11. Mom Dad

1.2K 170 4
                                    

Sudah hampir tengah malam saat aku sampai di rumah. Ibu menyapaku dengan senyum lebar di depan pintu, dia sudah tiba dari urusan pekerjaannya.

"Hei mom." Sapaku memeluknya hangat.

Kami berbincang sampai di ruang makan, dia menyuruhku untuk segera cuci tangan dan makan.

"Tidak lelah?" Tanya Ibu saat aku mulai makan masakannya.

Aku mengangguk, "Sangat lelah."

"Kalau begitu besok tidak usah ke sekolah."

"Sepertinya begitu, besok juga tidak ada ujian."

Ibu memang orang yang paling pengertian, sekali pun dia jarang berada di rumah, tapi dia yang paling mengerti tentangku.

"Hello!"

Senyumku semakin lebar saat melihat ayah yang datang ke meja makan dengan kacamata yang menengger pada hidungnya, dia pasti habis dari ruang baca.

"Apa kabar, Nona Choi Hera?"

"Dad please.." aku tertawa melihat tingkah konyol ayah, dia selalu berusaha membuatku tertawa kapan saja.

Dia bukan tipe ayah yang terlalu berlebihan, jadi hanya cukup menanyakan kabar, atau uang saku, tapi dia yang paling mengerti masalahku, memberikan banyak solusi tanpa banyak bertanya, dan selalu tepat sasaran.

"Sepertinya putriku sudah tumbuh dengan baik. Senangnya.." ayah berseru berlebihan sembari duduk di samping ibu.

Ibu tersenyum lebar. Aku menelan suapan terakhir dan meminum air banyak-banyak.

"Aku memang sudah 17 tahun. Salah siapa jarang pulang." Aku menyindirnya, Ayah malah tertawa keras.

Ibu mengambil piringku dan membawanya ke tempat cucian piring, aku mengikutinya mengambil alih apa yang memang harusnya kukerjakan.

"Ya, ya, sepertinya juga sudah siap jadi ibu rumah tangga."

"Eomma!" Protesku sembari membilas piring yang sudah kucuci.

Ibu dan ayah tertawa keras bersamaan, aku jadi semakin kesal sekarang.

"Apa sebaiknya kita nikahkan saja setelah lulus nanti ya, sayang?"

"Sepertinya boleh juga, dia sudah cukup umur kan."

Aku menghela nafas malas mendengar percakapan tidak penting kedua orang tuaku itu. Kadang mereka memang bisa sangat menyebalkan. Aku mencomot keripik kentang di atas meja dan hanya diam memperhatikan mereka berbincang sendiri dengan hebohnya.

"Oh bagaimana kalau dengan pria itu?"

"Ah! Pria yang itu sepertinya akan cocok. Kurasa mereka akan langgeng sampai tua." Kata ibu yang terus melirikkan mata menggoda kepadaku.

"Dia bahkan datang sendiri kemari meminta restu, tentu saja aku tidak bisa menolak pria baik-baik sepertinya."

"Iya, kudengar dia juga juara umum di sekolah. Benar-benar tipe menantu idaman!"

Mataku melotot, "Siapa yang sedang kalian bicarakan? Mom dad, please don't tell me if he is-"

"Do Kyungsoo. Tadi sore dia datang kemari dengan banyak bingkisan di tangannya. Kupikir dia sudah melakukan hal yang benar untuk meminta putriku yang cantik ini."

Aku mematung, mencerna kata-kata ayah sebaik mungkin, mengerjapkan mata berkali-kali.

"Hera sayang? Kau tak apa?"

Dengan secepat kilat aku mengambil tas dan menuju kamarku di lantai dua. Setelah mengunci pintu aku segera mencari-cari ponselku, menemukan nama kontaknya dan segera memilih menu panggilan. Sial, jadi itu maksudnya.

Kyungsoo-ku SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang