Rosè berjalan menuju halte bus, ya jam pelajaran sudah berakhir dan ia harus pulang dengan menaiki bus. Bahkan Rosè masih sedikit sulit untuk berbahasa Korea.
BUGH!
"Aw bisakah kau-" seketika saja, Rosè menghentikan ocehannya saat melihat Chanyeol yang hanya memandanginya heran.
"Oi, kau kenapa? Maafkan aku, aku tidak melihatmu" ucap Chanyeol sambil menjulurkan tangannya berniat untuk membantu Rosè berdiri. Rosè pun meraih tangan Chanyeol.
"Gomawo" balas Rosè sambil melepaskan genggaman tangan Chanyeol.
Rosè pun berlari jauh, jujur saja ia sangat benci saat dekat dengan lelaki pemarah itu. Bahkan sejak kejadian dikelas kemarin. Sungguh menyebalkan.
"Omg, lebih baik aku jalan kaki saja daripada harus satu bus dengannya" oceh Rosè sembari berjalan lurus entah kemana.
Hingga akhirnya, ia merasa kalau ia tersesat. Bahkan Rosè tidak tau sama sekali dimana ia berada. Dan sialnya lagi handphone nya mati, tidak bisa menggunakakan GPS.
"Ah sial, bagaimana ini. Bahkan aku tidak tau jalan pulang" ucap Rosè kesal.
Rosè pun memutuskan untuk berjalan, walaupun ia tak tau arahnya kemana. Tiba-tiba saja awan berubah menjadi gelap, akan turun hujan deras nantinya. Rosè pun segera berlari untuk menyingkat waktu.
Dan akhirnya, setelah sekian lama berjalan, Rosè dapat kembali ke halte bus dekat sekolah tapi...
"Ya!kenapa kau belum pulang?" Teriak lelaki yang menyebalkan itu, siapa lagi kalau bukan Chanyeol.
Ah kenapa aku terus bertemu dengannya. Batin Rosè saat melihat Chanyeol yang masih berada dihalte bus. Padahal sudah 25 menit Rosè tersesat namun Chanyeol masih saja disitu.
Rosè pun berjalan malas ke halte bus. Sambil memanyunkan bibirnya kesal karena harus bertemu dengan lelaki yang menyebalkan itu.
"Kenapa kau kembali ke sini? Kau tersesat ya? Kkkkk" ejek Chanyeol.
"Apa pedulimu, berhentilah mengoceh" ketus Rosè seraya mempalingkan wajahnya.
Gila, kenapa aku harus bersamanya. Aku benci disaat sepeerti ini. Gumam Rosè sambil memanyunkan bibirnya kesal.
Tiba-tiba saja, hujan turun dan lama-kelamaan menjadi sangat deras. Rosè pun terlihat sangat khawatir, bagaimana ia bisa pulang dengan keadaan seperti ini?
"Ah tidak" gumam Rosè sambil menatap langit yang semakin gelap.
Rosè pun berjalan menuju bangku dimana Chanyeol juga sedang duduk dibangku itu. Sambil menahan perasaan kesalnya, Rosè duduk dengan jarak yang sangat jauh dari Chanyeol.
"Ah bagaimana ini, aku harus bekerja" lirih Chanyeol kebingungan. Rosè pun mulai memandangi wajah Chanyeol yang terlihat sangat khawatir.
"Kau kenapa?" Tanya Rosè memberanikan diri.
"Aku harus bekerja sekarang dan adikku pasti sudah menunggu dirumah" jelas Chanyeol semakin khawatir.
"Eh bekerja?!" Balas Rosè terkejut.
"Ya, aku harus bekerja agar adikku dan aku bisa makan. Apakau mengerti?" Balas Chanyeol kesal.
"Em mian, kalau boleh tau kenapa kau harus bekerja? Kemana orang tuamu?" Tanya Rosè penasaran.
"Chaeyoung-shi kau ini membuatku tambah pusing saja, berhentilah bertanya dan bantu aku mencari payung" jelas Chanyeol.
