Chapter 1

6.7K 513 14
                                    

Satu hari lagi yang membosankan dan bertambah menjadi lebih membosankan ketika aku harus mengucapkan kalimat yang sama setiap kali aku masuk ke suatu sekolah sebagai murid baru.

Jangan berpikir aku adalah anak nakal yang sering membuat berbagai macam masalah sehingga dikeluarkan dari sekolah. Alasanku sering menjadi murid baru karena orang tuaku sering sekali dipindahkan untuk urusan pekerjaan dari satu kota ke kota yang lainnya, bahkan dari satu negara ke negara yang lainnya. Seperti sekarang contohnya dari Amerika ke Korea, negara yang kebetulan merupakan tempat tanah kelahiranku sekaligus appaku dan tempat dimana kantor pusat appaku bekerja.

Meskipun aku tidak tumbuh di negara Korea, aku dapat berbicara bahasa korea dengan lancar karena di keluarga kamu memiliki kebiasaan untuk berbicara menggunakan bahasa korea dengan anggota keluarga yang lain meskipun kami tidak tinggal di Korea.

"Mulai hari ini ia akan bergabung dengan kita. Silahkan perkenalkan dirimu," ucap Lee ssaem, guru yang akan menjadi wali kelasku selama satu tahun ke depan.

"Hai semua, namaku Kim Eunbi. Aku akan melakukan apapun sendiri. Aku tidak akan meminta perhatian kalian. Pertolongan apapun akan membuat beban untukku. Senang bertemu dengan kalian," ucapku memperkenalkan diri sambil memandang setiap murid yang akan sekelas denganku.

Aku hanya berharap tidak akan muncul masalah yang membuathari-hariku menjadi tidak tenang sampai appaku dipindahkan lagi.

"Kau boleh duduk kalau begitu. Kau akan duduk di bangku kosong yang tersisa," ucap Lee ssaem sambil melangkah ke meja guru untuk memulai pelajaran hari ini.

Setelah mendengar hal itu, sontak aku mulai mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kelas untuk menemukan bangku yang dimaksud dan hanya ada satu bangku kosong yang tersisa, tepat di sebelah seorang pemuda yang juga... menatapku? Secepat mungkin aku memutuskan eye contact yang terjadi antara aku dengan pemuda tersebut dan segera kulangkahkan kakiku menuju ke bangku kosong tersebut.

Sesampainya di sebelah meja yang akan menjadi mejaku selama satu tahun ke depan, aku meletakkan tasku dan mengeluarkan buku untuk memulai pelajaran di hari pertama ini tanpa ada niatan sedikit pun untuk memperkenalkan diriku kepada pemuda yang duduk sebangku denganku.

"Ssaem akan mengadakan tugas yang terdiri atas dua orang setiap kelompoknya. Kabar baiknya kalian dapat memilih teman satu kelompok kalian sendiri," ucap Lee ssaem tiba-tiba.

'Aku bahkan belum sampai satu jam di sini dan sudah ada tugas kelompok!? Aku tidak mengenal siapapun di kelas ini. Lalu siapa yang akan menjadi teman sekelompokku? Ah aku bersama mereka yang tidak memiliki teman untuk berpasangan saja. Ide bagus Eunbi-ya.'

Setelah memutuskan untuk menunggu sampai saat-saat terakhir, aku hanya duduk diam di mejaku. Tidak berusaha untuk membaur dengan yang lain dan mencari teman satu kelompok.

Tiba-tiba aku merasa tanganku diangkat oleh seseorang. Segera aku alihkan pandanganku yang semula ke arah papan tulis kepada orang yang dengan seenaknya menarik dan mengangkat tanganku. Aku baru saja akan berencana untuk memarahi orang yang menjadi tersangka, sebelum kusadari bahwa orang yang mengangkatku adalah pemuda yang duduk sebangku denganku.

Tidak lama setelah itu aku baru menyadari suatu hal yang terasa aneh, mengapa kelas yang semula ramai dengan teriakan para murid mendadak menjadi sunyi. Dan lagi, sejak kapan ada banyak murid perempuan yang mengelilingi mejaku.

"Ssaem, aku memilih untuk satu kelompok dengan murid baru ini." Pemuda-yang masih belum aku ketahui namanya dan yang tidak ingin aku ketahui namanya-tersebut memecahkan kesunyian yang terjadi dan menarikku kembali dari keterkejutanku.

