Pagi hari. Jam menunjukkan pulul enam lewat lima belas menit ketika Kiara keluar dari kamar mandi. Cewek itu duduk pelan disisi ranjang meski tahu dia akan terlambat kesekolah jika tidak cepat - cepat bersiap. Diraihnya hp yang tergeletak diatas meja. Mengecek aplikasi chattingnya, menghela nafas sejenak sebelum akhirnya meletakkan ponselnya kembali.
"Kiara.. Mau sampai kapan kamu diatas. Udah jam berapa ini. Kamu nggak mau kesekolah yaa. Ini Satria udah nungguin kamu dari tadi lho." terdengar teriakan mama dari bawah dengan satu tarikan nafas. Buset, ada potensi buat jadi rapper handal nih mama.
Kiara tersentak. Satria? Kenapa cowok itu kesini?
Sebenarnya Kiara agak kesal sama cowok itu. Karena kemarin dia harus pulang naik angkot karena Satria batal menjemputnya. Dan malamnya Satria pun tidak menghubunginya sama sekali meski hanya sekedar meminta maaf. Pesannya sejak kemarin saja tak dibacanya sama sekali.Sepuluh menit kemudian Kiara turun dari kamarnya.
"Kenapa?"tanya Kiara setelah mobil yang membawa mereka melaju pelan.
"Maaf." ucap Satria.
"Buat apa?"
"Hmm. Semuanya."
Kiara mencelos, bahkan satria meminta maaf tanpa berusaha mengakui kesalahannya.
"Lo nggak salah kok.."
"Gue salah"
"Salah apa?"
"Ya salah aja."
Kiara menghela nafas panjang. Dia terlalu lelah berburuk sangka. Tak bisakan cowok ini sedikit menenangkan hatinya. Memberikan secuil alasan meskipun itu hanya bohong semata. Bukankah dia bisa mengatakan, dia terlalu sibuk belajar hingga tidak sempat menjemput maupun memberinya kabar. Toh Satria sekarang memang sudah kelas XII. Sedang sibuk - sibuknya les dan segala macamnya untuk menghadapi ujian ataupun masuk universitas. Kiara bisa mengerti. Namun dengan segala kediaman Satria saat ini malah membuatnya semakin tak tenang.
Hening. Dua puluh menit perjalanan diisi dengan kesunyian. Baik Kiara ataupun Satria sepertinya sama - sama tak ingin memulai pembicaraan.
"Nanti pulangnya gue jemput, ada yang mau gue omongin." ucap Satria tepat sebelum Kiara membuka pintu mobilnya."Nggak usah janji kalo nggak bisa nepatin." jawab Kiara sedikit sinis. Sebenarnya dia tidak ingin marah, tapi mengingat sikap Satria benar - benar membuat emosinya serasa naik keubun - ubun.
"Maaf.." ucap Satria kemudian.
"Nggak usah minta maaf kalo nantinya diulangi lagi."
Satria menghela nafas mendengar ucapan Kiara. Tak tahu harus bicara apa lagi.
"Hati - hati, belajar yang bener, jangan males." pesan Satria lagi ketika Kiara telah keluar dari mobilnya."Hmmm."
Satria baru saja akan menginjak pedal gasnya ketika dilihatnya seseorang menepuk pundak Kiara.
"Duilee... Neng Kiara cantik diantar pacarnya yaa. Duuh, Aa Dira iri deh.."
"Najis lo, Dir." ucapan Kiara segera disambut tawa oleh teman - teman Dira yang sedari tadi terlihat setia mengikuti Dira.
Mood Kiara yang lagi nggak bagus semakin hancur dengan kehadiran Dira."Mampus lo Dir, di-najis-in.." ledek Aryo, yang Kiara tahu adalah teman sekelas Dira sekaligus temannya waktu SMP dulu.
Dira hanya tertawa. Dasar sarap tuh bocah, batin Kiara sambil cepat - cepat pergi meninggalkan gerombolan cowok itu, menyusul Clarissa yang terlihat berjalan jauh didepannya.
"Udahlah, Dir. Pacar orang jangan diganggu. Lihat tuh pacarnya ngeliatin lo mulu dari tadi." ucap Mamat sambil mengangkat dagunya, memberi kode pada Dira untuk melihat Satria yang masih berhenti didepan gerbang. Terlihat Satria sedang menatap Dira dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIARA
Teen Fiction"Jadi gini, saya ini sedang rindu kamu. Kamu bagaimana ? Rindu pula atau biasa saja?" tanya Dira. Kiara tergelak, "Najis lo..hahaha" "Kok najis sih, key? Huaaahh.. Aku najis, aku nggak bersih lagi. Kiara mah tega." teriak Dira dengan tampang memelas...