CHAPTER 3

2.7K 385 22
                                    

"Lakukan sesukamu," Jongin melepas tangannya dan berbalik, meninggalkan mereka berdua.

"Sungguh?" Dia bisa mendengar suara Krystal yang sedikit nyaring. "Kalau begitu aku akan bersama Myungsoo oppa."

Jongin membuka pintu kamar Krystal dan berjalan masuk. Krystal masih belum pulang dan ini sudah hampir tengah malam. Dia sudah pergi selama sebelas jam, berdua dengan L. Jongin sangat kesal dengan tingkah Krystal siang tadi. Dia lebih memilih untuk bersama L yang baru saja dia temui lagi hari ini sampai selarut ini. Jongin hanya berharap dia tidak melewatkan makan malam.

Saat Jongin sampai di parkiran dan membuka pintu mobilnya, dia langsung menghubungi kakaknya untuk meminta bantuan. Dia meninggalkan restorak setelah salah satu pegawai Taeyeon datang, siap untuk mengawasi mereka berdua. Jongin tak bermaksud untuk bertingkah seperti penguntit, dia tak bermaksud menjadi telalu obsesif. Dia hanya tak mempercayai L. Dia tak mau mengambil resiko.

"Tuan Choi mengatakan kalau mereka sedang dalam perjalanan pulang. Soojung dan Myungsoo," Taeyeon memberitahu Jongin sambil mengamati kamar. "Kau benar-benar membiarkan kamar ini seperti semula." Dia merasa tertarik dengan fakta bahwa adiknya tak mengubah sedikitpun kamar Krystal.

"Bisakah kau memintanya untuk tidak meninggalkan mereka sebelum Krystal sampai rumah dengan selamat?" pinta Jongin. Dia merasa bersyukur kakaknya sangat bisa diandalkan. Dia bahkan langsung pulang saat mendengar Jongin meninggalkan Krystal berdua dengan L.

"Aku sudah mengatakan itu padanya. Aku bahkan memintanya untuk pergi kalau Soojung sudah masuk rumah dan mengunci pintu, Jongin," dia meremas bahu Jongin. "Jangan terlalu khawatir."

"Terima kasih banyak, noona," Jongin bersandar ke ranjang, merasa lega. "Seharusnya aku menyeretnya pulang tadi."

Taeyeon naik ke ranjang dan bersandar ke kepala ranjang, mengusap kasur. Dulu dia selalu tidur disini bersama Seulgi dan Krystal, saat Krystal datang dari Frisco. Dia sangat menyayangi Krystal seperti adiknya sendiri dan dia sangat merindukan Krystal yang dulu.

"Tidakkah kau berpikir dia akan membencimu kalau kau melakukan itu?" Taeyeon akhirnya angkat suara.

"Dia sudah membenciku," Jongin mengedikkan bahu. "Lebih bauk dibenci daripada mengorbankan keselamatannya."

Taeyeon mendesah. Adiknya terlalu menyanyangi Krystal.

"Myungsoo adalah sahabatmu, Jongin," dia mengingatkan Jongin. "Dan aku mendengar banyak kabar baik tentangnya belakangan ini. Dia salah satu atlet muda yang terpilih untuk dilatih camp nasional, itu benar?"

L bukan lagi sahabat Jongin. Dia pernah menjadi sahabatnya. Sejak mereka kecil, mereka selalu bersama. Meskipun mereka tidak bersekolah di tempat yang sama, mereka pergi ke camp sepak bola yang sama dan bertemu disana. Jongin yang selalu gugup dihadapan para gadis, L yang selalu merasa nyaman diantara mereka. Mereka saling menutupi kelemahan satu sama lain. Jongin ada disana saat L frustrasi menghadapi kekalahan di pertandingan pertamanya. L juga ada disana, saat Jongin menangis di pemakaman orangtuanya. Mereka sangat dekat, seperti saudara kandung yang tergila-gila pada sepak bola. Tapi semuanya berubah saat Krystal datang. Dan Jongin berhenti bermain sepak bola. Mereka tak lebih dari orang asing.

"Ya," Jongin mengangguk. "Dia dilatih disana sekarang. Dia melakukan hampir semua hal dengan baik. Mungkin kecuali sopan santun."

"Mungkin Myungsoo sudah berubah, pernahkah kau berpikir begitu?"

"Apa noona pikir seseorang seperti dia akan bisa berubah?" desis Jongin.

"Setiap orang punya masa lalu yang ingin mereka hapus, Jongin," Taeyeon mengingatkannya dengan hati-hati. "Kau juga punya masa kelam, jangan lupakan itu."

Sudden FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang