Dengan cepat Fauqa memasukkan peralatan mandinya ke dalam tas. Dia sangat kaget melihat banyak nya panggilan tak terjawab dan sms masuk dari Quina.
Memang salahnya tak memberitahu Quina, kalau hari ini ia ada jadwal futsal dengan teman-temannya. Ini karena rasa kesal yang masih bersemayam didalam hatinya. Sehingga ia enggan untuk memberitahu Quina tentang kegiatan dadakannya itu.
Fauqa sadar tindakannya semalam itu keterlaluan. Mendiamkan istrinya, yang telah meminta maaf. Memang tak selalu Quina bersikap seperti itu, merasa tidak enak ketika meminta sesuatu kepadanya.
Seharusnya sebagai suami hal tersebut tidak membuat Fauqa marah. Toh, ia tau tabiat istrinya itu. Terlalu mandiri. Hingga membuat ia lupa, kalau ada seorang pria yang akan dengan senang hati mengulurkan tangan kepadanya untuk memberi bantuan.
Jangan harapkan Quina akan bermanja-manja padanya. Itu seperti mimpi. Quina itu misterius lupus, saking misterius nya tak bisa ditebak, begitu Puti sahabatnya pernah berkata. Quina itu tak pernah gengsi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang jarang dilakukan perempuan, memperbaiki kipas angin yang rusak, membetulkan kran yang lepas, mengecat dinding kamar. Kalau tidak mengingat ia sudah menikah mungkin Quina akan membetulkan genteng rumah juga. Begitulah istrinya itu. Ajaib.
Disaat banyak wanita memanfaatkan kemudahan yang didapat dari suami mereka. Tidak demikian dengan istrinya itu. Ia akan tetap melakukan apapun yang bisa ia lakukan sendiri. Tanpa meminta bantuan dari Fauqa. Jadi sebagai suami Fauqa harus sabar atas semua keajaiban yang dimiliki istrinya itu.
Fauqa menghubungi nomor telepon Quina begitu ia meletakkan tas nya dengan asal di kursi belakang.
Dengan gelisah Fauqa menunggu panggilannya tersambung. Dan setelah mengulangi hingga empat panggilan, Quina tetap tidak mengangkat telepon darinya.
"Yang, kamu dimana," Fauqa bermonolog.
Tak putus asa Fauqa mencoba mengirimkan pesan kepada Quina.
Quin, sayang, kamu dimana?
Lalu Fauqa mengirimkan pesan tersebut.
Dan tak berapa lama Quina membalas pesan Fauqa mengatakan bahwa dia sedang menonton film di bioskop bersama Puti.
Fauqa menarik nafas lega. Ternyata istrinya tidak melakukan drama kabur-kaburan seperti yang ada di bayangkan nya.
Kembali Fauqa mengirimkan pesan kepada Quina, memintanya untuk menunggu di sana.
***
"Yah nggak asyik nih. Masa gue jadi obat nyamuk sih?" Keluh Puti begitu ia dan Quina sampai disebuah food court dimana Fauqa telah menunggu.
"Ngapain jadi obat nyamuk?" tanya Fauqa yang mendengar keluhan Puti.
"Abisnya kalian berdua pasti mau kangen-kangenan. Kan ada yang habis merajuk." sindir Puti.
"Elahh, Pu. Lo kata gue bocah pake acara merajuk segala." ucap Fauqa yang tau sedang disindir.
"Habisnya bini lo ngadu ke gue, bilang lo lagi merajuk." Quina langsung melempar Puti dengan tissu yang ada didepannya.
Fauqa tertawa mendengar aduan Puti, lalu menarik Quina lebih dekat padanya. "Aku nggak merajuk kok, Yang. Cuma ngambek dikit aja. Nanti kamu bujukin ya?" bisiknya di telinga Quina.
"Asyeeem, ingat oiii, ada gue di sini." Puti yang berada di depan mereka langsung merajuk.
Quina yang berada dalam rangkulan Fauqa hanya tertawa mendengar ke-lebay-an temannya itu.
"Kayak lo nggak sering aja, jadi in gue obat nyamuk." Quina tersenyum mengejek ke arah Puti. "Telepon gih laki lo, double date kita." usul Quina kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Quina
General FictionQuina tidak pernah tahu seperti apa dongeng Cinderella itu. Kata temannya, Cinderella itu si upik abu yang menikah dengan pangeran tampan dan pastinya kaya raya. Tapi kalo wanita dengan masa lalu kelam, yang cuma seorang karyawan biasa seperti Quina...