"Apa yang harus kukatakan ketika aku bertemu dengannya?" gumam Eunbi bingung.
Di sepanjang perjalanan menuju ke sekolah, Eunbi mengalami dilema besar. Ia bingung apa yang harus ia lakukan ketika bertemu dengan Baekhyun nanti. Memang benar ia dapat melalui hari kemarin, tetapi rasa bersalah itu datang kembali menghampiri dirinya beserta dengan rasa khawatir.
Melihat pria seperti Baekhyun yang tidak mungkin dapat merawat dirinya sendiri dengan benar. Apalagi ditambah dengan mengobati memar yang kemarin ia berikan.
"Apakah aku harus bertanya tentang keada— Tidak tidak, itu tidak perlu. Lebih baik aku bersikap seperti biasa. Ya sebaiknya seperti itu, lagipula itu kesalahannya sendiri," gumam Eunbi meyakinkan diri.
"Apa yang sedang kau lakukan? Mengapa kau berbicara sendiri?" tanya Baekhyun entah darimana ia datang.
"YA! Bisakah kau muncul tanpa membuat orang terkejut?" Eunbi menoleh ke Baekhyun dan mendelik kesal sambil mengelus-elus dadanya.
"Aku tidak melakukan apapun. Kau saja yang sibuk berkutat dengan pikiranmu sampai tidak menyadari jika aku telah berada di sampingmu sejak tadi." Baekhyun mendengus kesal mendengar tuduhan yang diutarakan oleh Eunbi.
"Apa!? Berarti kau mendengar apa yang aku katakan?" tanya Eunbi panik. Baekhyun bisa saja menjadi terlalu percaya diri seperti sebelumnya, jika ia sampai mendengar apa yang Eunbi resahkan sejak tadi.
"Aniya. Bagaimana mungkin aku bisa mendengarnya jika kau saja menggumam dengan suara tidak jelas."
Eunbi menghela nafas lega begitu mengetahui jika Baekhyun tidak dapat mendengar apapun yang ia gumamkan. Meskipun ia lega dan telah meyakinkan dirinya agar tidak bertanya tentang kondisi Baekhyun, tetapi tetap saja ia tidak bisa menyingkirkan rasa khawatir dan bersalah yang ada.
"Kau bahkan sibuk berkutat dengan pikiranmu lagi," gerutu Baekhyun melihat tingkah Eunbi.
Tanpa Eunbi sadari, mulutnya mengucapkan apa yang ia resahkan sejak tadi, cukup keras untuk dapat di dengar oleh Baekhyun. "Apakah kau sudah mengobati lukamu?"
"Eoh. Wae?"
Dammit. Ternyata Baekhyun mendengar apa yang ia ucapkan. Eunbi merutuki dirinya dalam hati atas kebodohan yang telah ia lakukan. Apa yang ha— Tunggu sebentar. Baekhyun yang notabenenya adalah namja menyebalkan dan terlihat tidak dapat mengurus dirinya sendiri dengan benar telah mengobati memar bekas pukulannya.
Unbelievable.
"Jeongmal? Aku meragukan ucapanmu." Eunbi bertanya untuk memastikan seraya menyipitkan matanya, menatap Baekhyun curiga.
"Aku mengatakan yang sebenarnya bahwa aku telah mengobatinya. Aku tidak berbohong dan berhentilah menatapku seperti itu." Tanpa Eunbi ketahui, caranya menatap Baekhyun cukup membuat ia terintimidasi.
"Memang seperti apa aku menatapmu?"
"Kau menatapku seolah-olah kau dapat membunuhku kapan pun hanya dengan tatapanmu."
Eunbi tidak dapat menahan tawanya ketika ia mendengar apa yang Baekhyun ucapkan. Di matanya Baekhyun yang merupakan pemuda menyebalkan tiba-tiba berubah menjadi anak kecil yang polos. Ia tidak menyangka bahwa Baekhyun akan mengatakan kalimat seperti itu.
Diam-diam Baekhyun tersenyum kecil melihat Eunbi yang tertawa lepas. Ia tidak pernah melihat Eunbi tertawa sebelumnya, yang selalu ia lihat adalah muka terganggu dan kesal khas Eunbi karena perbuatannya. Sungguh ia akan melakukan apapun agar ia selalu dapat melihat Eunbi tertawa lepas seperti saat ini.
"Mengapa kau tertawa?"
"Kukira kau pemuda yang hanya bisa membuat orang menjadi kesal karena ulahmu. Ternyata kau dapat merasa terintimidasi," jelas Eunbi terengah-engah, berusaha untuk menetralkan napasnya.
YOU ARE READING
I'm His Assistant | EXO Baekhyun [Revisi]
FanfictionKepindahan Eunbi ke Korea tidak berjalan sesuai keinginannya ketika takdir mulai memainkan perannya. Mempertemukan dirinya dengan seorang namja yang menyebalkan baginya. Takdir juga menyeret berbagai hal yang tidak ia pedulikan pada awalnya, tetapi...