"Aku tidak mau, kau ini sangat pemarah sekali! Ada apa denganmu? Pantas saja kau tidak mempunyai teman! Dasar lelaki keras kepala!" Ucap Rosè kesal sambil berteriak. Tidak ingin lama-lama berdiam disini bersama orang yang ia benci, Rosè pun nekad berjalan walau hujan masih turun.
Chanyeol tercengang, "Oii, kenapa kau nekad sekali?!"
Chanyeol pun mengejar Rosè yang sudah mulai jauh dari halte bus.
"Ya berhenti!" Tiba-tiba, Chanyeol meraih tangan Rosè. Rosè pun terkejut.
"Kenapa kau mengikutiku?pabo" ketus Rosè yang sudah terlihat kedinginan.
"Aniyo, jangan salah paham. Ayo ikut aku" ucap Chanyeol lalu menarik tangan Rosè ke sebuah kedai.
"Ah yang benar saja, ada apa sebenarnya dengan kau ini? Tadi kau marah denganku sekarang kau menarik ku tanpa alasan" jelas Rosè yang sudah mulai kesal.
"Chaeyoung-ah..." lirih Chanyeol dengan mata yang sudah mulai berbinar-binar. Mata Rosè pun seketika menatap wajah Chanyeol.
"Eh waeyo? Apakah perkataanku tadi membuat hatimu sakit? Omoya mianhae, jeongmal" sesal Rosè. Chanyeol tersenyum tipis.
"Gwenchana, hanya saja aku tidak pernah memiliki teman untuk membagi cerita kehidupanku kepada siapapun,"
"Kalau begitu ceritalah, aku tak akan membocorkannya" tawar Rosè.
"Jujur saja, aku hanya tinggal bersama eomma dan dongsaeng-ku. Ayahku pergi meninggalkan kami dan tidak pernah kembali dan disaat itu juga aku bekerja untuk membantu eomma-ku yang juga bekerja" jelas Chanyeol panjang lebar.
"Em mianhae Chanyeol-ah, aku tidak bermaksud untuk membuat suasana hatimu menjadi tidak nyaman, tapi kau orang yang sangat hebat, kau tegar dalam menghadapi masalah" Rosè menepuk punggung Chanyeol lembut sambil tersenyum.
"Yasudahlah, berhentilah bertengkar dan jadilah teman," sambung Rosè sambil menjulurkan tangannya. Chanyeol mengangguk sambil tersenyum manis.
Mereka berdua terdiam seketika, seakan-akan suasana canggung datang menghampiri mereka. Yang benar saja, Rosè memusuhi Chanyeol dan sekarang mengajaknya untuk berteman.
"Em Chanyeol-ah, mianhae" ucap Rosè memecahkan suasana canggung.
"Waeyo?,"
"Hanya saja, aku selalu bersikap kasar terhadapmu. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu" Rosè menundukkan kepalanya tanda menyesal atas perilakunya terhadap Chanyeol.
"Tidak apa, lagipula sekarang kita sudah menjadi teman kan?" Balas Chanyeol. Rosè membalas dengan anggukan.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 04:00 sore, mereka masih menunggu hujan reda. Namun hujan tak kunjung reda juga.
"Kau tidak pulang?" Tanya Chanyeol sambil menaruh segelas coklat panas di atas meja.
"Bagaimana aku bisa pulang, hujan ink begitu deras dan aku tidak membawa payung" balas Rosè.
"Hujan ini juga membuatku tidak bisa bekerja hari ini,"
"Ah sebaiknya kita berhujan saja, daripada kau harus bolos dengan pekerjaanmu" Rosè mengambil telepon genggamnya yang berada didalam kantong baju seragamnya, lalu memberikannya kepada Chanyeol.
"Wae? Kenapa kau memberi handphone-mu?" Tanya Chanyeol bingung.
"Berikan nomor teleponmu, aku akan menyimpannya,"
Jangan lupa untuk vote dan comment^^