Aku mencoba membuka laci meja belajarku, tempat aku meletakkan kaset-kaset kosong temuanku. Sisa satu. Aku juga bingung. Apakah aku terlalu banyak memakainya?
Omong-omong, jika kalian bertanya, beberapa kaset aku letakkan di loker sekolahku (iya, loker itu terkunci). Karena adikku yang masih kecil dan menyebalkan itu suka membongkar laci meja belajarku.
Oh, ralat. Adikku tidak kecil amat, sih. Namun, tetap saja, menyebalkan.
Oke, mengapa kita tidak mulai saja?
Hai, kamu. Kita sudah sampai pada kaset terakhir. Ah, aku akan rindu pada kebiasaanku merekam curahan hatiku yang ingin kusampaikan padamu. Iya, kamu. Habisnya siapa lagi? Sudah bertahun-tahun, memang. Dan tetap kamu. Tetap namamu.
Aneh. Bodoh.
Silakan cap apa saja. Memang itu adanya
Aku ingin merekam lagi, tentu saja.
Aku ingin merasakan kembali semua hal yang terjadi dulu apalagi yang berkaitan denganmu.
Hei, aku baru saja membaca di wattpad.
Bahwa, seringkali hal yang kita anggap 'tidak hilang'dari hidup kita adalah hal yang sesungguhnya hilang.
Pernahkah kamu merasa begitu?
Pernahkah kamu merasa kehilanganku?
Karena aku selalu merasakan hampa,
setiap hari setelah kamu pergi
Mungkin kamu tidak akan pernah mendengar semua kata dari kaset ini, tentu saja. Bisa gawat jika kamu mendengarnya. Haduh, bisa-bisa kamu jadi geer.
Namun, terkadang ada bagian dari diriku yang merasa kamu perlu mendengarnya, merasa kamu perlu tahu semua ini.
Merasa kamu perlu tahu tentang perasaanku, juga tentang adiksiku.
Namun, aku tidak pernah menyesal mengenang seluruh kisah ini. Tidak ada penyesalan dalam hatiku saat aku mengingat wajahmu, mengingat berbagai kata yang pernah terlontar dari mulutmu.
Tahukah kamu, bahkan sampai kaset ke dua puluh satu ini, perasaanku tetap sama, adiksiku tetap sama.
Aku bukannya gagal melupakanmu.
Aku hanya berhasil menghidupkan kembali perasaan ini
Hei, kamu boleh kok sesekali mengirim pesan. Persis seperti dulu saat semua terasa indah. Kamu boleh kembali menyapaku, kamu boleh tersenyum padaku, kamu boleh melempar canda kepadaku.
Lakukan persis seperti yang kamu lakukan dulu karena aku rindu.
Tapi, jangan jauhi aku persis seperti yang kamu lakukan dulu
—untuk kamu yang suaranya ingin kudengar lagi
AUTHOR NOTES :
HAIHAIII! SUDAH CHAPTER TERAKHIR NIH YUHUUU!! Tenang aja, kalian bakalan bertemu denganku kembali di sequelnya yang judulnya... APA HAYO TEBAK
nanti ya aku kasih tau. Kalo kalian sering ngeliatin 'peternakan sapi' pasti bisa tebak yay
anyway gais, maaf part ini pendek sekali atau kurang dapet feelsnya abisnya aku gak ketemu doi lama banget nih gara-gara libur sekolah. GAK DENG HADUH. Tapi intinya maafkan partnya cuma begini dan cuma segini. maafkan kesalahan-kesalahan menulisku dari kaset 1-21 ini. maaf kalo ceritanya absurd, maaf atas kode-kode alfabet yang bikin kalian pusing TAPI KALIAN AKAN TAHU NAMA-NAMA MEREKA DI SEQUEL.
mungkin aku akan ngedit adiksi, tapi gak tau kapan. sequelnya bakalan aku publish pas adiksi kelar tapi statusnya masih coming soon.
*melirik materi UH kimia yang subhanallah dan unfinished yang gak kelar-kelar juga percakapan senja yang belom dipublish*
luv yu gais terima kasih atas comment kalian yang gak bisa aku bales satu persatu dan votesnya juga uwiw, betewe masih ada epilog okei.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 : Adiksi
Fiksi RemajaKetika aku merekam seluruh perasaanku untukmu dalam sebuah kaset, terkadang aku ingin kamu mendengar seluruhnya. Tapi, kurasa kamu tidak ingin dengar karena kamu tidak peduli. Namun, setidaknya, izinkan aku teradiksi olehmu. Izinkan aku jadi yang me...