CHAPTER 14

2K 339 34
                                    

Their pasts

"Halo," Krystal memberanikan diri untuk menyapa Jongin saat dia akan mengambil botol minumnya di pinggir lapangan. Krystal sudah menontonnya bermain sejak semua teman-teman satu timnya yang lain kembali ke loker, meninggalkan Jongin sendiri.

Jongin menatapnya, tidak terlalu tertarik. Dia tahu Krystal adalah anak satu-satunya Paman Jung. Jongin tersenyum sopan, tapi kembali menariknya tidak sampai satu detik kemudian. "Hai."

Krystal menrengut. "Kau sangat berbeda."

Jongin berhenti meminum airnya dan menatap gadis kecil di hadapannya. "Maaf?"

"Aku selalu menontonmu bermain dengan senang dari kantor Ayah. Tapi kau sangat berbeda saat tidak berada di lapangan," ujar Krystal. "Kau harus lebih sering tersenyum."

Jongin menatap Krystal seperti sedang melihat alien. Mereka baru bertemu tapi dia sudah memintanya untuk banyak tersenyum. Anak aneh.

"Aku suka pisang. Aku suka Pororo, aku suka ice skating, aku suka melukis," tiba-tiba Krystal memberitahunya. "Sekarang aku menyukaimu juga. Aku suka melihatmu tertawa sambil berlari dan wajah bahagiamu sangat menyenangkan untuk dilihat."

"Er...," Jongin tak tahu harus menanggapinya seperti apa. Dia bukan orang yang dingin, tapi dia tak pernah bisa menghadapi perempuan. Memiliki dua saudara perempuan di keluarganya tidak terlalu membantu. Menjadi seorang pemain sepak bola yang cukup hebat, menjadi seorang ace, memiliki tubuh yang cukup tinggi, cerdas dan secara fisik dia cukup tampan, pujian sudah menjadi hal yang biasa untuknya. Tapi yang Krystal katakan cukup aneh. "Apa kau baik-baik saja, Krystal?"

"Jung Soojung," koreksinya dan dia mengulurkan tangan. "Boleh aku memanggilmu 'Jongin oppa'?"

Jongin membalas uluran tangannya dan tersenyum sambil berlari kembali ke lapangan sambil menggiring bola. Krystal duduk disampingnya, kembali menonton Jongin bermain.

.

.

"Oppa! Oppa! Jongin oppa!" Krystal menangis sambil memeluk lutut. Mereka sedang bermain di pasar malam dan Krystal tidak tahu kenapa Jongin tiba-tiba menghilang. Disana sangat padat dan Krystal tak tahu sejak kapan dia terpisah dari Jongin.

"Soojung," Jongin akhirnya menemukannya setelah mencarinya kemana-mana. Dia memarahi Krystal, "Sudah kubilang untuk menungguku disana, kenapa kau tidak mendengar-"

Krystal langsung memeluknya dan menangis. Jongin bisa merasakan tubuhnya yang gemetar sambil terus merapalkan namanya, merasa takut.

Setelah perkenalan aneh mereka beberapa bulan lalu, Krystal selalu mengikuti Jongin, menontonnya berlatih setiap kali berkunjung ke camp milik ayahnya dan datang ke setiap pertandingan Jongin. Krystal bahkan menangis saat tahu mereka tidak akan bersekolah di tempat yang sama. Awalnya, Jongin merasa risih. Krystal sangat ceria dan berisik. Jongin selalu berpikir kalau mereka sangat bertolak belakang. Tapi seiring waktu berjalan, dia terlalu terbiasa dengan kehadiran Krystal dan mereka menghabiskan banyak waktu bersama. Jongin heran karena Krystal tak pernah merasa bosan berada dengannya. Krystal adalah orang pertama. Bahkan sahabatnya, Myungsoo terkadang bergurau dan mengatakan padanya kalau dia adalah orang yang membosankan.

"Jangan menangis. Aku sudah disini, oke? Maaf aku meninggalkanmu," Jongin menenangkannya.

"Jangan tinggalkan aku sendiri, oppa. Aku takut," Krystal terisak.

"Tidak akan, tidak akan," Jongin berjanji. "Kita pulang, oke? Sudah mulai dingin."

Jongin memberikan jaketnya pada Krystal dan mereka berjalan sambil berpegangan tangan.

Sudden FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang