Chapter 3

2.2K 249 10
                                    

Eunbi POV

"Hei kau, pemuda yang begitu menyebalkan!" teriakku dari kejauhan. Tidak aku pedulikan tatapan aneh dari para siswa yang lewat di koridor sekolah dan melihatku bagaikan orang aneh.

"YA! Neo!" Akhirnya setelah lari mengejarnya aku berhasil menarik tangannya dengan nafas tersengal-sengal ketika ia sudah berada dalam jangkauanku.

"Mengapa kau tidak menjawab ketika aku berteriak memanggilmu?!" tanyaku lagi saat akhirnya aku bisa membuat orang yang aku panggil tidak berjalan lebih lagi.

"Kau memanggilku?" tanya Baekhyun dengan wajah tanpa dosa.

Oh ingin sekali aku merusak wajahnya yang menunjukkan tampang tidak bersalah. Bagaimana mungkin ia bisa memasang wajah seperti itu tanpa ada rasa bersalah sedikitpun? Karena dirinya aku harus berteriak dan berlari untuk mengerjarnya.

"Apa kau tidak mendengarnya? Aku memanggilmu pe— Lupakan saja. Ada hal yang harus kubicarakan denganmu."

"Kau memanggilku apa?" tanya Baekhyun penasaran.

Aku berdecak kesal mendengar pertanyaannya dan menarik pergelangan tangannya. "Itu tidak penting. Ayo ikut aku."

Dengan mudahnya Baekhyun menghempaskan tanganku dan tidak bergeming dari tempatnya berdiri. "Jawab dulu pertanyaanku," kata Baekhyun dengan tetap bersikukuh.

Aku menggerutu pelan, sepertinya tidak akan berjalan dengan lancar jika aku tidak menjawab pertanyaannya. Sebaiknya aku menuruti permintaannya saat ini. "Hhh... aku memanggilmu pemuda yang menyebalkan. Sudah kujawab pertanyaanmu bukan? Ikut denganku sekarang." tanyaku seraya menarik tangannya lagi untuk kedua kalinya.

Dan untuk kedua kalinya pula Baekhyun menghempaskan tanganku dengan mudahnya. "Bicara saja di sini. Aku tidak mau ikut denganmu," ucap Baekhyun dengan santai.

Ingin sekali aku membakarnya dan menjadikannya sebagai sate melihat sikapnya yang semena-mena. "Baiklah kalau itu maumu. Dimana dan kapan kita akan membuat laporan?"

Mendengar pertanyaanku, Baekhyun mendelik tidak suka. "Kita baru saja mencari bahan laporannya. Mengapa kau tiba-tiba membicarakan kapan membuat laporannya? Lain waktu saja, aku malas memikirkan tentang tugas kelompok itu," keluh Baekhyun berusaha untuk membujukku.

"Karena semakin cepat kita mengerjakannya, semakin cepat aku tidak akan bertemu denganmu. Jadi cepatlah, jangan membuang-buang waktuku," jelasku dengan cepat tanpa memberikan celah padanya untuk dapat berkompromi.

"Kau lupa ya? Kalau begitu biar aku ingatkan kembali." Baekhyun menatapku dengan tatapan seriusnya.

"Apa yang kau maksud?" tanyaku tak mengerti. Apa yang aku lupakan? Aku mengingat dengan jelas kalau hanya ada satu tugas kelompok bersama dengan dirinya. Lalu apa yang ia maksud?

"Baiklah, sepertinya kau benar-benar melupakan satu fakta yang paling penting. Kita satu kelas—"

"Kalau itu aku ingat. Berhentilah membuang-buang waktuku. Segera tentukan kapan kita akan membuat laporannya." Aku pikir ada sesuatu yang sangat penting yang telah kulupakan. Apa yang dapat kuharapkan dari pemuda di hadapanku ini selain sikapnya yang menyebalkan.

"Aku belum selesai berbicara murid baru. Fakta yang paling penting adalah kita satu bangku. Jadi kau tetap akan bertemu denganku setiap hari. Dan setiap harinya kau akan melihat wajahku yang tampan ini."

Ingin sekali aku tertawa mendengar apa yang ia ucapkan. Bagaimana mungkin ia—yang menurut pengakuannya sendiri—tampan?

"Kau? Tampan? Kau bermimpi apa semalam sampai dengan percaya diri mengatakan itu?" Aku bertanya untuk memastikan ulang apakah aku tidak salah dengar tanpa dapat menahan diriku untuk tidak tertawa kecil.

"Jadi kau menganggap kalau aku tidak tampan, begitu?"

Aku hanya mengangguk. Memang sejak kapan ia tampan? Bahkan menurutku dilihat dari sisi manapun ia tidak tampan.

***

Author POV

"Kau ke sini!" Baekhyun berteriak sekaligus menunjuk ke salah satu perempuan yang sedari tadi selalu menatapnya. Dengan malu-malu perempuan yang ditunjuk oleh Baekhyun itu tersebut berjalan ke arah Baekhyun dan Eunbi berada.

"Ne?" tanya perempuan itu setelah perempuan itu sudah berdiri di depan mereka.

Hanya satu kata yang diucapkan oleh perempuan itu dan sudah membuat Eunbi ingin sekali menutup mulut perempuan itu agar tidak berbicara lagi, kalau bisa untuk selamanya. Telinganya terasa sakit ketika mendengar bagaimana cara perempuan tersebut berbicara. Terlalu dibuat-buat. Terlalu dipaksakan. Dan Eunbi benci akan hal itu. Terlebih lagi ekspresi yang diberikan oleh perempuan itu dipaksakan untuk terlihat imut.

"Apakah aku tampan?" tanya Baekhyun sambil menatap serius perempuan tersebut.

"Uhm... oh... n—ne..." jawab perempuan tersebut terputus-putus.

Baekhyun mengangguk-anggukan kepala. "Baiklah kau boleh pergi sekarang. Kamsamida," kata Baekhyun setelah ia puas mendengar apa yang ingin dengar dari mulut perempuan itu.

Seketika itu juga, raut wajah perempuan tersebut berubah. Terlihat raut kecewa setelah mendengar ucapan Baekhyun yang memintanya dapat meninggalkan tempat itu. Dengan berat hati ia melangkah pergi menjauhi Baekhyun.

"Kau dengar sendiri bukan? Perempuan tersebut mengatakan sendiri kalau aku itu tampan," ucap Baekhyun bangga seraya menaik turunkan alisnya.

Eunbi hanya memutar bola matanya bosan. Ia terlalu lelah menanggapi Baekhyun dengan sifatnya yang terlalu percaya diri dan itu terlihat sangat menyebalkan di mata Eunbi. Jangan lupakan bahwa hal itu hanya akan menambah poin menyebalkan pemuda itu bagi Eunbi. Dan sebelum Baekhyun membanggakan dirinya lagi, Eunbi memilih untuk meninggalkan tempat itu secepat mungkin.

"YA! Mau kemana kau?!" teriak Baekhyun kaget serta kebingungan sambil berusaha untuk mengejar langkah Eunbi.

Eunbi tetap berjalan tanpa ada keinginan untuk berhenti dan menjawab pertanyaan Baekhyun. Ia mempercepat langkahnya begitu mengetahui bahwa Baekhyun mengejarnya.

Eunbi tidak terlalu memperhatikan apa yang ada di hadapannya dan hanya memusatkan fokusnya pada langkahnya sehingga ia tidak menyadari bahwa ada seseorang tepat di depannya dan membuat baik ia maupun orang tersebut jatuh karena Eunbi menabrak orang tersebut.

"Ah mian..." ucap Eunbi tergesa-gesa dan segera bangkit berdiri untuk kembali berlari.

Sebelum itu terjadi, ia merasa tangannya tiba-tiba ditarik pergi entah kemana oleh orang tersebut...

I'm His Assistant | EXO Baekhyun [Revisi]Where stories live. Discover now