19. Sampai jumpa di surga

7.5K 755 61
                                    

Ini hari kedua Quina merasakan sakit diperutnya. Dan seperti biasa Quina mengabaikan rasa sakit itu. Mungkin waktu dia melahirkan sebentar lagi. Bukankah begitu, hpl itu bisa maju atau mundur?

Masih dengan menahan sakit Quina berjalan menuju lemari pakaian. Ia tak nyaman dengan pakaian dalamnya, dan sepertinya ia harus menggantinya dengan segera.

Ada bercak merah yang ditemukan Quina di pakaian dalamnya. Sepertinya benar, sebentar lagi si kecil yang ada diperutnya akan melihat dunia.

Mengambil handpone yang ditaruh di meja rias Quina segera menghubungi Ibunya. Ia ingin menanyakan berapa lama kemungkinan waktu yang dibutuhkannya hingga pembukaanya lengkap.

"Assalamualaikum, Quin," sapa Ibunya di ujung sana.

"Wa'alaikum Salam, Bu." jawab Quina. "Bu, pakaian dalam Quin ada bercak merahnya, itu kalau mau pembukaan lengkap masih lama ya?" tanya Quina.

"Tergantung sih, Nak. Tiap orang itu beda-beda. Ada yang cepet, ada yang lama." terang Ibu. Kamu dimana sekarang? Fauqa dimana?" nada kuatir terdengar tatkala Ibu bertanya.

"Di rumah sama si Mbak, Uqa lagi ke kebun." jawab Quina.

Mbak adalah asisten rumah tangga yang diperbantukan dirumahnya untuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian serta menyetrika. Dulu sebelum hamil si Mbak hanya bekerja tiga hari dalam seminggu. Namun semenjak kehamilannya menginjak bulan ke tujuh, Quina meminta si Mbak untuk tiap hari datang ke rumahnya sekalian bantu-bantu masak.

"Ya udah, biar Ibu ke rumah sekarang. Kamu jangan panik ya, berdoa aja."

"Iya, Bu. Quin tunggu. Assalamualaikum." Quina mengucapkan salam sebelum menutup telponnya.

Dengan pelan Quina berjalan menuju dapur dimana si Mbak sedang memasak.

"Mbak," panggil Quina ketika berada di ruang makan.

Mbak Tin  menghampiri Quina yang duduk di kursi ruang makan yang tengah meringis menahan sakit. "Kenapa kamu Quin, udah ada tanda-tanda?" tanya Mbak Tin kuatir.

"Iya nih, Mbak. Kayaknya Quin udah mau lahiran." ucap Quina, "Tolong tunggu in rumah ya, Mbak. Bentar lagi Ibu datang, kalau pembukaannya udah banyak Quin nunggu dirumah sakit aja. Tapi kalau masih pembukaan satu, Quin balik lagi pulang." Quina meringis karena menahan sakit.

"Mas Uqa udah tau, Quin?" tanya Mbak Tin.

Quina hanya menggeleng sebagai jawaban. Sakitnya lebih intens dari sebelumnya. Menahan sakitnya Quina meletakkan kepala nya diatas meja makan.

Tadi suaminya itu izin pergi ke kebun karena ada urusan yang tidak bisa ditangani melalui telepon. Lagi pula Quina tidak pernah memberitahu Fauqa kalau dua hari ini dia mengalami kram perut.

Alasan utama Quina tidak memberitahu Fauqa bahwa dia mengalami kram perut adalah agar suaminya itu tidak panik. Ia tidak mau Fauqa memaksanya untuk ke rumah sakit. Dan menunggu persalinan disana.

Terus terang saja Quina trauma mendengar cerita teman-temannya yang menanti pembukaan hingga lengkap dirumah sakit. Ada yang menjadi bahan percobaan dokter baru. Sehingga temannya itu trauma untuk melahirkan lagi.

Para dokter itu bergantian masuk ke ruangan temannya itu kemudian memakai handglove mereka lalu memasukkan tangannya ke dalam... Quina mengeleng-memgelengkan kepala bermaksud mengusir ingatan tentang cerita-cerita dari temannya. Namun semakin ia berusaha untuk melupakan ingatan lainnya malah datang.

Tentang temannya yang mengalami kasus salah jahit. Jadi  sang dokter membuka kembali jahitannya dengan alasan salah jahit. Padahal ketika itu temannya tidak dibius. Pasti sakit kan. Membayangkannya saja sudah membuat Quina merinding.

Drama QuinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang