Chapter 22 : ATC Threats

917 31 0
                                    

Di Mabes ABRI . . . . .


Zelado kini sedang berada di ruang monitor bersama dengan pasukannya menerima arahan dari Mayjen Budi.

"Perlu diketahui bahwa basis mereka di Johor terdapat berbagai senjata artileri jarak jauh dan juga senjata rudal lainnya. Adapun beberapa titik yang dikatakan dapat digunakan sebagai akses bila kita benar – benar diperintahkan oleh Panglima untuk melakukan penyerbuan, maka kita akan melalui jalan ini dan jalan ini. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari tim intelijen ada sekitar lebih dari 1 brigade pasukan yang berada di basis ini yang rencananya sebagian akan ditempatkan di Singapura yang sebelumnya tidak aktif. Kemungkinan besar ini adalah ancaman dari kita karena beberapa jam sebelumnya lebih tepatnya pada pukul 05.45 wib telah terjadi serangan udara di Batam oleh ATC. Dari informasi tersebut maka kita harus bertindak sebelum mereka mengancam kedaulatan NKRI. Sementara kita tunggu perkembangan informasi terbaru dan perintah dari Panglima terkait tindak lanjut dari masalah ini." Terang Mayjen Budi memberikan arahan kepada 68 prajuritnya yang terdiri dari perwira, bintara, dan tamtama yang ada di ruang monitor. "Sebelumnya ada yang ditanyakan?" Tanyanya.

"Siap!" Zelado mengangkat tangannya.

"Silahkan Lettu Zelado." Mayjen Budi mempersilahkan Zelado.

"Mohon izin Komandan, izin bertanya, apakah dari mereka juga akan menambah kekuatan pasukannya di Johor setelah sebagian pasukannya ditempatkan di Singapura dan kemudian dari mereka ada kemungkinan melakukan serangan yang serupa ketika terjadi agresi militer di berbagai kota besar di Indonesia mengingat mereka juga tadi pagi melakukan serangan udara di Batam?" Tanya Zelado.

"Iya benar sekali, mereka akan menambah kekuatan pasukannya sehingga mereka akan semakin memperkuat pasukannya dengan menambah personil dari komando pusat mereka yang berada di New Delhi lalu mereka akan menempatkan sebagian pasukannya di Johor sebagian lagi di Singapura. Namun belum ada informasi rencana mereka akan melakukan agresi kedua setelah agresi pertama mereka pada bulan Februari hingga Maret lalu telah berhasil dipatahkan. Kemungkinan kali ini mereka akan melakukan agresinya dengan kekuatan lebih besar tetapi disamping itu juga mereka juga berhadapan dengan APSF yang beberapa hari yang lalu telah berhasil menduduki Laos dan Kamboja hingga kini masih terjadi pertempuran di sana. Maka dari itu kita harus siap sedia menghadapi situasi ini karena mereka kembali melakukan ancaman yang bukan main – main." Jawab Mayjen Budi.

Seluruh prajurit yang berada di ruang monitor mengangguk paham.

"Ada lagi yang ditanyakan?" Tanya Mayjen Budi.

"Siap tidak!" jawab seluruh prajurit.

"Baik bila tidak ada pertanyaan lagi, sekarang bisa kembali menyesuaikan dengan kegiatan dan kita tetap menunggu perintah dari Panglima terkait adanya informasi terakhir situasi saat ini mengenai ancaman negara kita oleh pihak luar. Bisa jadi besok kalian akan saya berangkatkan jika Panglima malam ini memerintahkan pasukan untuk berangkat ke sana. Sekian dari saya terima kasih atas waktunya, selamat sore! Garuda!" Mayjen Budi mengakhiri arahannya.

"Selamat siang! Garuda!" Balas seluruh prajurit yang ada diruangan itu.

Di Kampus Universitas Indonesia pukul 14.00 wib . . . . . .

"Ini saya rasa sudah sesuai semua, kini tinggal sidang saja." Ucap seorang pria berusia sekitar 60an sembari menyerahkan kembali sebuah tumpukan berkas kepada seseorang dihadapannya.

"Maksud Bapak?" Tanya seorang wanita yang ada di hadapannya.

"Tugas Akhirmu menurut saya sudah sesuai semua, jadi sudah saatnya untuk sidang skripsi Nabilah." Kata pria tua itu yang merupakan seorang dosen. "Jadi kira – kira tanggal 17 Juli nanti adalah sidangnya, bulan ini saya tidak bisa karena saya ada tugas selama 10 hari di Jepang. Jadi kamu manfaatkan waktumu sebaik mungkin sebelum sidang masih ada waktu kira – kira 2 minggu ke depan untuk mempersiapkannya." Lanjutnya.

World At War IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang