Tahukah kamu sebenarnya dalam setiap pesan singkatku, ada maksud yang sebenarnya tidak singkat?
Misalnya saja, sejujurnya aku ingin kamu mencari topik pembicaraan seperti dulu. Kemudian kita akan berbicara panjang lebar hingga lupa waktu. Persis sekali seperti dulu.
Betapa aku ingin kamu bukan jadi orang pertama yang meninggalkan obrolan kita. Tidak pula aku, karena aku akan selalu berada disini.
Aku tahu kamu memang tidak ingin membalasnya, hanya formalitas. Tapi, terkadang kamu juga muak dengan formalitas kan? Sehingga kamu hanya membacanya.
Tahukah kamu itu alasanku menangis di jam 10 malam? Iya, itu memang bodoh.
Sejujurnya, aku tahu. Bukan pesan singkatku yang kamu harapkan. Sama sekali bukan. Kamu mengharapkan pesan darinya kan? Aku tahu, aku juga mengharapkan pesan darimu sama besarnya dengan kamu mengharapkan pesan darinya.
Tolong kamu tahu, mengirim pesan untukmu—walaupun itu singkat—sebenarnya sesulit itu. Tidak semudah kamu yang hanya membacanya. Tahukah kamu, aku deg-degan setengah mati. Ingin mengirim namun takut hanya menjadi bacaan layaknya koran pagi.
Makanya terkadang, aku lebih memilih menyimpan pesan untukmu. Mengetik, lalu menghapusnya.
Tahukah kamu sebenarnya aku rindu bertukar pesan seperti dulu? Saat aku tidak mengkhawatirkan pesanku dibalas atau tidak. Saat aku hanya perlu menunggu semenit. Saat aku tidak perlu mengetik dan menghapus pesan itu berulang kali.
Tahukah kamu bahwa sebenarnya aku menyayangimu, lebih dari kamu yang menyayanginya? Tahukah kamu bahwa aku selalu berada di suatu orbit, mengamatimu dari jauh karena sadar akan terusir jika aku berada di dekatmu?
Tidakkah kamu tahu bahwa, pesan sesingkat apapun darimu bisa membuatku tersenyum sendiri?
Tidak, kamu tidak tahu semua itu.
Aku sayang kamu. Sejelas dan sesingkat itu. Pastinya, kamu tidak tahu. Karena tidak pernah sekalipun namaku melintas dalam pikirmu.
Sekian, dari yang hanya dengar tawamu dipantulkan oleh koridor bukan mendengarnya langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 : Adiksi
Teen FictionKetika aku merekam seluruh perasaanku untukmu dalam sebuah kaset, terkadang aku ingin kamu mendengar seluruhnya. Tapi, kurasa kamu tidak ingin dengar karena kamu tidak peduli. Namun, setidaknya, izinkan aku teradiksi olehmu. Izinkan aku jadi yang me...