"Oh my God, cutie pie." Aku menggedong Naqia yang kini sudah berumur hampir empat tahun. Dia tertawa ketika aku menggelitik perutnya.
Banesa sedang bersama Bara di halaman belakang bersama para pria lainnya. Mereka benar-benar dekat semenjak Banesa memberikan PSP-nya saat Bara sedang merajuk di acara makan malam seusai pemberkatan Patricia dan William.
Kami sedang berkumpul di rumah Maureen dan Kharisma untuk acara makan siang. Ada Patricia dan William juga, Scott pun ikut.
"Lucu banget ini bayi." Ucapku sembari melihat Sean.
"Mirip siapa sih? Will ya?" Maureen sampai mengerutkan dahinya.
"Will banget nih. Hidungnya mancung abis. Tapi matanya tajam kaya lo, Pat." Ujarku.
Aku masih cukup sedih melihat kebahagiaan mereka bersama anak-anak mereka. Seharusnya aku juga menggendong Daisy, atau Banesa yang sedang mengeloni Daisy di luar sana.
Tapi, ya sudahlah. Aku tidak mungkin bersedih terus menerus kan?
"Adey Sean.." Tangan mungil Sakha menggapai ingin menyentuh Sean. Maureen otomatis menjauhkan. Takut kalau Sakha akan mencubit atau malah memukul Sean.
Kami kembali mempersiapkan makan siang kali ini sementara semua anak-anak sudah berpindah posisi, yang tadinya bersama ibu mereka kini di pindah bersama ayah mereka.
"How are you, Bi?" Tanya Patricia yang sedang menuangkan ayam goreng kecap ke pinggan besar.
"I'm good. We're good." Jawabku sambil tersenyum.
"Maaf gue nggak ada disana ketika lo sedang.."
"Hei, lo saat itu juga punya masalah sendiri. Jangan khawatir, gue sama Ben udah baik-baik aja kok. Kita pasti baik-baik aja." Jawabku.
"Are we good?" Tanya Patricia.
"Yes, we definetly good." Jawabku mantap.
Memang benar. Aku dan Banesa merasa semuanya baik-baik saja sekarang. Tidak ada rasa canggung di antara aku dan William, juga aku dan Patricia. Begitu juga Banesa dengan mereka berdua.
Kami kembali menyiapkan semua makanan ini. Ini semua hasil masakan Banesa dan Kharisma. Sementara kami, para istri hanya menyiapkan di piring ketika semua sudah selesai.
"Pantesan lo gemukan ya, masakan suami lo begini amat setiap hari." Kekeh Patricia.
"Ya gitu deh. Syukur dia pinter masak, jadi gue nggak pernah kelaperan." Jawabku sembari memindahkan semua makanan ini ke meja bar dekat meja makan. "Tunggu, lo baru aja bilang gue gemukan?"
"Iya. Lo lebih berisi." Timpal Maureen.
"Masa sih?" Aku langsung meraba tubuhku.
Memang benar. Hampir semua braku membuatku sesak, beberapa tank top yang aku biasa gunakan tidur sedikit membuatku tidak nyaman. Bahkan akhir-akhir ini, aku memilih menggunakan baju kaos Banesa untuk tidur.
Aneh.
"Ah udah ah, yang penting gue bahagia." Kataku.
"Siapa tau hamil lagi." Celetuk Maureen.
"Siapa yang hamil lagi? Kamu? Bener?" Kharisma dengan senyum lebar masuk ke dalam rumah di ikuti oleh semua pria dan anak-anak di gendongan mereka. Termasuk Banesa yang sedang menggendong Prabha.
"Enak aja." Rutuk Maureen. "Nggak ada hamil lagi. Kamu kalau anak-anak udah rewel, malah kabur ngacir."
Aku melirik Bara yang melihat kedua orang tuanya berdebat bodoh. Dia hanya tertawa.