"Jangan lupa minum obat mabuknya, Yang!" Fauqa mengerling kearah Quina.
Sejak kejadian, Quina mabuk darat waktu itu, Fauqa sering menjadikan hal itu sebagai lelucon untuk mengoda istrinya.
"Jangan mulai lagi deh. Ngambek nih!" Quina menyandarkan tubuhnya dipintu mobil, dengan tangan bersedekap didada. Entah mengapa akhir-akhir ini moodnya sering naik turun.
Fauqa mendekat kearah Quina lalu mengacak rambut nya. "Jangan ngambek dong, Yang. Mobil sepi jadinya."
"Ya udah kalau mau rame, hidup in aja radio nya. Kalau nggak kamu ngoceh aja sendiri, biar rame!" Quina memalingkan wajahnya kearah jendela. Ia kesal dengan tingkah usil Fauqa. Apalagi kalau menyangkut kejadian mabuk waktu itu, yang otomatis membuatnya ingat tentang tespack dan kehamilan. Quina sensi aja dibuatnya.
Fauqa melirik Quina lalu menyetel radio, sepertinya mood istrinya itu masih kurang baik. Biasanya kalau Fauqa mengusilinya Quina akan membalasnya atau dia akan diam saja kalau sedang malas meladeni keisengan Fauqa. Tidak sampai merajuk seperti ini.
Suara radio menjadi teman Fauqa selama hampir setengah jam perjalanan. Mau bagaimana lagi, Ibu Negara sedang mogok bicara dan lebih memilih pura-pura tidur.
Close your eyes, give me your hand, darling.
Fauqa ikut bernyanyi ketika lagu dari Human Nature diputar di radio. Ia mengenggam tangan Quina lalu mengecupnya.
Do you feel my heart beating.
Do you understand.Lalu membawa tangan istrinya itu ke dadanya.
Do you feel the same.
Am i only dreaming.
Is this burning an eternal flame.Quina yang dari tadi pura-pura tidur melirik Fauqa yang tersenyum kepadanya. Lalu melirik tangannya yang ada didada suaminya itu.
Quina balik menggenggam tangan Fauqa. Dan tersenyum kepada suaminya.
Fauqa melanjutkan nyanyiannya.
I believe it's meant to be, darling.
I watch you when you are sleeping.
You belong with me.
Do you feel the same.
Am i only dreaming.
Or is this burning an eternal flame.Quina hanya tersenyum melihat tingkah suaminya yang terus saja bernyanyi.
Say my name, sun shine through the rain. A whole life so lonely.
And then you come.
and ease the pain.
I don't want to lose this feeling ...Diakhir lagu Quina ikut bernyanyi. Dan kemudian mereka berdua saling pandang lalu tertawa lepas.
"Hahaha, kamu juga tau lagu itu, Yang?" tanya Fauqa yang belum bisa menghentikan tawanya.
"Tau dong! Itukan eternal flame, yang nyanyi Human Nature." jawab Quina mantap.
"Keren!" Fauqa mengacungkan jempolnya. "Aku kira kamu cuma taunya lagu-lagu boy band gitu, Yang!"
"Aku mah ngikutin tren. Emangnya kamu." Quina meleletkan lidah mengejek Fauqa.
"Aku itu cowok, Yang. Mana ada cowok doyan Boy band. Tapi kamu kok nggak ada kulihat nonton korea gitu?"
"Masih, tapi di kantor. Temen-temenku kan masih banyak pencinta cowok-cowok cantik."
"Trus kamu nggak doyan?"
"Nggak ah, aku lebih suka cowok indo yang hitam manis kayak kamu. Lebih macho."
Fauqa tersenyum mendengar ucapan Quina yang secara tidak langsung memujinya. "Jadi aku macho ya, Yang?"
Quina terdiam menyadari kalau dia telah keceplosan. "Hmmm, mau jawaban jujur atau bohong?"
"Nggak dijawab juga nggak papa. Jawaban orang yang keceplosan itu biasanya kan lebih jujur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Quina
General FictionQuina tidak pernah tahu seperti apa dongeng Cinderella itu. Kata temannya, Cinderella itu si upik abu yang menikah dengan pangeran tampan dan pastinya kaya raya. Tapi kalo wanita dengan masa lalu kelam, yang cuma seorang karyawan biasa seperti Quina...