"Mungkinkah... teman masa kecilmu itu bernama—"
"Ya. Apa yang sedang kalian bicarakan? Kalian terlihat begitu serius." Kedatangan Jiyeon yang tiba-tiba sekaligus tidak terduga memecahkan perhatian semua orang yang ada di ruangan itu.
Mulut Chanyeol masih terbuka tetapi tidak melanjutkan kalimatnya sehingga membuat ucapannya terputus begitu saja. Tetap dengan posisi seperti itu, Chanyeol menatap Jiyeon yang muncul secara tiba-tiba di belakang Baekhyun dan memotong kalimatnya yang belum selesai diucapkan.
"Apakah dia tahu tentang rahasiamu atau tentang teman masa kecilmu hyung?" bisik Kai pada Baekhyun dengan pandangan yang tetap terarah pada Jiyeon.
"Tidak keduanya," balas Baekhyun dengan balik berbisik.
Mengetahui jika tidak ada yang berkeinginan untuk menjawab pertanyaan milik Jiyeon, dengan segera Suho membuka mulutnya agar Jiyeon tidak curiga dengan mereka. "Hanya sedang membahas sesuatu," ucap Suho singkat.
Sebelum Jiyeon bertanya lebih lanjut, Baekhyun mengucapkan beberapa kalimat untuk membatalkan niatan gadis itu. "Perempuan seperti kau tidak perlu tahu. Ini pembicaraan khusus pemuda, kecuali kalau kau mau transgender terlebih dahulu."
Seketika Jiyeon yang mendengar hal itu langsung melotot ke arah Baekhyun. Tetapi itu tidak berlangsung lama, mendadak ia bersikap seperti tidak terjadi apapun.
Senyum kecil menghias wajah Jiyeon, menunjukkan bahwa sesuatu yang baik baru saja terjadi padanya.
"Karena aku sedang dalam mood yang sangat bagus, aku tidak akan bertanya apa pun. Ah, dan kalian, berhentilah memasang wajah seakan waktu hidup kalian tinggal hitungan detik. Aku bukan malaikat pencabut nyawa dan kalaupun aku bisa, aku tidak akan mau." Setelah mengucapkan itu Jiyeon melenggang pergi begitu saja.
"Jadi apa yang membuat moodmu hari ini sangat bagus eoh?" tanya Baekhyun sambil menatap heran Jiyeon.
"Thanks to you for that," ucap Jiyeon yang balik menatap Baekhyun lalu mengedipkan matanya ke pada pria itu.
"Mwo? Aku tidak melakukan apapun untukmu."
"Tentu saja kau melakukan sesuatu. Kau berkelahi untuk pertama kalinya di saat aku sudah lelah memintamu agar melakukannya. Dan yang paling penting adalah kau tidak putus dengan Eunbi! Jadi kalian sudah berbaikan saat berada di ruang kesehatan bukan?" jelas Jiyeon dengan semangat yang menggebu-gebu, dapat terlihat dari pancaran matanya.
"MWO?!" teriak para pria dengan serentak.
"Apakah ada yang salah dengan ucapanku? Apa aku salah mengucapkan sesuatu?" tanya Jiyeon bingung melihat reaksi para pria, terutama Baekhyun.
"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini. Biarkan aku meluruskan semuanya pada hari ini juga."
Pernyataan yang Baekhyun ucapkan mengundang tatapan bertanya dari Jiyeon. Karena jujur saja ia tidak mengerti dengan apa yang pria itu katakan.
"Dengarkan baik-baik."
Jiyeon menganggukkan kepala dan menunggu apa yang akan Baekhyun katakan selanjutnya.
"Pertama, yang tadi aku lakukan di cafetaria sekolah hanyalah menghindar. Jadi aku berpikir bahwa itu tidak dapat dihitung sebagai berkelahi. Kedua, aku tidak pernah putus dengan Eunbi karena aku bahkan tidak pernah berpacaran dengannya. Ketiga, aku tidak pernah bertengkar dengannya sehingga membuatku perlu berbaikan dengannya."
Jiyeon mengedipkan matanya bingung, berusaha untuk mengerti apa yang Baekhyun katakan. "Eoh?"
"Wae? Kau terkejut?"
"Sangat terkejut."
"Itu semua karena ulahmu."
"Mengapa kau jadi menyalahkanku? Apa yang salah dengan ulahku?"
"Banyak." Dengan mengatakan itu Baekhyun berjalan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Jiyeon dalam kebingungan yang belum bisa dia mengerti.
***
Untuk kesekian kalinya Baekhyun membenturkan kepalanya ke atas meja begitu pria itu sampai di tempat duduknya. "Argh! Bukannya mendapat solusi, aku justru hampir mati di tangan Jiyeon hidup-hidup," gerutu Baekhyun kesal.
"Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak mungkin mendekatinya karena keadaan yang sangat tidak mendukungku untuk melakukan hal itu." Baekhyun menyerah dan menelungkupkan kepala di atas meja.
Baekhyun merutuki perbuatan bodohnya dan kembali membenturkan kepalanya ke meja. "Neo paboya! Mengapa kau tidak bisa menahan hasratmu sendiri eoh?! Sekarang yang ada hanya perasaan kau menyesalinya."
Saat ini Baekhyun berada di kelas, setelah berhasil lari dari Jiyeon dengan cara yang tidak seorang pun—termasuk dirinya sendiri—dapat mengira jika sedang melarikan diri. Tanpa ia sadari, ia meninggalkan Jiyeon dan teman-temannya membuat dirinya terselamatkan dari gadis itu untuk sementara. Bukannya ia ingin menghindari agar tidak bertemu dengan Jiyeon atau bagaimana, ia hanya takut tidak dapat membatasi mulutnya untuk berbicara dan justru mengatakan kepada Jiyeon akan rahasianya.
Ia tidak dapat membayangkan bagaimana reaksi Jiyeon ketika mengetahuinya. Alih-alih bertanya lebih dalam lagi tentang rahasianya, gadis itu pasti akan mengomeli dirinya karena telah merahasiakan sesuatu darinya. Ia tidak dapat membayangkan jika hal tersebut benar-benar terjadi.
Kalau bisa ia bilang, ia tidak merahasiakan apapun kepada Jiyeon. Ia hanya tidak mengatakan tentang beberapa hal dalam dirinya bukan karena apa, itu ia lakukan karena ia menganggap itu bukanlah suatu hal penting yang perlu dibicarakan. Lagipula Jiyeon tidak pernah bertanya tentang masa lalunya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya seseorang diikuti dengan suara kursi yang ada di sebelahnya ditarik oleh orang tersebut.
Baekhyun terperanjat kaget mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Seketika ia mengangkat kepalanya dan menatap wajah sang pemilik suara. "Aku mengantuk, jadi aku sedang berusaha untuk tidur." ucap Baekhyun berbohong.
"Baiklah."
"Bangunkan aku kalau istirahat sudah selesai," pinta Baekhyun dan langsung menelungkupkan kepalanya di sela-sela lipatan tangannya yang berada di atas meja.
"Eung." Eunbi menatap Baekhyun dengan pandangan yang sulit diartikan, untuk sesaat gadis itu terlihat ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. "Geundae, apakah tanganmu tidak terasa sakit jika tidur dalam posisi seperti itu?" tanya Eunbi sambil menatap Baekhyun khawatir. Pasalnya goresan luka yang Baekhyun dapatkan menjulur sepanjang tangannya.
Beberapa detik setelah itu Eunbi tetap tidak mendapatkan balasan dari pria di sebelahnya. Gadis itu menghela nafas kecewa begitu menyadari bahwa Baekhyun telah tertidur. Atau kemungkinan lainnya jika sebenarnya pria itu tidak benar-benar tertidur dan hanya berpura-pura seakan telah tertidur.
Dalam hati Baekhyun merutuki dirinya sendiri, ia tidak tahu harus bersikap seperti apa kepada Eunbi hingga melupakan bahwa tangannya baru saja terluka. Ia terlalu fokus dengan apa yang sebenarnya terjadi sehingga gadis di sebelahnya ini tidak marah dan justru bersikap biasa saja setelah apa yang terjadi di antara mereka.
Ia terlalu fokus pada hal itu, sehingga tanpa sadar melupakan segala yang ada di sekitarnya, terutama luka yang terdapat di tangannya. Karena tidak tahu harus seperti apa untuk menanggapi pertanyaan yang Eunbi lontarkan, ia berpura-pura telah tertidur.
Belum sempat Baekhyun menemukan solusi untuk permasalahannya yang ada, bel berdering dengan waktu yang sangat tidak tepat. Dimana itu menandakan bahwa istirahat telah berakhir. Setelah suara bel tidak terdengar lagi, ia dapat merasakan Eunbi menepuk pundaknya disusul dengan suara yang mengalun begitu indah. Membuatnya ingin memeluk gadis itu dan hampir membuatnya melupakan fakta bahwa dirinya harus menjaga jarak dari gadis itu.
"Hei, bangunlah. Waktu istirahat telah berakhir."
Baekhyun tetap diam, tidak bergeming sedikit pun. Ia merasa seperti orang bodoh, bagaimana tidak. Eunbi bersikap santai terhadapnya dan ia justru panik harus bersikap seperti apa. Angannya agar dapat bersikap santai seperti yang gadis itu lakukan, tetapi mengapa itu merasa sangat sulit untuk dapat ia lakukan.
Dari celah kecil yang ada, ia dapat melihat bahwa Eunbi ingin mengucapkan sesuatu, sebelum gadis itu dapat menyampaikan kepadanya guru telah masuk. Tanpa sadar Baekhyun menghela napas lega, karena setidaknya ia dapat memutar otak untuk memikirkan langkah selanjutnya yang baik bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga untuk gadis yang duduk di sebelahnya ini.
YOU ARE READING
I'm His Assistant | EXO Baekhyun [Revisi]
FanficKepindahan Eunbi ke Korea tidak berjalan sesuai keinginannya ketika takdir mulai memainkan perannya. Mempertemukan dirinya dengan seorang namja yang menyebalkan baginya. Takdir juga menyeret berbagai hal yang tidak ia pedulikan pada awalnya, tetapi...