seoul yang mendekati musim dingin serasa membekukan suasana.

"Bukan aku."

Luhan yang sedari tadi berdiri diam di sampingnya akhirnya bicara setelah sekaleng cola dinginnya habis. Sebenarnya Kyungsoo agak bingung kenapa pria Cina itu gemar minum cola dingin saat suhu udara rendah.

"Aku tahu," Kyungsoo menyandarkan punggung pada pagar pembatas balkon.

"Aku bertemu dengan hyung sore tadi."

Mata Luhan membulat, imut.
"Suho hyung?"

Kyungsoo mengangguk-angguk.

"Saat dengan Hera? Bagaimana bisa?" Wajah 'ingin tahu' Luhan makin terlihat menggemaskan.

Mata Kyungsoo menerawang ke arah langit yang nampak kurang cerah, hanya ada satu-dua bintang terlihat, kemudian bibirnya mengulum senyum tipis.

"Apa yang dilakukan seorang laki-laki 21 tahun di taman bermain sendirian?"

Alis Luhan bertaut, tapi dia memilih untuk tak berkomentar, menunggu Kyungsoo yang sepertinya akan melanjutkan cerita.

"Dia melihat kami, aku dan Hera. Kukira dia juga melakukan hal yang sama denganku, kencan diam-diam dengan kekasihnya. Itu yang kupikirkan kenapa dia tak bicara lalu kabur begitu saja. Tapi hyung,"

Kyungsoo menggantungkan ceritanya, menatap Luhan yang mendadak pucat pasi.

"Apa kau tahu sesuatu tentang kekasihnya?"

Rasa ingin tahu Luhan mendadak surut. Dia jadi kelagapan ingin menjawab apa.
"Kenapa malah bertanya tentang kekasihnya?"

Kyungsoo mengangkat kedua bahu, "Yah, kurasa ada sesuatu saja."

Luhan terlihat sesak mengambil nafas. Dia mendongakkan kepala seakan menahan matanya agar tak berair. Dia tipe pria yang mudah tersentuh, jujur saja.

"Mereka sudah berhubungan selama 4 tahun,"

Kyungsoo menyimak baik-baik.

"Harusnya kita tidak bicara tentang ini." Luhan terkekeh. Buku-buku jarinya nampak memutih meremas kaleng sodanya yang kosong.

"Hubungan diam-diam tidak akan berjalan baik, bukan berarti semuanya, hanya beberapa pasangan yang bisa menjalaninya sampai akhir." Jelas Luhan tersenyum simpul, perempuan manapun pasti akan menahan nafas melihatnya, berbeda dari Kyungsoo yang malah tertawa garing.

"Jadi, apa yang terjadi pada kekasihnya?"

Luhan menghela nafas,

"Bunuh diri."

***

"Aku tidak paham dengan ini, kenapa jadi seperti ini, dengan cara begini, menurutmu apa ini benar? Bukankah terlalu rumit kalau menggunakan ini dan menggabungkan ini kemudian menjadi ini? Hei, kau mendengarkanku kan, Kyung?"

Hera mendecak, meletakkan pensilnya ke atas meja.

"Kyung,"

Masih tak mendapat respon.

"Do Kyungsoo!"

"Ya?"

Akhirnya perhatian pemuda itu teralihkan dari siaran kartun Thomas di televisi.

"Lebih baik kau pulang menonton di televisi rumahmu sendiri, daripada cuma membual akan mengajariku belajar hari ini."

Kyungsoo-ku SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang