"Ciee yang mau nikah." Daritadi Puti masih saja ngeledekin Quina.
Quina memutar bola matanya jengah "Apaan sih lo, Nyet." Setelah ajakan menikah Fauqa dua hari yang lalu, Quina tak henti-hentinya menerima ledekan dari Puti. Iya, Quina langsung laporan ke Puti waktu itu. Tepatnya, setelah Fauqa meninggalkan rumahnya. Quina segera menghubungi temannya itu, tentu saja setelah ia memberitahu sang Bunda terlebih dahulu. Quina menceritakan tentang Fauqa yang mengajaknya menikah. Dan jawaban apa yang diberikan Quina.
"Padahal yang udah lama pacaran itu gue, udah tunangan pula. Malah dilangkahi lo. Nggak asik banget sih! Lo pernah dengar istilah lifo, nggak? Last in first out. Nah, lo itu lifo, pacaran nggak, tapi langsung nikah. Takdir Tuhan itu emang dahsyat ya, nggak bisa ketebak." ucap Puti.
"Kalo gue lifo, lo apa? Outstanding?
"Sialan lo, jodoh gue udah didepan mata Nyet, tinggal eksekusinya aja. Lagian lo, songgong mode on banget sih, berani bilang gue outstanding mentang-mentang udah laku." cibir Puti.
"Ya, maaf. Lagian lo sensi banget sih. Tapi menurut lo ini terlalu cepat nggak sih, Pu?" tanya Quina. Saat ini mereka sedang duduk-duduk santai di ranjang kamar Puti.
"Nggak ada yang namanya terlalu cepat atau terlambat kalau menyangkut jodoh. Tuhan itu punya rencananya sendiri. Setiap orang udah disiapin kisahnya masing-masing. Kalau Tuhan udah menetapkan, nggak ada yang bisa merubah. Kita sebagai makhluk hanya perlu ngejalanin aja." jawab Puti diplomatis.
"Iya sih. Tapi gue nggak suka aja denger kabar yang beredar. Seolah-olah gue itu... You know!!..." Quina tak melanjutkan kata-katanya.
"Yaelah, kayak lo nggak tau habit orang-orang di sekitar kita. Mereka akan merasa susah kalo ngeliat kita senang. Dan sebaliknya, mereka akan senang melihat kita susah. So, cuekin aja, tutup kuping!"
"Easy to say ya, Nyet. Lo nggak tau aja rumor yang beredar di komplek gue. Udah berasa artis aja hidup gue ini."
Quina sih bisa nyantai aja mendengar rumor yang beredar di kompleknya. Toh ini hidupnya. Dan dia tidak pernah merugikan orang lain. Tapi yang menjadi masalah bagi Quina adalah Ibunya. Quina tidak mau Ibunya sakit memikirkan rumor yang beredar.
"Trus lo mau ngapain? Ngelabrak tuh orang-orang? Yang ada, elo-nya sendiri yang repot. Jadi solusi terbaiknya, tutup kuping aja. Ntar orang-orang itu juga capek sendiri. Pernah dengar istilah silent is gold, kan? Nah, itu, mending diam. Daripada lo capek ngejelasin, biar aja kebenaran itu nanti yang bicara sendiri. Toh, mereka bisa liat dengan mata kepala mereka sendiri, bener nggaknya omongan mereka itu."
Quina mengangguk-angguk membenarkan omongan Puti. Biarkan anjing menggonggong Quina tetep berlalu. Kalau mikirin apa maunya orang-orang yang ada kita bisa gila.
**
Quina mematut dirinya didepan cermin. Ripped jeans dan baju oblong 3/4 berwarna putih, rambut panjang yang dikuncir kuda serta tidak lupa kacamata bulat. Perfect, style andalan Quina. Quina paling suka gaya kasual namun tetap terlihat chic. Dan ia paling malas kalau harus berpenampian feminin. Quina ingat dulu, ia pernah jalan dengan sepupunya yang sangat girly. Dan Quina bertanya apakah nggak ribet dandan kayak gitu. Trus sepupunya bilang 'suatu hari akan tiba masanya Quina merubah style slengekan menjadi feminin. Karena nggak mungkin selamanya Quina, bertahan dengan dandanan seperti itu. Dan itu benar, seiring beranjak dewasa Quina sedikit-sedikit merubah gaya berpakaiannya yang biasanya selalu memakai kaos dan jeans. Dan ternyata jadi Feminin itu mahal, kan ya? Musti micth and macth pakaian, aksesoris dan sepatu. Dah gitu make up, yang katanya simple tapi tetep aja ngabisin duit. So, nggak salah banyak cewek jadi matre buat mempercantik dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Quina
General FictionQuina tidak pernah tahu seperti apa dongeng Cinderella itu. Kata temannya, Cinderella itu si upik abu yang menikah dengan pangeran tampan dan pastinya kaya raya. Tapi kalo wanita dengan masa lalu kelam, yang cuma seorang karyawan biasa seperti Quina...