"Baiklah Baekhyun, kalau begitu kau akan satu kelompok dengan Eunbi," ucap Lee ssaem sambil menulis sesuatu di kertas yang aku simpulkan adalah daftar kelompok.

"YA! Apa maksudmu?! Kau bahkan tidak tanya terlebih dahulu untuk persetujuanku!" teriakku tidak terima kepada pemida yang sekarang aku ketahui bernama Baekhyun.

Baekhyun mengalihkan pandangannya dari Lee ssaem kepadaku. Entah mengapa tatapannya berbeda dari tatapan yang tadi dan membuatku terintimidasi. "Aku tidak perlu persetujuanmu, setuju ataupun tidak kau tetap akan satu kelompok denganku. Jadi tidak ada bedanya bagiku," ucap Baekhyun datar.

Amarahku mulai tersulut lagi setelah mendengar ucapannya. Hilang sudah rasa intimidasi yang sempat menderaku. "Itu bagimu! Bukan bagiku! Aku tetap tidak mau satu kelompok denganmu, lebih baik aku dengan yang lain!" teriakku kesal.

"Silahkan kalau itu maumu, aku tidak akan melarangmu," ucap Baekhyun santai.

Aku mulai mengedarkan pandanganku untuk mencari murid yang belum memiliki teman satu kelompok, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Semuanya telah memiliki kelompok sendiri dan mereka telah mulai berdiskusi tentang tugas yang baru diberikan itu.

Sejak kapan mereka sudah kembali ke bangku mereka masing-masing? Aku merasa mereka masih mengelilingi mejaku beberapa saat yang lalu. Apa karena aku terlalu sibuk berdebat dengan pemuda yang sangat menyebalkan ini sampai tidak menyadarinya? Ah, sudah lupakan saja, itu bukanlah masalah yang harus kupikirkan untuk saat ini, ada yang lebih penting yang harus aku pikirkan untuk saat ini yang menyangkut dengan pemuda menyebalkan dan itu adalah...

"Jadi bagaimana? Kau bilang akan mencari teman sekelompok. Lalu mengapa kau diam saja?" tanya Baekhyun dengan senyumnya yang terlihat begitu menyebalkan di mataku.

'Tamatlah riwayatku. Aku tidak mungkin menarik kembali kata-kataku bukan?' jeritku dalam hati.

"Mengapa masih diam saja? Tidak menemukan teman untuk satu kelompok murid baru?" tanya Baekhyun dengan raut wajah yang mengejekku.

"Aku punya nama. Jangan panggil aku murid baru. Namaku Eunbi."

"Terserah aku mau memanggilmu apa. Dan jangan mengalihkan pembicaraan murid baru. Jadi mau tidak mau kau akan satu kelompok denganku," ucap Baekhyun, pemuda yang sangat sangat menyebalkan.

Aku memutar mataku malas ketika mendengar ucapan yang Baekhyun lontarkan. Tidak berminat untuk debat dengan orang lain, apalagi ketika aku bahkan belum sampai satu jam di sekolah ini. "Baiklah terserah kau saja."

"Jadi apa yang harus kita lakukan untuk tugas ini?" tanya Baekhyun.

"Kita mendapat pegunungan untuk dijadikan tugas kita dan menjelaskannya dalam bentuk laporan," ucapku menjelaskan.

"Bagaimana kau tau kita mendapat bagian pegunungan?" tanya Baekhyun penasaran.

"Ssaem menulisnya di papan tulis." balasku sambil mengarahkan pandanganku ke papan tulis lalu kembali lagi kepadanya. Tiba-tiba aku teringat satu hal. "Kapan kita akan memulainya?" tanyaku penasaran.

"Minggu pagi," balas Baekhyun singkat yang entah sejak kapan telah sibuk dengan bukunya sendiri.

"Baiklah. Kita bertemu dimana?" tanyaku bingung. Jujur saja aku bahkan tidak dapat mengingat apapun ketika aku masih di Korea. Aku masih terlalu kecil waktu itu, kalau tidak salah aku di Korea sampai umur 3 tahun lalu pindah ke negara lain.

"Di depan sekolah. Jam 9 pagi. Jangan telat. Aku benci menunggu," ucap Baekhyun seakan titah yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun.

"Baiklah," balasku kesal sekaligus lega. Ya ternyata Baekhyun memang pemuda yang sangat menyebalkan. Namun paling tidak aku merasa lega karena aku tidak perlu tersesat di Korea.

I'm His Assistant | EXO Baekhyun [Revisi]Where stories live. Discover now