CHAPTER 9

1.9K 361 58
                                    

"Soojung," panggil Jongin saat dia sedang berjalan ke kamarnya, melewati ruang kerja Jongin.

Krystal baru saja pulang dari acaranya bersama L dan tidak mengira Jongin ada di rumah, dengan tangan bersedekap di dada. Seharusnya dia baru kembali lusa. Dia terlihat marah, dengan semua berkas di tangannya dicengkram kuat. Sebenarnya, Krystal tak ingin Jongin melihatnya dalam keadaan seperti ini. Dia minum alkohol sedikit dan mini dress-nya mungkin berbau asap rokok. Ini tidak bagus.

"Kupikir kau akan pulang besok," dia tidak berhasil membuat suaranya stabil. Dia mabuk.

"Aku langsung pulang saat tahu kau menyelinap setiap malam dan bolos dari kelasmu selama aku tak ada," dia melempar berkas-berkas di tangannya ke meja, menunjukkan semua itu padanya. Itu adalah surat-surat dari kampusnya. "Apa yang harus kukatakan pada ayahmu?"

Meskipun Krystal tidak sepenuhnya sadar, dia bisa merasakan kalau Jongin sedang marah, frustrasi, dan lelah. Meskipun begitu, Jongin tidak berteriak padanya. Dia tetap bicara setenang mungkin. Itu membuat Krystal merasa lebih tidak nyaman. Merasa bersalah.

Jongin berjalan perlahan, menghampirinya dan tanpa perlu mengendusnya, dia bisa tahu kalau Krystal baru saja menenggak minuman beralkohol. Dan lebih buruk lagi, dia bisa tahu kalau ada rokok yang terlibat. Dia menghela napas panjang, Krystal benar-benar diluar jangkauannya. "Jadi ini yang selalu kau lakukan dengan Myungsoo."

Itu bukan pertanyaan. Itu adalah tuduhan. Jongin hanya mengungkapkan fakta.

Mengenali nada terluka dalam suara Jongin, kesedihan di wajahnya dan terlihat merasa kalah, membuat Krystal merasa jauh lebih tidak nyaman. Apa dia sudah keterlaluan?

"Jongin, aku-"

"Aku mengerti. Kau selalu pergi dengan Myungsoo belakangan ini, kau tak perlu memberitahuku soal itu," Jongin melangkah mundur, duduk di sofa dan menenggelamkan wajah di kedua tangannya. "Aku tahu semuanya. Aku selalu percaya kalau aku bisa membantumu untuk berhenti minum. Aku percaya kalau aku bisa membuatmu menjauh dari rokok. Aku bahkan percaya kalau aku bisa membantumu mengingat masa lalumu," lirih Jongin. "Tapi ternyata semua itu hanya ke-egoisanku. Aku tak bisa melakukan apapun, tidak kalau kau bahkan tak mempercayai Paman Jung. Tidak kalau aku tak bisa mengubah hatimu."

"Apa kau menyerah padaku?" kesadaran menghantamnya. Dia tak bisa percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Jongin menyerah padanya.

"Kupikir semuanya mulai membaik diantara kita. Tapi ternyata, Myungsoo bisa menghancurkan semuanya dalam sekejap. Aku tak bisa melakukan apapun kalau hatimu sudah memilih."

"Kalau begitu coba lebih keras!" Krystal membujuknya. Dia tak tahu kenapa dia benci melihat Jongin seperti ini. Bayangan Jongin yang menyerah padanya sangat...tidak menyenangkan.

"Berhenti membuatku bingung," Jongin mengusap pelipisnya. "Bukankah ini yang selalu kau inginkan? Untuk terbebas dariku? Untuk bisa bersama Myungsoo?" Jongin berdiri, bersiap untuk ke kamarnya. Dia sangat lelah, dia bahkan belum sempat mengganti pakaiannya. Dan ini sudah pukul tiga dini hari.

Mungkin membiarkan Krystal tinggal dengannya adalah keputusan yang salah. Mungkin sikap protektifnya selama ini tak berguna. Dia memilih L. Dan tak ada gunanya lagi berjuang.

Krystal mengentikannya saat Jongin berjalan melewatinya. Dia mencengkram lengan baju Jongin dengan kuat, memaksa Jongin untuk menatapnya. "Kenapa Jongin? Bukankah kau berjanji membantuku untuk mengingatmu?" lirih Krystal.

"Kau melanggar janjimu padaku untuk tak lagi menemui L," dia tersenyum sendu. Dan itu membuat Krystal frustrasi. "Tak ada gunanya lagi untuk memegang janjiku padamu."

"Jongin..." mohon Krystal.

Jongin menaruh tangannya diatas milik Krystal, menyingkirkannya dari lengan bajunya. "Mungkin alasan dari kenapa kau tak bisa mengingatku... adalah karena kau memang tak mau mengingatnya sama sekali."

Sudden FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang