Chapter 34 : Nabilah

1.2K 39 1
                                    

Rumah dinas Zelado pukul 19.30 wib . . . . .

Zelado masih melihat cermin untuk merapikan kerah baju yang dikenakannya. Tak lupa ia menyemprotkan parfum di baju yang dikenakannya yaitu baju PDU IV TNI AD setelah baju PDL sudah kotor dan terkesan tidak rapi. Sesungguhnya ia ingin tampik apa adannya karena waktu sudah malam. Ia pun tak lupa mengenakan baret merahnya.

"Selesai!" Kaya Zelado lalu tersenyum sambil melihat dirinya yang berada di cermin.

Zelado keluar dari kamarnya dan bersiap untuk berangkat ke rumah Nabilah bersama dengan orang tua, Kakak, dan keponakannya.

"Sudah rapi. Gagah dan kerennya anak Ibu satu ini." Kata Ibunya.

Zelado tersenyum saja.

"Ayo sekarang kita berangkat." Kata Ayahnya.

Selama perjalanan Zelado tampak masih  gelisah dan khawatir jika orang tua Nabilah tak setuju dengannya. Hal ini membuat Ayah dan Ibunya mengerti  apa yang dialami anaknya.

"Ada apa kok kamu gelisah gitu?" Tanya Ibunya Zelado.

"Aku khawatir jika orang tuanya Nabilah tidak menerima lamaranku dan lebih buruknya malah menolaknya mentah- mentah." Jawab Zelado.

"Udah gak ada yang perlu dikhawatirkan, Ibu percaya mereka bakal nerima kamu dan semua akan baik - baik saja." Kata Ibunya.

"Maklum Bu, namanya juga mau lamaran. Pasti akan merasa gelisah seperti Bapak dulu waktu mau ngelamar Ibu." Kata Ayahnya.

Semuanya tampak tersenyum.

"Kami dukung kamu kok Do. Udah santai aja, mereka pasti nerima kamu kok Do." Kata Kakak Iparnya yang sedang fokus mengemudi.

Zelado hanya mengangguk saja.

Untuk mengurangi ketegangan mereka juga menyempatkan diri untuk melakukan foto keluarga di sebuah taman di Jakarta Timur.


Di rumah dinas Panglima di Jakarta Timur . . . . . .

Di rumah, Nabilah tampak masih sedang asyik berkumpul dengan seluruh keluarganya secara  lengkap. Di sana ada Ayah, Ibu, Kakak, dan Adik tampak hangat di tengah suasana keluargannya. Mereka tampak asyik mendengarkan cerita dari sang Ayah yakni Jenderal Hardi.

Kemudian datanglah seorang prajurit yang merupakan penjaga rumah dinas Panglima.

"Mohon izin Panglima." Kata Praka itu yang mendatangi Jenderal Hardi.

"Ada apa?" Tanya Jenderal Hardi.

"Siap, ada tamu yang mau bertemu dengan Panglima." Jawab Praka itu.

"Siapa?" Tanya Jenderal Hardi.

"Siap, Lettu Zelado, dari Kopassus." Jawab Praka itu.

"Baik, suruh dia masuk!" Perintah Jenderal Hardi.

"Siap Panglima." Kata Praka itu lalu langsung memanggil tamu yang akan menemui Jenderal Hardi.

Kemudian masuklah Zelado yang diantar oleh Praka tadi.

"Selamat malam Panglima!" Zelado menyapa Jenderal Hardi dengan penghormatan militer.

"Malam." Balas Jenderal Hardi. 

"Lho kok pake PDU? Mau apa?" Tanya Jenderal Hardi heran dengan penampilan Zelado.

"Siap saya habis foto keluarga di taman Jenderal Andi Muhammad Yusuf."Jawab Zelado.

"Oh, tak kira mau ngapain." Kata Jenderal Hardi.

Tak lama kemudian, Ayah, Ibu, dan Kakaknya menyusul di belakangnya.

World At War IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang