Dalam masa keterpurukannya dulu, Quina bersyukur Tuhan masih berbaik hati menyisakan orang-orang yang benar-benar tulus menyayanginya. Kalau tidak, Quina tak tau apa yang akan terjadi pada hidupnya saat itu. Ia benar-benar hancur. Rasanya ia ingin mati saja. Ia berpikir Tuhan tak adil padanya. Namun kehadiran orang-orang yang tulus menyayanginya, membuat Quina sadar bahwa hidup itu seperti gelap dan terang. Tak selalu gelap itu mengerikan, dan tak selamanya terang itu menenangkan. Quina yakin ada rahasia Tuhan, di balik semua hal yang dialaminya.
Quina merebahkan tubuh di kasurnya. Pikirannya menerawang, ia memikirkan omongan mama Puti padanya tadi, "Oqa itu serius loh Quin, dia nggak ada niat main-main. Jadi Mama harap, kamu pikirin masak-masak apa keputusan mu. Dan Mama berdoa semoga kalian bisa berjodoh."
Akhirnya setelah mendapat banyak rentetan omelan dari Puti, Quina menemui pria itu, dengan syarat ia harus ditemani dan mama Puti-lah yang jadi tumbalnya. Sedangkan Puti, tidak mau menemaninya dengan alasan akan bertelepon ria dengan kekasihnya.
Fauqa Al Hasan, nama pria itu. Usianya dua puluh delapan tahun, berkulit sawo matang dan berkacamata. Tampan dan tinggi lagi. Kalau di beri nilai, bolehlah angka delapan setengah buat si Fauqa. Fauqa hanya seorang petani, dan ia memiliki usaha kecil-kecilan, itu katanya tadi. Tapi menurut cerita Puti, Fauqa itu adalah seorang pengusaha. Entahlah, untuk saat ini, Quina tidak begitu memikirkan apa pekerjaan Fauqa. Benar materi itu penting, namun yang penting bagi Quina saat ini adalah kejujuran. Quina, berharap kalau Fauqa adalah lelaki yang jujur dan dapat dipercaya.
Quina masih sibuk dengan pikirannya ketika ia mendengar nada notifikasi pesan masuk di handpone-nya. Dan saat Quina, membuka ternyata pesan itu dari Fauqa. Memang tadi mereka sempat bertukar nomor, tapi Quina tak menyangka saja kalau Fauqa mengirimkan pesan padanya. "Gercep juga nih laki," pikir Quina.
Fauqa
QuinMe
YaFauqa
Udah tidur?Me
BlmFauqa
Tidur!Me
NantiFauqa
Buruan!"Apa-apaan sih si Fauqa ini, baru juga tadi kenalan, udah berani ngatur-ngatur, dikirannya dia siapa." Quina malas membalasnya, dia kesal dengan si Fauqa ini.
Fauqa
Iya, buruan tidurnya, biar kita cepet ketemu di dalam mimpi. 😄😄Quina asli blussing dibuatnya. Bisaan banget ini si Fauqa. Baru juga kenal udah berani sepik-sepik. Atau Quinanya yang HBKS (Haus Belaian Kasih Sayang) sampe blussing gitu, padahal cuma gombalan receh.
Mengabaikan handphone-nya, Quina berjalan keluar kamar, menuju kamar mandi. Ia harus segera tidur, namun sebelumnya ia harus melakukan ritual sebelum tidurnya terlebih dahulu.
Quina kembali ke kamarnya setelah menghabiskan waktu lima belas menit di kamar mandi. Namun sebelumnya, Quina mengintip Ibunya, yang telah tertidur lelap di kamar yang bersebelahan dengan kamarnya. Satu-satunya orang tua yang ia punya.
***
Azan subuh baru saja berkumandang, ketika Quina keluar dari kamar mandi. Quina bergegas masuk kamar untuk melaksanakan shalat subuh. Setelahnya, ia beranjak menuju dapur untuk membantu Ibunya menyiapkan sarapan mereka.
"Ibu, jadi ke Batam?" tanya Quina sambil menata piring di atas meja makan. Ibunya ini jago memasak, dan sering di panggil untuk menjadi koki dadakan, acara kondangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Quina
General FictionQuina tidak pernah tahu seperti apa dongeng Cinderella itu. Kata temannya, Cinderella itu si upik abu yang menikah dengan pangeran tampan dan pastinya kaya raya. Tapi kalo wanita dengan masa lalu kelam, yang cuma seorang karyawan biasa seperti Quina...