KASET 17 : Kamu Tidak Berubah

920 125 2
                                    

Ada dua kemungkinan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada dua kemungkinan. Pertama, kamu memang begitu. Kedua, memang kamu enggan menunjukan sikapmu yang dulu kepadaku. Jujur saja, kukira kamu akan berlubah perlahan ketika kita mulai memasuki SMA-kukira kita sudah cukup dewasa untuk hal itu.

Tahukah kamu, sebenarnya aku ingin berusaha merubah sikap canggungku kepadamu. Karena, walaupun kita tidak satu kelas, kita sering berpapasan di koridor dan kelas kita berurutan-menambah kemungkinan kita bertemu. Terlebih, kita berada di kelas yang sama selama 3 jam dalam seminggu, untuk jam lintas minat.

Bisa dibayangkan aku tidak nyaman dengan segala kecanggungan ini. Tentu saja, aku ingin kita seperti biasa, eh maksudku seperti dulu. Namun, aku pernah bilang di beberapa kaset sebelumnya, aku menyesuaikan bagaimana sikapmu padaku. Beradaptasi, istilahnya. Kalau kamu diam, aku diam. Kamu menghindar, aku menghindar. Sesederhana itu. Aku mengikuti permainanmu, tentu saja.

Suatu waktu, aku pernah meletakkan tas tidak jauh dari tempat dudukmu saat jam lintas minat. Kamu melihatnya, kemudian kamu memberi tahu temanmu entah apa sambil melihat ke arah tasku, kemudian kalian pindah. Apa maksudnya? Entahlah.

Sejujurnya, aku pernah melakukan hal yang sama. Hampir setiap waktu. Berpindah dari mengantre nasi menjadi sate karena kamu mengantre di penjual nasi. Hal-hal bodoh semacam itu juga terkadang tidak jelas untuk apa. Aku saja bingung. Tapi, itu semacam reflekku.

Semacam ingin menghindar namun ingin melihatmu pada saat bersamaan.

Bahkan, jika kita berada di ruangan yang sama, tatapanku terus mencari sosokmu, apalagi sosokmu mudah kutemukan, yah cukup mudah. Entah kamu juga mencariku atau bagaimana, tapi tatapan kita sering bertemu.

Teman-temanku juga sering menyikutku dan berkata, "Eitss dia ngeliatin," Aku sudah tau siapa yang mereka maksud jadi aku mengangguk seadanya saja. Bosan dengan permainanmu, tapi aku juga menikmatinya. Aneh.

Segala hal yang berkaitan denganmu selalu aneh.

Contohnya, dari puluhan siswa yang sering memakai jaket biru tua ke sekolah, mengapa aku merasa kalau jaket itu paling pas dikenakan olehmu. Padahal, banyak yang bertampang jauh lebih baik daripada kamu. Benar-benar sebuah adiksi yang aneh.

Oh, iya. Beberapa teman barumu terkadang sering memerhatikanku. Aku juga bingung. Apa ada bumbu sate padang yang tersisa di mulutku atau apa? Aku tidak merasa melakukan sesuatu yang aneh.

Malahan, saat jam lintas minat, aku mendengar suara-suara aneh. Bukan suara aneh, itu suara teman-temanmu namun aku tidak mengerti maksud mereka. Makanya aku menganggapnya aneh.

Kurang lebih kedengarannya begini,

"Eh, gak usah salting, dong ada dia,"

"Eh, siapa tuh?"

"Wah, ada siapa, ya?"

Tolong sekali-kali ajarkan mereka untuk jangan membuat takut (dan bingung) orang. Soalnya, salah satu dari mereka berkata seperti itu sambil menatapku usil.

Eh, tapi, ini mirip dengan permainan kecilmu bersama teman-temanmu semasa SMP, bukan? Masih belum bosan bermain itu?

Santai saja, sih. Aku kan sudah bilang, aku akan mengikuti permainanmu. Tapi kalau begini terus, sih...

Aku kehilangan kata untuk mendeskripsikannya, jadi kumatikan saja recorder itu kemudian aku keluarkan kasetnya.

Aku kehilangan kata untuk mendeskripsikannya, jadi kumatikan saja recorder itu kemudian aku keluarkan kasetnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1 : AdiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang