CHAPTER 18

3.2K 337 39
                                    

           

"Maafkan aku," Naeun menundukkan kepalanya dan berusaha keras agar tidak menangis. Dia mendengar apa yang sebenarnya terjadi diantara Krystal dan L di masa lalu. Dia merasa sangat bersalah, karena membiarkan Krystal bersama L selama ini.

Semua orang di sekolah dulu tahu kalau Krystal dekat dengan L. Mereka jarang terlihat sendirian, tanpa salah satunya. Kalau mereka tak tahu tentang Jongin, mereka mungkin akan mengira kalau keduanya adalah sepasang kekasih. Mereka sedekat itu. Siapa yang tak akan mengira kalau atlet dan pria sopan seperti L akan melakukan sesuatu seburuk itu? Semua orang mengira kalau yang terjadi pada ketiganya hanya sebatas persahabatan yang mulai merenggang seiring waktu berjalan. Tak ada yang tahu tentang kejadian itu, karena mereka selalu menimpannya sebagai rahasia.

Selain itu, Jongin yang bersekolah di tempat berbeda dari Naeun. Naeun tidak berteman dengan Jongin, dan dia pikir kalau dia mengenal L dengan baik. Bagi Naeun, L adalah teman yang selalu ada disekelilingnya tapi mereka tidak dekat. Naeun sering melihatnya karena Krystal. L yang dia kenal hanya L yang selama ini dia lihat, tidak lebih dari itu. Dia mengenal L yang merupakan siswa teladan, sama seperti anak yang lain. Seperti Jongin yang dikenal sebagai atlet hebat, melebihi sahabatnya. Tapi sebagai orang yang dekat dengan Krystal, Naeun hanya melihat sisi posesif dan overprotective dari Jongin. Belum lagi sikapnya yang selalu dingin pada perempuan. Itu sebabnya semua orang selalu menuduhnya terobsesi pada Krystal. Tak ada yang tahu kalau Krystal yang sebenarnya memberanikan diri untuk mendekatinya terlebih dulu. Tak banyak yang tahu kalau Jongin tidak pandai bersosialisasi. Lagi, kesan pertama dapat membawa pemikiran yang salah.

"Jangan salahkan dirimu, Naeun," Krystal memeluk temannya, menenangkannya. Dia bisa mengerti kenapa Naeun terlihat mendukung L. Dia tidak mengenal Jongin.

"Tak ada yang tahu soal kejadian itu. Tak perlu menangis," Ujar Jongin. Dia sadar kalau kemampuan bersosialisasi L dapat mengubah cara pandang orang lain. Dia terkesan, tapi dia tidak peduli.

"Aku hanya tak ingin dia mempercayai semua yang dikatakan kalian padanya dengan mudah. Kupikir aku mengenal Myungsoo oppa. Maafkan aku sudah meragukanmu, oppa," Naeun membungkuk lagi pada Jongin. Dia benar-benar merasa bersalah. Tak hanya pada Krystal, tapi juga pada Jongin.

"Jangan pernah biarkan Myungsoo mendekatinya lagi," Jongin mengingatkan Naeun dengan sopan, tapi dia tahu kalau Jongin sangat serius. Jongin berdiri dan meninggalkan mereka berdua tanpa senyuman.

"Jangan ambil hati perkataan Jongin oppa," Krystal meremas bahu Naeun. "Dia hanya tak bisa tenang kalau sudah menyangkut soal aku."

Naeun menggeleng dan menangis. Dia tak percaya dengan yang dilakukannya selama ini. Kalau saja dia lebih berhati-hati. Kalau saja dia tidak asal memberi penilaian. Dia bisa mengerti kenapa Jongin terlihat kesal. Dia pantas mendapatkannya.

"Maaf, Stal," bisiknya diantara isakan tangis. "Sungguh."

Krystal tak tahu lagi bagaimana mengatakan padanya kalau dia sungguh tak apa. Dia menyerah membuat Naeun mengerti dan membiarkannya menangis sendirian. Sesekali dia akan mengusap lengan Naeun atau meremas tangannya, hanya untuk membuatnya merasa lebih baik. Tapi ternyata semuanya tidak berarti.

Naeun menghela napas panjang dan meremas tissue di tangannya. "Mereka bilang Jongin oppa mengalami cidera serius. Kami tak pernah tahu apa persisnya. Saat itu, semua orang bertanya-tanya, kenapa dia tidak rehabilitasi dan sebagainya. Mungkin akan butuh waktu lama, tapi bahkan sekarang semua orang menyayangkan keputusannya untuk menyerah. Dia sangat berbakat. Bahkan lebih dari Myungsoo oppa yang saat itu sudah diterima di camp nasional. Tak lama setelahnya, kau kembali ke San Fransisco dan Jongin oppa terlihat kembali menjadi siswa seperti biasa."

Sudden FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang