Oke, aku putuskan untuk menyimpan rekaman singkat ini di kaset terpisah. Sebetulnya, ini lebih kudedikasikan untuk seseorang yang diam-diam. Namun, tidak masalah jika kamu mendengarnya. Sebab, kamu juga perlu mendengarnya, ada beberapa hal yang kusampaikan untukmu
Ini akan singkat, aku serius.
Saat itu, aku sedang pura-pura tertidur di kelas. Yah, tidak ada yang menduga mengingat reputasiku sebagai tukang tidur. C sedang mengobrol bersama temannya.
Biar kujelaskan terlebih dahulu. Sejujurnya, aku tidak memiliki niat untuk menguping. Aku kan sebenarnya ingin tidur karena memang mengantuk.
Aku mendengar suara bisik-bisik khas yang kukenal. Itu C. Juga sahabatnya. Sejak itu, muncul niat menguping sebab aku mendengar namamu juga disebut dalam percakapan senyap itu.
"...tadi malem kita berantem lagi,"
Sayup-sayup kudengar suara C mengambil alih pembicaraan. Aku semakin berusaha memfokuskan pendengaran.
"Terus? Lo masih tahan aja dimarahin dia?" kata sahabat C. Aku mengiyakan dalam hati. Tindakan C memang sangat tidak logis
"Dia masih terus ngomongin cewek itu," sahut C mengabaikan tanggapan sahabatnya. Tentu saja, dia yang dimaksud itu kamu.
"Dia suka ya?"
"Gak tau, mungkin iya."
Kemudian, hening mengambil alih. Aku terus menunggu kapan sebuah kata keluar dari salah mulut salah satu diantara mereka.
"Lo masih suka sama dia?" tanya sahabatnya dengan nada pelan.
Aku hampir saja terbangun dari tidurku dan menatap si C dengan tatapan meminta penjelasan atas semua ini. Namun, jika aku terbangun, akan sangat tidak lucu.
C terdiam kemudian menyahut pelan, "Iya."
Sahabatnya terkikik, "Gue sempet kaget, loh, pas lo bilang lo suka dia."
"Ih apaan, sih," ujar C dengan nada tersipu-sipu.
Sahabatnya hanya memberikan cengiran lebar sambil berkata, "Udah deket lama, sih, ya."
Kemudian mereka membicarakan tentang seberapa dekatnya C dan kamu di masa lalu. Sementara itu, aku hanya terdiam dan masih tidak memercayai pendengaranku. Bukankah selama ini... C tidak punya perasaan apa-apa padamu? Bukankah selama ini ia bilang memang ingin membantuku? Mungkinkah ia memanfaatkan ceritaku untuk lebih dekat denganmu?
Aku masih tidak percaya.
Tapi, hei, selamat!
Kamu punya satu lagi orang yang menyukaimu, selain aku tentunya.
Ternyata kamu lumayan juga, ya, sampai ada yang suka. Selama ini, kukira hanya aku.
Selamat, ya!
Tenang, kamu tidak perlu repot-repot memilihku. Aku sudah berkawan dengan jarak semenjak kamu menjauh.
Pilih saja dia. Aku kan sudah biasa tersakiti. Sedangkan dia? Sepertinya dia sudah lelah dimarahi terus olehmu.
Aku mematikan recorder itu dan mengeluarkan kasetnya sambil tersenyum kecil. Tentu saja aku lebih ingin kamu memilihku, bukan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 : Adiksi
Teen FictionKetika aku merekam seluruh perasaanku untukmu dalam sebuah kaset, terkadang aku ingin kamu mendengar seluruhnya. Tapi, kurasa kamu tidak ingin dengar karena kamu tidak peduli. Namun, setidaknya, izinkan aku teradiksi olehmu. Izinkan aku jadi yang me...