"Maaf karena telah membuatmu menunggu begitu lama. Tidak seharusnya aku memperlakukan tamu yang datang seperti ini. Sekali lagi maafkan aku."
Seketika Eunbi langsung mengalihkan pandangannya dari foto yang terdapat di dinding ruang tamu ke arah suara Baekhyun berasal. Tak Eunbi sangka jika ia akan disuguhkan dengan pemandangan berupa sosok Baekhyun yang berjalan turun menapaki anak tangga sambil mengacak-acak rambutnya yang masih basah agar cepat kering. Entah mengapa itu terlihat sangat memesona di mata Eunbi.
Eunbi menggeleng-gelengkan kepala, berusaha untuk menghapus pikiran tersebut dari dalam benaknya. "Gwaenchanha."
"Bisakah kau menolongku mengambilkan kotak obat yang ada di dapur? Tepatnya di sebelah kanan lemari pendingin, tergantung di dinding," ujar Baekhyun meminta tolong sambil melanjutkan kembali kegiatan mengeringkan rambut menggunakan handuk yang sengaja ia gantung di lehernya.
"Eoh? Ne. Jamkkanmanyo."
Eunbi bergegas menuju ke dapur dan mencari kotak obat sesuai dengan intruksi yang Baekhyun berikan. Tidak sulit untuk menemukan keberadaan kotak obat itu, malah bisa dibilang cukup mudah karena letaknya yang dapat langsung dilihat oleh siapapun.
Setelah mendapatkannya, Eunbi menyodorkan kotak obat yang ia bawa kepada Baekhyun yang telah duduk di sofa entah sejak kapan. Dengan siap tanggap Baekhyun mengambil alih kotak obat tersebut dan meletakkannya di atas meja yang ada di hadapannya. "Ini. Tetapi untuk apa kau membutuhkan kotak obat ini?"
Baekhyun memutar bola matanya malas. "Aish jinjja. Apakah kau sudah melupakannya secepat itu?"
Mendapatkan reaksi seperti itu justru membuat Eunbi semakin bingung. "Aku tidak mengerti apa yang kau maksud."
"Kemarin. Kejadian kemarin." Baekhyun berusaha untuk membuat Eunbi mengingat sendiri sambil mengarahkan pandangannya ke sofa yang kosong ada, memberi isyarat agar Eunbi ikut duduk di sebelahnya.
Tanpa membutuhkan waktu yang lama Eunbi langsung duduk di sofa yang kosong, tetapi tidak dalam memahami kata yang Baekhyun ucapkan kepadanya. Dan itu tidak akan mungkin terjadi karena wajah Eunbi menunjukkan bahwa dirinya tidak mengerti sedikitpun tentang apa yang ia katakan.
Baekhyun menatap Eunbi frustasi sambil mengacak-acak rambutnya yang masih belum sepenuhnya kering. "Kau masih tidak mengerti juga? Heol. Aku masih tidak dapat percaya kau dapat melupakannya begitu cepat dalam kurun waktu satu hari."
"Ah aku ingat. Jeongmal mianhae," ucap Eunbi meminta maaf dengan nada menyesal yang begitu kentara dan tidak berani menatap Baekhyun, sehingga ia mengalihkan pandangannya ke jari-jarinya yang bertautan di atas pangkuannya.
"Kalau begitu kau tentu dapat membantuku mengobati memar yang kudapat bukan?"
"Ne? Ne." Eunbi tanpa berpikir panjang langsung menjawab semua itu. Setelah itu Eunbi hanya menatap Baekhyun dengan pandangan bingung dan takut-takut.
"Mengapa kau diam saja?" tanya Baekhyun yang melihat Eunbi masih diam dalam posisi awal duduk dan belum mulai membantu mengobatinya.
"Eung... Aku tidak tahu memarnya di sebelah mana. Kau tidak memberitahuku."
"Ah aku lupa soal hal itu. Sebentar," ucap Baekhyun sambil menepuk dahinya sendiri karena melupakan fakta tersebut. Baekhyun langsung bangkit berdiri dan melepas kaos yang ia pakai, Eunbi yang melihat hal tersebut kaget sekaligus malu. Belum pernah Eunbi melihat seorang namja melepas kaos dengan santai di hadapannya.
"YA! Apa yang kau lihat?" tanya Baekhyun pada Eunbi yang masih melamun melihat tubuhnya itu. "Cepat bantu obati memarku. Aku tahu bahwa tubuhku ini sempurna tapi kau tidak perlu menunjukkan reaksi yang seperti itu juga."
YOU ARE READING
I'm His Assistant | EXO Baekhyun [Revisi]
FanfictionKepindahan Eunbi ke Korea tidak berjalan sesuai keinginannya ketika takdir mulai memainkan perannya. Mempertemukan dirinya dengan seorang namja yang menyebalkan baginya. Takdir juga menyeret berbagai hal yang tidak ia pedulikan pada awalnya, tetapi...