CHAPTER 6

2.2K 361 30
                                    


"Hanya kita berdua?" Krystal mengerutkan dahi saat menemui Jongin di garasi.

Jongin sudah duduk di mobilnya, menunggu Krystal datang. Krystal perhatikan, Jongin terlihat berbeda hari ini. Dia meninggalkan setelan formalnya. Tak ada lagi jas, kemeja, atau rompi. Dia mengenakan kaus santai dan topi. Dia terlihat lebih ramah seperti ini.

"Er... ya, itu rencanaku," Jongin menjawab ragu. "Kau keberatan?"

"Aku hanya bertanya," jawab Krystal sambil masuk ke dalam mobil. "Kenapa gugup?'

"Aku tidak guguo," sangkalnya. "Hanya berjaga-jaga."

Jongin tersenyum padanya dan menyuruhnya memasang sabuk pengaman. Cuaca sangat bagus hari ini, cerah dan hangat. Dia mengambil salah satu CD dari rak dan memasukkannya ke player. "Bisa kita pergi sekarang?"

Dengan anggukan terakhirnya, Jongin menyalakan mesin mobil dan mulai menjalankannya. Dia menurunkan jendela dan membiarkan masuk semilir angin di pagi hari. Dia menyetir dengan tenang, menikmati angin dan musik dalam diam.

"Kau juga mendengarkan musik seperti ini?" Krystal terkejut dan mengambil tempat CD di dashboard. Dia tak tahu siapa penyanyinya, tapi dia jatuh cinta pada lagu ini.

"Musik seperti ini?" Jongin mengernyit. "Menurutmu aku mendengarkan musik seperti apa?"

"Kupikir kau mendengarkan musik jazz dan instrumental." guraunya. "Sangat cocok dengan buisnessman tua seperti ayah."


"Aku hanya dua tahun lebih tua darimu," dia terkekeh. "Aku juga suka jazz dan instrumental, tapi aku lebih suka jenis musik seperti ini," dia merujuk pada lagu yang sedang mereka dengarkan.

"Ini lagu yang bagus," Krystal mengangguk. "Lagunya langsung melekat di kepalaku."

Jongin tersenyum saat mendengar Krystal bersenandung mengikuti alunan lagu. Bahkan senandungnya terdengar indah.

"Ini lagu kesukaanku. Kau sudah mendengarnya ribuan kali," ujarnya. "Tentu saja terdngar familiar bagimu."

"Benarkah?" dia mengangkat alis. "Kau tak se-kuno yang kupikirkan."

Jongin hanya tertawa mendengarnya. "Kau benar-benar melupakanku."

Krystal hanya tersenyum padanya, merasa menyesal. Tapi dia sungguh tak mengingat apapun tentang Jongin.

"Bagaimana kita bertemu dulu?" akhirnya Krystal bertanya.

Tapi Jongin tidak menjawab dan terus menyetir sampai bangunan di depan mereka. Akhirnya dia memarkirkan mobil dan melepas sabuk pengamannya.

"Soccer camp?" Krystal ikut melepas sabuk pengamannya. Dia tak menyangka ini.

"Memangnya kau pikir aku akan membawamu kemana?" Jongin membukakan pintu untuknya.

Krystal mengedikkan bahu, tak mengatakan apapun.

Jongin mengunci pintu mobil dan berjalan menuju pintu depan dengan Krystal mengikutinya. Ini adalah soccer camp lamanya, tempat dimana dulu dia berlatih selama lebih dari sepuluh tahun. Dia tak pernah mengunjungi tempat ini lagi setelah memutuskan untuk berhenti. Dia mengakui kalau dia memang merindukan lapangan.

"Kenapa kemari?" Krystal duduk di bangku penonton dengan Jongin disampingnya.

Jongin menatap rindu ke arah lapangan, mengenang masa lalu selagi melihat beberapa murid bermain disana.

"Kau bertanya bagaimana kita bertemu, kan?" dia menatap Krystal. "Kita bertemu disini. Ini milih ayahmu."

"Bagaimana?" Dia menatap berkeliling dengan penasaran. Dia tahu kalau ayahnya penggemar sepak bola, tapi dia tahu kalau ayahnya akan sampai membuat satu sekolah sepak bola.

Sudden FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang