CHAPTER 10

2K 361 44
                                    


"Dimana Taeyeon noona?"tanya Jongin pada Krystal saat dia menghampirinya. Krystal sedang duduk di sofa sambil membaca, sambil mengulurkan kakinya malas. Teras ini menjadi tempat favoritnya sejak kemarin. Dia suka membaca sambil menikmati hembusan angin dari taman. Saat matanya lelah, dia bisa memandangi taman hijau di hadapannya atau tertidur disana.

Setelah kejadian yang menimpa Krystal dua hari lalu, Taeyeon segera mengunjungi mereka dan memastikan mereka baik-baik saja. Taeyeon juga memutuskan untuk tinggal bersama mereka, menempati kamar tamu. Dan Krystal sama sekali tidak keberatan. Mengobrol dengan kakak tertua keluarga Kim sangat menyenangkan. Sehun dan Taehyun juga mengunjunginya, bersama Seulgi yang tak mengataka apapun dan berdiam diri di belakang.

"Tidur, sepertinya," senyuman Krystal menyambut Joongin saat dia menutupi kaki polos gadis itu dengan selimut. "Terima kasih."

"Kau belum mengantuk?" Jongin duduk di hadapannya dan melonggarkan dasinya. Dia baru saja selesai membereskan beberapa berkas.

Krystal menggeleng, "Kau dari mana saja? Tidak biasanya kau pulang selarut ini."

"Aku dari kantor lalu pergi ke rumah sakit," dia berhenti sejenak, menunggu reaksi Krystal. Saat dia yakin kalau Krystal tidak keberatan, dia melanjutkan. "Kau akan mulai terapi minggu ini, kau tidak keberatan?"

"Tentu," dia hanya mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya dari buku yang dibacanya.

Jongin sedikit terkejut, Krystal tak pernah semudah ini diajak bicara. "Kau tidak sedang merencanakan sesuatu, kan?" tanya Jongin sedikit bergurau.

"Tidak," dia tertawa. "Aku sudah berjanji padamu akan ikut terapi. Jadi aku akan pergi."

Jongin tersenyum mendengar jawabannya. Dia bersyukur karena Krystal mau mendapat perawatan.

"Ini uang sakumu," Jongin mengulurkan sebuah dompet beige yang cantik padanya. "Aku tak bisa melakukan apapun soal kartumu. Itu kewenangan ayahmu."

Krystal mengambilnya sambil mengernyit, tidak mengerti. Tapi dompetnya sangat cantik. Dia menyukainya.

"Kenapa? Tidak cukup?" Jongin membuka dompet miliknya dan mengeluarkan kartu. "Ini, milikku. Pakai saja sesukamu."

Krystal hanya bisa terdiam dan menatapnya kosong. "Apa maksudnya?"

Lalu Jongin menyadari maksud dari ekspresi wajah Krystal. "Aku hanya berpikir kalau kau akan butuh uang kalau kau pergi sendiri. Kau tak akan sering bersamaku lagi setelah ini, jadi ambil ini."

Sendiri artinya bersama L. Krystal tahu itu. Jongin berjanji akan membebaskannya melakukan apapun asalkan dia mau menjaga kesehatannya.

"Tidak, aku tidak butuh. Aku bisa minta padamu kalau aku butuh sesuatu," dia mengembalikan dompetnya. Krystal sadar, walaupun ayahnya memblokir semua kartunya, dia tak pernah butuh uang. Jongin membelikan semua untuknya. Dan Seulgi yang mengurus makan siangnya di kampus.

"Kalau begitu setidaknya ambil kartu dan dompetnya," pinta Jongin. "Aku kesulitan memilih dompet itu," guraunya. Tapi itu memang benar, dia sendiri yang mencari dompet itu untuk diberikan pada Krystal.

"Kau bisa mengecek tagihan kartu kreditmu dan sadar kalau aku sama sekali tidak menggunakannya." Krystal menyerah, dia menerima dompetnya setelah mengeluarkan semua uang didalamnya. "Terima kasih untuk dompetnya. Ini cantik."

Jongin tersenyum dan membawa semua barangnya, bersiap untuk pergi ke kamarnya.

"Bolehkah aku meminta sesuatu, Jongin?" Krystal menghentikannya sebelum dia beranjak. "Aku bosan dengan makanan kafetaria, jadi bolehkah aku minta dibuatkan bekal setiap hari? Masakan koki-mu jauh lebih enak."

Sudden FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang