"Assalamu'alaikum Ma," Quina melangkahkan kakinya memasuki rumah, mencium tangan Mama Puti, yang sedang duduk di ruang tamu bersama seorang pria.
"Wa'alaikum salam, apa kabar, Quin? Udah lama ya nggak kemari. Duduk dulu sini, temani Mama ngobrol."
"Quin langsung ke dalam aja lah Ma, mau nemuin Puti dulu. Mama lanjut aja ngobrol ama tamunya dulu." Ucap Quina, lalu melangkah menuju kamar Puti di lantai dua.
Quina dan Puti memang sudah temenan dari zaman SMA. Dari zaman mereka masih alay-alaynya, jadi dia sudah biasa keluar masuk ke rumah Puti, begitu pun sebaliknya.
"Loh kok, lo langsung kemari? Nggak ngobrol-ngobrol dulu di bawah?" Tanya Puti, begitu melihat Quina masuk kedalam kamarnya.
"Ngapain gue ngobrol di bawah, lo nya aja ada di sini." Quina menghampiri Puti yang sedang tidur-tiduran di kasurnya.
"Ya pendekatan lah, emang mau apalagi. Dia itu yang mau dikenal in nyokap sama lo, gimana menurut lo?"
"Gimana apanya?"
"Ya, first impressions lo, gimana?"
"Gak gimana-gimana sih, orang gue nyampe langsung nyelonong masuk kamar lo, jadi gue nggak tau." Quina mengedikkan bahunya acuh.
"Nah, itu masalah lo, terlalu cuek ama laki."
"Nggak ah, gue biasa aja."
"Biasa pale lo! Itu menurut lo. Yang liat 'kan gue ama orang-orang. Yang bisa menilai kita itu ya orang-orang disekitar kita."
"Trus, gue musti gimana?"
"Ya, ilangin kek sikap cuek bebek lo itu. Atau paling nggak kurangin dikit. Misalkan nih ya Nyet, ada cowok yang suka ama lo, trus karena lo itu cuek banget, si cowok yang udah ancang-ancang ngedeketin lo, langsung mundur teratur gegara lo nya cuek banget." Ujar Puti.
"Bukannya cowok-cowok suka dapet cewek cuek? Berasa dapet tantangan kalo bisa naklukin cewek kayak gitu. Cewek-cewek cool itu kan keren!"
"Keren nenek lo koprol! Kalo kita anak orang kaya, mungkin bisalah jadi challenge buat cowok-cowok naklukin. Nah, kita ini cuma rakyat jelita. Kalau bertingkah sok cool kayak gitu, jual mahal namanya kalau orang-orang bilang. Cowok itu ya, sukanya cewek yang jinak-jinak merpati gitu."
"Sotoy lo," Quina menoyor kepala Puti gemas.
"Ih, itu beneraaan. Laki gue yang bilang." Jawab Puti sebel.
"Itu mah selera laki lo aja kali. Selera tiap orang mah beda-beda. Jangan disama ratain. Sama kayak pedas, nggak semua orang suka pedaskan ya. Begitu juga masalah cewek, mungkin diluaran sana, ada cowok-cowok tampan yang suka dengan style gue yang lo bilang cuek bebek a.k.a cool ini.
"Mimpi aja lo sana! Dimana-mana cowok yang cool, bukannya cewek!" Ucap Puti. Kemudian ia membekap Quina dengan bantal yang ada disampingnya. Dan tertawa-tawa melihat temannya memberontak dan teriak-teriak karena susah bernafas.
"Monyet lepasin," Quina mendorong Puti yang masih berusaha membekapnya dengan bantal. "Sialan lo, candaan lo anak SD banget." omel Quina setelah berhasil lepas dari bekapan Puti.
Puti masih tertawa melihat Quina yang misuh-misuh. "Kangen banget gue Nyet ngusilin lo. Udah lama 'kan ya kita nggak kayak gini?"
"Itu bukan kangen namanya, tapi lo mau ngebunuh gue." ucap Quina kesal. Lalu menghindar dari lemparan bantal yang dilakukan Puti.
Quina menatap Puti yang juga sedang menatapnya. Ah, ia tau arti tatapan itu. Tak perlu untuk berkata-kata, kalau hanya untuk menyampaikan isi hati masing-masing. Pernah dengar kata-kata kalau mata itu bisa bicara kan? Mungkin benar, mulut kita bisa berbohong, tapi tidak dengan mata. Dan begitu juga dengan Quina. Orang-orang mungkin tidak menyadari perubahannya. Tapi, tidak dengan Puti. Memang mereka bersahabat baru sebelas tahun. Selama rentang waktu itu, telah banyak hal-hal gila yang telah mereka lakukan. Yang membuat mereka bisa saling memahami tanpa harus berkata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Quina
General FictionQuina tidak pernah tahu seperti apa dongeng Cinderella itu. Kata temannya, Cinderella itu si upik abu yang menikah dengan pangeran tampan dan pastinya kaya raya. Tapi kalo wanita dengan masa lalu kelam, yang cuma seorang karyawan biasa seperti Quina...