CHAPTER 13

1.9K 348 26
                                    

"Aku muak dengan sikapmu. Mungkin kau harus kembali pulang ke Frisco."

Jongin mengeluarkan saputangan dari saku dan mengeringkan wajahnya. Sudah terlambat untuk kemejanya, sekarang sudah basah kuyup. Jongin benar-benar tidak mengerti dengan isi kepala gadis itu. Dia bisa menjadi gadis baik dan dalam sekejap berubah menjadi Krystal yang kasar. Jongin sudah merasa cukup dengan semua yang dilakukan Krystal padanya dan keluarganya. Dia sudah memohon, permintaan dan air matanya tidak berarti untuk Krystal. Bahkan ketulusannya tidak bisa menyentuhnya. Jongin sudah tidak sanggup.

Krystal merasakan tangannya gemetar karena marah dan tak percaya. Dia tak percaya sudah melakukan itu pada Jongin karena marah. Dia marah sejak tadi pagi, bukan hanya karena Jongin yang menolak untuk memberitahu semua padanya tapi lebih karena apa yang dia dengar. Saat dia bersiap untuk pergi ke rumah sakit, dia tak sengaja mendengar apa yang dibicarakan Seulgi dan Jongin.

"Kalau begitu, tak ada gunanya membiarkan dia tinggal disini, oppa. Dia membenci kita," simpul Seulgi. "Lebih baik mengirimnya pulang ke Frisco. Itu akan menjauhkannya dari Myungsoo oppa."

Dia benci itu. Dia benci kenyataan kalau mereka membicarakan untuk mengirimnya pulang ke Frisco. Tidak saat dia mulai meragukan L.

Dia berbohong. L memang seorang gentleman tapi Krystal sadar ada yang salah dengannya. Dia mungkin sangat manis saat bicara padanya, tapi Krystal bisa merasakan dia tidak benar-benar peduli padanya. L mungkin saja pria yang bermain piano, tapi sekarang dia benar-benar berbeda. Dia senang memamerkan diri, dia menggunakan Krystal sebagai properti, dan dia lebi menyukai berada dengan teman-temannya dari pada dengannya. Dia terlalu terobsesi dengan sepak bola bukannya memperhatikan Krystal. Dia tak mau mengingat bagaimana dia merasa merinding setiap kali L berada terlalu dekat dengannya.

Sedangkan dengan Jongin, dia sadar kalau Jongin sudah menderita karenanya. Tapi dia tak perna menyerah. Dengan Jongin, semua terlihat lebih sulit tapi semua itu selalu demi Krystal. Dia tauh itu, tapi berpikir rasional sangat sulit saat mereka bertengkar. Semua yang dikatakannya pada Jongin saat marah, hanya untuk membuat Jongin merasakan marah yang sama dengannya. Kalau Krystal bisa mengakui apa yang sebenarnya dia rasakan, semuanya tak akan menjadi seperti ini.

Tiba-tiba Jongin menyambar tangannya dan menariknya ke mobil dan mengunci pintunya. Dengan mata semua orang yang menatapnya, Jongin merasa dipermalukan. Dia mengemudi seperti orang gila, mencengkram kemudi dengan kuat untuk memcegahnya memukul sesuatu. Krystal sudah keterlaluan. Dan Jongin merasa tersakiti karenanya.

Saat mobil berhenti di depan garasi, Taeyeon dan Seulgi sudah berada di ambang pintu. Dan Jongin sudah tidak bisa menahan kebenciannya lagi saat dia melihat L juga ada disana, menunggu Krystal di tangga. Jongin benar-benar ingin menendang sesuatu.

"Sekarang kau berani mengundang keparat ini ke rumahku? RUMAHKU?" Jongin sudah tidak menahan amarahnya lagi. Dia membanting pintu mobil dan menaiki tangga, menghampiri L yang tersenyum sambil menatap Krystal.

"Apa yang kau lakukan disini?" Jongin berusaha keras untuk tidak memukulnya saat itu juga.

"Tenang, Jongin," L tersenyum. "Aku hanya ingin bertemu kekasihku."

"Aku bukan kekasihhmu, oppa," Krystal memberinya tatapan memohon. Kemarahan Jongin sudah membuat Krystal cukup ketakutan. Dan dia tak tahu kenapa L datang kemari. Krystal berhenti menghubunginya setelah perselisihan mereka di lapangan saat itu. "Kau mencari masalah dengan datang kemari."

"Aku datang untuk berbaikan denganmu," L menatap Krystal yang berdiri di belakang Jongin. "Kau bahkan tidak membalas pesanku. Kenapa?"

"Sudah kubilang kalau aku sudah tidak mengenalmu lagi, oppa. Kau berubah," ucap Krystal hati-hati. "Kau mungkin memang kekasihku di masa lalu, tapi aku hanya bisa mengandalkan ingatanku. Dan aku mulai meragukanmu karena kau selalu menolak untuk memainkan piano untukku."

Sudden FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang